Bab 6. Bisikan

6 4 0
                                    

"Berpisah dengan orang yang disayangi adalah hal yang menyakitkan. Tapi bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda membuat semua itu canggung."
~~||Vania Auralia Sazsana||~~

"Sepertinya dia sudah mulai bergerak." Gumam batinnya Lintang.

Disaat Lintang sedang melamun memikirkan sosok temannya yang sudah bergerak. Dirinya pun harus cepat untuk segera berpisah dengan rombongan Aura yang kini tengah berada di jalan pintu air Jampang. Tidak lama setelah itu, dalam sebuah perjalanan mereka Toba datanglah salah seorang temannya yang tidak lain adalah Han yang tadi sempat memisahkan diri.

Teman-temannya pun baru menyadari kedatangannya Han. Han mengatakan bahwa tadi dia sempat tersesat pada saat kabur dari kejaran badan intelijen negara. Dia pun mengatakan bahwasannya dia tidak sengaja melihat keberadaan Kujang dan kawan-kawannya sedang menuju ke arah Parung.

"Berarti dia berada di belakang kita ya?" Tanya Dove dengan mengendarai motor sportnya.

"Iya, makanya kita harus duluan sampai tujuan mereka." Jawab Han.

Revano yang mendengar hal itu, mempunyai sebuah ide dan mengajak mereka ke rumah saudara sepupunya yang ada di daerah Parung. Lintang mengetahui tujuan dari Revano itu. Hal itu membuatnya berpikir dua kali untuk meninggalkan Aura dan yang lainnya. Karena kecurigaan yang besar kepada Revano. Mereka pun menancapkan gasnya dengan cepat menuju rumah sepupu dari Revano.

Sedangkan, Kujang, Sabrina, Andriani, Andrian, Seruni, Karin, Arasyaa, Arfan dan Zennia baru saja melewati rumah sakit dompet dhuafa dengan melajukan mobilnya dengan sangat hati-hati. Mengingat, tempat itu sedang ramai.

Setelah sudah melewati dan berada di jalan pintu air Jampang Kujang, Sabrina, Seruni dan Andriani merasakan seseorang yang baru saja ada di tempat itu.

Di tempat lain, gadis misterius tadi sudah sedang berada di depan sekolah ternama dan elit. Yaitu SMA Dwiwarna Bogor. Dirinya sudah menyamar dan menunggu kedatangan rombongan Aura. Ketika dirinya hendak melambaikan tangannya untuk meminta tumpangan Aura yang melihat itu sempat berhenti di depannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Aura yang telah melepas helmnya.

"Saya baru saja kecopetan, saya mau pulang bingung. Dari tadi saya sudah lambaikan tangan minta tumpangan tapi nggak ada yang berenti." Jawab gadis misterius itu.

Awalnya Lintang sudah memberikan kode ke gadis misterius itu untuk tidak sekarang, tapi gadis itu tidak mempedulikan kode dari Lintang itu. Sedangkan temannya yang lain belum ada yang menyadarinya.

"Emang rumah kamu dimana? Oh iya nama kamu siapa? Aku Aura." Ucap Aura, yang telah diajarkan berbuat dan bersikap baik ke semua orang. Tapi tidak dengan pria yang bukan mahramnya, dia selalu berwaspada supaya tidak terjadi yang diinginkan.

"Namaku Dewi, di daerah Parung." Jawabnya.

Tanpa pikir panjang, Aura pun mengajaknya untuk bareng. Kebetulan Aura memang sendirian dan Dewi pun bonceng sama Aura.

Tanpa menaruh rasa curiga, Aura pun mulai membuka obrolan ke Dewi diatas motor. Dewi pun mendengarkan apa yang ingin diceritakan oleh Aura. Entah kenapa, Aura seperti ada ikatan dengan Dewi sebelumnya.

"Menurut kamu, bagaimana jika kita tidak sengaja dipertemukan kembali dengan orang yang sangat kita sayang yang telah berpisah bertahun-tahun?" Tanya Aura ke Dewi.

Dewi agak sedikit kaget dengan pertanyaan dari Aura. Namun, Dewi menjawab pertanyaan dari Aura.

"Menurutku, itu sangat menyenangkan sekali. Terlebih lagi jika ketemu kembali dengan orang-orang terdekat, orang-orang yang pernah jalan-jalan bareng, menghadapi suasana sedih senang bareng." Jawab Dewi sambil mengingat ketika bersama teman-temannya dulu.

"Kalau kamu?" Tanya Dewi yang berpura-pura belum mengenal nama Aura, memang diawal ketemu dia tidak menanyakan nama Aura. Itu juga yang mengundang kecurigaan Han, Dove dan salah satu teman perempuannya Aura.

"Menurutku, berpisah dengan orang yang disayangi adalah hal yang menyakitkan. Tapi bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda membuat semua itu canggung."

"Iya sih ada benarnya juga ucapan kamu. Oh iya nama kamu siapa? Tadi aku lupa nanya."

"Aku Aura."

"Nama yang indah." Ucap Dewi dengan tersenyum.

"Makasih, nama kamu juga indah kok." Jawab Aura yang tersenyum sambil mengendarai motornya.

Lintang hanya mengawasi dari sedikit kejauhan. Dirinya tidak mau Dewi bertindak seenaknya, tanpa sesuai rencana mereka diawal. Ketika mereka melaju dengan begitu kencang, ada pria misterius yang mendahuluinya yang mereka lihat hanyalah seberkas cahaya putih, tapi tidak dengan Aura, Lintang dan Dewi yang melihat sosok itu. Mereka pun bertanya-tanya dalam hati tentang siapa orang itu. Terkhususnya Lintang dan Dewi yang tidak menyadari kedatangannya.

Tidak lama mereka pun sampai, dan Revano memberi salam ke penghuni rumah. Tapi tidak ada yang menjawabnya. Revano mencoba membuka pintu gerbang, beruntungnya tidak dikunci. Akhirnya mereka pun memasukan kendaraannya dan mulai menyusun rencana.

Sedangkan Kujang, Sabrina, Andriani, Andrian dan lainnya pun akan sampai sebentar lagi. Zennia pun menjadi petunjuk jalan sejak awal keberangkatan.

Seruni pun tersentak karena ada suara yang seperti membisikkannya. Dia mencoba menengok kanan-kiri, depan dan belakang nama tidak ditemukan. Andriani sampai bertanya dengan sikap dari kakaknya itu. Seruni hanya mengatakan seperti ada seseorang yang berbisik kepada dirinya.

"Emang apa yang dibisikkan?" Tanya Andriani.

"Dia membisikkan untuk nggak mengikuti Zennia, meski mengikuti harus tetap waspada." Jawab Seruni.

"Apa itu terkait jin qorin lagi?" Tanya Kujang yang sedang fokus menyetir.

"Aku nggak tau, tapi aku mempercayai keberadaan qorin. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh ulama." Jawab Seruni. Kujang hanya terdiam sambil terus fokus menyetir.

"Suaranya itu laki apa perempuan?" Tanya Arfan.

"Kok lu nanya gitu Fan?" Tanya Andrian yang heran dengan pertanyaan Arfan.

"Eh lu gimana sih, kita harus mastiin." Jawab Arfan.

"Maksud Lo, lo suka gitu kalau perempuan?" Tanya Andrian yang lalu mendapat juluran tangan dari Arfan.

"Sekate-kate Lo.. gua masih normal. Masih suka sama manusia."

"Bukan itu yang gua maksud."

"Terus apa?" Tanya Andrian yang tambah bingung.

"Maksud Arfan tuh kita harus tau siapa yang membisikan itu, meski kita nggak denger secara langsung tapi seenggaknya kita dapat menyimpulkan dari orang-orang yang mungkin aja kita kenal dan ka Seruni lagi ngelamun malah kepikiran dengan suara seseorang itu." Jawab Andriani yang sedikit menjelaskan dan membela Arfan.

Andrian akhirnya paham dengan penjelasan Andriani, dan Arfan langsung geleng-geleng kepala dengan kebucinan Andrian. Sabrina yang masih terjaga dalam tidurnya, dia terbangun dengan ketawa dari Arfan.

Tidak lama, sampailah mereka di depan gerbang rumahnya Zennia. Ketika Zennia membukakan gerbang rumahnya, tiba-tiba saja....

***

Mau tahu kisah selanjutnya dari Kujang The Series Season 2 (Mengungkap Misteri) kuy ikuti terus ya RIFER Story.

Bab. 6 : Bisikan

Kujang The Series 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang