O6-🐦[ αku dαn diα ]

119 13 0
                                    


Happy reading!.

Warning typo!!.

°•°•°•

Rintik hujan menguyur kota tokyo. seorang gadis berusia 13 tahun memandang kosong televisi di depannya, ia tak niatan menonton acara yang di siarkan. Ia hanya merasa bosan, sangat bosan.

Ceklek

Pintu terbuka lalu munculah seorang wanita paruh baya. wanita paruh baya itu kehujanan dilihat dari wajah sampai sepatunya basah. Ia mengambil handuk yang tergantung di samping pintu lalu mengelapkan pada wajah dan rambutnya.

Setelah selesai ia membuka sepatunya lalu menaruhnya dalam rak, ia berjalan kearah kamar mandi. Lalu mandi tapi sebelum itu wanita mengirim pesan pada anaknya.

(Name)-Chan~♡

Me:

Ibu pulang!.
Bisa ambilkan pakaian
Ibu?
Ibu kehujanan.

(Name)-chan~♡:
Selamat datang
Tentu

Me:
Terima kasih
Anak ibu yang
Cantik♡

(Name)-chan~♡:
Iya.

_________

Bangun dari duduknya (Name) melangkahkan kakinya kearah kamar sang ibu. Mengambil pakaian lalu turun ia berjalan ke kamar mandi lalu menyimpan di meja yang ada di samping pintu kamar mandinya.

Ia mengentuk pintu kamar mandi itu lalu tangan ibunya mengambil pakaiannya miliknya lalu berucap terima kasih pada (Name), menganggukkan kepala sebagai jawaban walaupun sang ibu tak melihatnya.

Malam hari itu (Name) dan ibunya mengobrol sampai tengah malam dengan coklat panas dan selimut yang melindungi tubuh mereka. Cuaca malam ini sungguh dingin membuat mereka berlindung di selimut tebal nan hangat. Ia meniup niup coklat panas di genggaman tangannya lalu meminumnya.

Malam hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan menurutnya. Walaupun sederhana tapi berkesan dengan hidupnya. (Name) banyak tertawa saat berbicara dengan ibunya begitu juga ibunya tersenyum lembut memandang anak gadis yang ia besarkan menjadi gadis remaja yang cantik. Setelah itu ibunya memandang (Name) dengan senyum kecut.

Ia lupa bahwa anak gadis satu satu itu tak memiliki teman sama sekali karna kejadian hari itu.

"Kenapa tak mencari teman (Name)-chan?." pertanyaan ibunya membuat (Name) yang akan meniup coklat panasnya terhenti lalu memandang ibunya lalu memandang coklat panasnya.

"Aku tak perlu punya teman ibu. Menurutku ibu saja cukup untuk menjadi teman, sahabat, ayah, sekaligus ibu untukku." uacapnya sembari memandang uap panas yang keluar dari coklat panasnya.

°•°•°•

Bruk

Suara seorang jatuh membuat pasang mata menatapnya, ia mengaduh pelan lalu bangun menepuk bajunya yang agak kotor lalu memungut sayuran yang berceceran kemana mana.

Lalu melanjutkan jalannya dengan perempatan imajer diwajahnya. Berjalan agak pelan karna kakinya barusaja keseleo. Ia mengerutu di dalam hatinya.
Bukannya bantuiin malam melihatnya saja!!! Dasar tak manusiawi!!!, arghhh aku kesal hari.

Ia menghembuskan nafasnya lalu membuaka pintu rumah. "Aku pulang!." ucapnya lalu muncullah seorang wanita paruh baya dengan senyuman di wajah rupawan ia sedang membawa sebuah keranjang. "Selamat datang (Name)-Chan."

(Name) terseyum pada wanita paruh baya itu, lalu mengalihkan pandangannya kearah keranjang yang di bawanya. "Itu keranjang apa ibu?."

Wanita itu menatap sebentar keranjang itu lalu menatap (Name) kembali. "Ini untuk Mikasa-Chan, (Name)-Chan!."

"Ah, lebih baik aku saja yang mengantarkannya kepada Mikasa-san, Ibu!."

"Baiklah, ini."

Keranjang itu berpindah tempat begitu juga dengan keranjang sayurannya. (Name) berlari kearah pintu sebelum itu ia membalik badan lalu berpamitan pada ibu-mikasa yang sekarang ibunya juga. "Ja, ittekimasu Okasan!."

"Iiterashai!."

°•°•°•

[A/N : Karna gak tau di mana letak pasukan pengintai atau sopinya lupa jadi di ff di di wall rose ya!. Atau mungkin emang di wall rose ya, gak taulah.]

Setelah melewati wall maria dan wall rose sekarang (Name) sedang berjalan kearah gerbang pasukan pengintai. Ia berjalan agak lamban karna kakinya yang keseleo itu berdenyut nyeri sedikit mengeluarkan darah.

Saat akan berjalan kembali, tiba tiba tubuhnya diangkat seseorang membuatnya memekik keras. Karna takut jatuh ia mengalungkan kedua tangannya pada leher si pemuda. Saat ia mendongkak ia terkejut semburat merah muncul di kedua pipinya, pemuda itu pun memandang (Name) dengan senyum kecil lalu mulai melangkahkan kakinya kearah gerbang masuk pasukan pengintai.

(Name) memandang eren tanpa berkedip. Ya, pemuda itu eren yang sedang mengendong (Name) ala pengantin. Setelah beberapa detik melamun sembari memandang eren, (Name) tersadar lalu celingak-celinguk mencari sesuatu. Eren menunduk memandang (Name) heran karna setari tadi tak bisa diam.

"Kenapa?." Tanya eren.

"Keranjang yang aku bawa mana?, aku tak melihatnya."

"Ah. Keranjang itu sudah di bawa oleh mikasa."

"Hah, T-tunggu sejak kapan?!."

"Haha, kau sih terlalu terposana dengan wajah tampan ku. Jadinya kau tak melihat mikasa mengambil keranjang itu."

"A-apa y-yang kaubicarakan?!!!!. Aku tidak memerhatikan mu seperti itu ya?!!!. T-tapi dimana mikasa-san?. Aku tak melihatnya?."

"Hahahah, seperti yang aku ucapkan sebelumnya karna terlalu memerhatikan ku kau tak melihat mikasa masuk kerbang. Padahal mikasa baru saja masuk."

"Apa dimana?!!."

"Dia sudah masuk."

"Yah!!, padahal aku ingin sekali berbicara dengan mikasa-san."bisik (Name) pelan tapi sayangnya terdengar oleh eren.

"Kau begitu inginya berbicara dengan mikasa. Apa kau menyukai mikasa?."

"Hah!!!, mana mungkin aku ini masih normal ya!!. Aku juga pernah menyukai seorang pemuda!!."

"Oh iya siapa dia?."

"dia adalah teman pertama ku."

Setelah ucapan itu tak ada obrolan di antara mereka. (Name) yang menutup matanya, kepala ya agak pening mungkin karena efek kurang tidur. Sedangkan eren pemuda itu memasang wajah datar dengan aura dingin.

Kukira aku. Batin eren.

°•°•°•

—T b c


Giman ni mas kok maruk suka sama dia sama bak nem.

Kenapa eren mengomong di batin nya gitu, ya mungkin eren kira dia cinta pertama si gadis ternyata yang laen.

Siapa sih cinta pertama bak nem.

terima kasih yang sudah baca dan vote.

See you.><

Pacarnya Osamu 🍙

Eren X Reader || Aku Dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang