Sweetest Mistake | 06

3.7K 576 58
                                    

"Kalau begitu, bukankah sebaiknya kita mengeceknya langsung ke dokter kandungan apakah di dalam perut anda ada anak saya atau tidak?"

"Saya tidak—,"

"Kalau anda menolak untuk melakukan pemeriksaan sekarang, ke depannya saya akan terus-menerus mengganggu anda sampai anda mau menikahi saya." sela Jeffrey cepat, seakan tak membiarkan Rose untuk menolaknya.

"Tapi kalau setelah dilakukan pemeriksaan dan anda tidak hamil, saya tidak akan pernah memunculkan lagi batang hidung saya di hadapan anda." lanjut Jeffrey kemudian.

Selama beberapa saat Rose terdiam cukup lama seraya menatap Jeffrey dengan sorot mata penuh keraguan. Bukan pria dihadapannya yang membuatnya ragu, melainkan dirinya sendiri.

Saking sibuknya pekerjaannya sebagai dokter yang memegang UGD rumah sakit, Rose benar-benar baru ingat bahwa sudah lewat dua minggu dari jadwal menstruasinya yang seharusnya.

Gimana kalo ternyata gue hamil?

Rose jelas tidak menginginkan pilihan pertama, membayangkan Jeffrey yang terus-menerus mengganggunya dan menuntutnya untuk menikah dengan pria itu saja Rose tidak mau. Akan tetapi, jika Rose memilih pilihan kedua dan hasil pemeriksaan nanti dirinya malah positif hamil, alasan Jeffrey untuk menuntut pernikahan dengannya tentu semakin kuat.

Tawaran Jeffrey layaknya jebakan batman. Kedua tawarannya seakan hanya berujung menguntungkan pria itu dengan tercapainya apa yang ia inginkan.

"Jadi, apa pilihan anda?" tanya Jeffrey kembali pada akhirnya, karena Rose tak kunjung bersuara dalam waktu yang cukup lama.

***

Helaan napas panjang keluar dari bibir Rose, tepat setelah bokongnya duduk di kursi penumpang depan mobil Jeffrey. Sulit dipercaya bahwa ia saat ini benar-benar berakhir duduk di mobil Jeffrey.

"Anda akan membawa saya ke rumah sakit mana?" tanya Rose pada Jeffrey, begitu pria itu masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Rumah Sakit Amarilis, di sana ada tim dokter khusus keluarga saya." jelas Jeffrey seraya melirik Rose dengan wajah begitu cerah, seakan begitu puas dengan keberadaan Rose di sisinya saat ini.

Jeffrey baru saja akan menurunkan rem tangan mobilnya, namun tiba-tiba ia kembali menoleh ke arah Rose dan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Karena hari ini akhir pekan, jalanan pasti macet dan waktu tempuh kita juga akan lebih lama. Anda bisa beristirahat." ucap Jeffrey kemudian.

Namun, jangankan membalas ucapan Jeffrey, Rose bahkan tak sedikitpun membuka bibirnya. Wanita itu hanya diam seraya melipat kedua tangannya di dada, sebelum kemudian membuang pandangannya ke luar jendela mobil. Secara terang-terangan mengabaikan Jeffrey.

Meski begitu, Jeffrey tidak merasa tersinggung sama sekali atas pengabaian yang Rose lakukan padanya. Bahkan tanpa disadari, kedua sudut bibir pria itu malah tertarik ke atas. Membentuk sebuah senyuman. Karena pada nyatanya, saat ini Jeffrey sudah begitu berbunga-bunga hanya dengan keberadaan Rose di sisinya.

Kalau saja tidak ada permasalahan bisnis perusahaan di beberapa cabang Asia Tenggara yang harus Jeffrey urus selama hampir satu bulan lamanya, pasti sudah sejak lama ia melakukan berbagai cara untuk bertemu langsung dengan Rose. Tanpa harus menghadiri pesta pernikahan salah satu manager perusahaannya dengan adik tiri Rose.

Karena itu lah, tidak peduli bagaimana hasil pemeriksaan Rose nantinya, Jeffrey pasti akan tetap memperjuangkan wanita itu untuk menjadi miliknya.


***


"Rose,"

"Rose,"

Sweetest Mistake | JaeroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang