Diary Akara

58 5 0
                                    



Aku bertemu dengan seorang laki-laki terbaik dan terkeren di dalam hidup ku, dia adalah ayahku.

Laki-laki terbaik yang pernah aku temui sebelum Bagaskara, Ayah adalah sosok yang sangat berani dan bertanggung jawab.

Aku senang bisa bertemu ayah rasanya ayah adalah cinta pertamaku, laki-laki yang paling ku kagumi di dunia ini.

Aku merasa beruntung karena ayah menantikan kehadiran ku di dunia ini ketimbang bunda.

Aku tak tau kenapa bunda sangat membenciku, saat ayah masih hidup bunda tak terlalu menampakkan kebenciannya.

Tapi saat ayah ku sudah tiada, kebencian bunda sudah mulai di nampakan dan itu membuat ku sangat sakit.

Saat aku melihat mata bunda yang memandangi ku, aku tau dia merasa sangat jijik kepadaku.

Tapi aku senang adik ku tak di perlakukan seperti itu oleh bunda, bunda sangat menyayangi Dika.

Saat ayah masih ada bunda dan ayah selalu bertengkar maka dari itu sebagai kakak aku selalu menutup telinga Dika.

Aku memeluknya dengan hangat dan menyelimuti tubuhnya agar dia tak kedinginan.

Tak jarang aku mendengar piring yang di pecahkan, membuat Dika terkejut dan gemeteran.

Jujur aku sangat takut tapi aku adalah anak pertama, aku akan melihat ke arah Dika dan berkata "tidak apa-apa semua pasti akan berlalu tidur lah, adikku".

Ketika aku bilang seperti itu Dika akan menurut dan langsung memeluk erat tubuhku, lalu kami terlelap dengan bisingnya suara pertengkaran.

Di saat orang tua bertengkar saling meluapkan emosi dan keegoisan masing-masing tanpa mereka sadar anak mereka sedang meringkuk ketakutan.

Mengapa mereka menikah jika keegoisan mereka yang tak ada yang mau mengalah.

Keegoisan yang di tonjolkan membuat pertengkaran terus menerus terjadi bukan kah itu membuat anak menjadi tempramen.

Kata demi kata yang mereka lontarkan tanpa anak sadari mereka akan mengikuti nya.

Anak adalah cerminan orang tuanya bukan kah itu benar, mengapa orang tua yang berperilaku seperti itu dan anak yang tanpa sadar mengikuti malah mereka kena marah.

Apakah mereka tak mengaca pada diri sendiri, kenapa jika mereka masih memiliki keegoisan mereka menikah.

Karena keegoisan dari mereka mengapa anak yang tak tau apa-apa terkena imbas, mengapa anak yang menjadi sasaran mereka?.

Aku pernah melihat berita tentang orang tua yang ingin menggugurkan anaknya, anak yang tak tau apa-apa akan di bunuh oleh mereka.

Apa mereka tak takut apa balasannya nanti, jika belum siap punya anak mengapa mereka mau melakukan hubungan itu.

Lalu berita yang menampilkan pembunuhan terhadap anak nya sendiri karena sedang kesal dengan pasangannya, tapi mengapa anak yang menjadi sasaran.

Aku merasa heran dengan sikap orang tua yang seperti itu, aku tau mereka sangat lelah tapi mengapa kami yang terkena imbas?.

Ayah ku pernah berkata "kami para orang tua sangat lelah dengan kehidupan kami, jadi jika kalian bertingkah sedikit atau kami kehilangan kendali kalian yang terkena imbas, maafkan kami nak"

Aku hanya mengambil toleransi itu karena mereka lelah, jadi aku sebagai anak tidak bisa apa-apa lagian aku hidup juga karena mereka.

Ayah ku adalah superhero ku, dia bisa segalanya dan apapun yang ku minta dia akan berusaha mengabulkan nya.

Ayah ku yang terbaik sampai aku mendengar apa yang membuat ayah dan bunda ku selalu bertengkar.

Bunda sepertinya keceplosan saat mengatakan itu, ayah ku bermain perempuan.

Saat mendengar itu rasa beribu-ribu pisau sedang menusuk ku terus menerus, aku tak bisa menahan rasa sakit nya.

Aku marah, kesal, kecewa, muak, dan tak percaya semua rasa itu tercampur di dalam hati ku.

Kepala ku seketika menjadi ramai, mata yang sudah seperti berlian yang akan menumpahkan emosinya.

Dan di kalimat terakhir bunda memberi tau mengapa dia membenciku "Wajah mu mirip seperti ayah mu".

Karena itu dia membenciku, itu seperti tak logis membuatku kesal namun aku tak bisa berbuat apapun.

Yang terpenting adalah adik ku, dia adalah segalanya bagiku semoga dia bahagia selalu.


-Diary Akara
13 Januari

It Hurts | JaeRose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang