22. Vampir Vs OutCast

607 209 223
                                    

Sunghoon menyenggol sikut Emery.
"Woii! Ada mangsa tuh!" serunya pada Emery.

Emery ikut memperhatikan spot yang sedang Sunghoon lihat. Di sana, seorang wanita muda tengah berusaha untuk melangkah walau dengan separuh kesadarannya.
Wanita mabuk itu berjalan sempoyogan memasuki sebuah gang gelap dengan sebelah tangan yang meraba ke tembok untuk menjaga keseimbangannya.

"Perhatiin, suhu mau ngajarin sesuatu," ucap Sunghoon lalu menghampiri si wanita dengan kecepatan vampirnya.

Emery celingak-celinguk sedikit resah.
"Bangke! Kalau lu ketahuan gimana?!" bisik Emery, namun Sunghoon sudah pergi jauh.

Sang wanita tertunduk dengan langkah gontai dan kesadaran yang tipis dia berusaha menuju suatu tempat. Langskah si wanita langsung terhenti saat melihat sepasang kaki berdiri di hadapannya dan menghalangi jalannya.

Dia mendongak. Sunghoon memasang senyum menggodanya.
"Mau ke mana sayang... Malem malem gini."

Sunghoon membelai rambut si wanita yang kini membeku seakan tersihir oleh Sunghoon.

Emery yang melihat itu hanya bisa mendengus kesal.
"Dasar buaya! Aligator!" Emery menghentakan kaki kesal, lalu melangkah pergi.

Belaian demi belaian yang dibalut sihir seorang vampir terus menyerbu si wanita, hingga tak sadar kini lehernya sudah dalam cengkraman seorang vampir lapar.

Setelah sampai pada batas, Sunghoon pun menarik taringnya lalu menjilat leher si wanita cantik yang sudah terkulai tak sadarkan diri, untuk menutup luka bekas gigitan.

"Lu bisa tau batasnya pas udah coba."
Saat Sunghoon menoleh ke tempat Emery berdiri, ternyata gadis itu sudah raib entah ke mana.

Sunghoon tersentak, dengan kecepatan angin dia kembali ke tempat tadi.
"Perasaan gue taro di sini tadi, ke mana perginya tu cewek."

Sunghoon mengngacak-acak rambutnya frustrasi.
"Hadeuhhh... Urusannya sama bapaknya lagi nih," kesalnya kemudian kembali menghampiri tubuh si wanita yang tadi dia mangsa, untuk mengantarnya pulang. Wanita itu pasti bangun di pagi hari dan mengira kejadian tadi hanyalah mimpi.

***

Jay dan Jake berjalan tenang menyusuri trotoar. Malam semakin larut, namun Jay dan Jake tak mendapatkan satu pun mangsa. Lebih tepatnya mereka memang tak berniat untuk memangsa manusia.

Pandangan Jake terpaku pada segerombolan pemuda yang tengah bermain basket di sebuah lapangan, agak jauh dari pinggir jalan.

"Bukannya manusia hanya beraktivitas di siang hari?" tanya Jake.

Jay yang masih berjalan, mulai menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Ada sebagian manusia yang beraktivitas di malam hari dan tidur di siang hari, kadang mereka juga hidup di dua waktu dan nyaris tak memiliki waktu untuk beristirahat," jelas Jay.

Jake melongo.

"Hah? Mereka ngapain sih emang?"

"Bekerja, biasanya untuk mencari uang."

Jake menggangguk.
"Manusia kerjanya gitu ya?" tanya Jake sambil menatap para pemuda yang sedang memainkan permainan impiannya. Yup, basket.

"Mereka itu sedang main basket, itu sebuah permainan," jelas Jay sambil menunjuk para pemuda itu kemudian kembali berkata, "itu sejenis permainan untuk mengolah tubuh dan bersenang-senang juga," lanjutnya.

[TERBIT] I Want More Blood! ¦¦ Saros Maundrell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang