Sweetest Mistake | 13

1.6K 258 38
                                    

Hai hai, maaf kemarin aku gak jadi double up karena part 14 masih belum selesai jadi agak maju mundur mau update, tapi ya akhirnya update juga sih😉

Happy reading~

***

Edwin melirik arloji yang ada pada jam dinding  yang ada pada ruang pengantin pria yang ada di dalam gereja dan menunjukkan pukul 07.30 pagi. Sulit dipercaya, ia benar-benar berhasil memenuhi perintah paling gila Jeffrey kali ini. Dimana ia harus mempersiapkan pernikahan untuk atasannya itu dalam waktu kurang dari semalam.

"Rara Jonggrang aja ngasih waktu Bandung Bandawasa satu malem, anjing. Ini gue cuma punya waktu ga sampe 12 jam, bangsat."

Kira-kira itulah salah satu kalimat keluh kesah Edwin semalam, saat Jeffrey secara paksa membuatnya bangun dari tidurnya dengan mendatangi unit apartemennya secara langsung dengan terus menerus menekan bel tanpa henti.

Perintah Jeffrey kali ini menggeser pembelian bar sebagai perintah paling tidak waras yang pernah Edwin terima. Satu kesamaan dari dua perintah gila itu adalah berhubungan dengan wanita yang sama.

Jika saja bukan karena uang Jeffrey yang melimpah untuk membayar WO yang menyanggupi dengan harga 20 kali lipat harga normal, Edwin yang kebetulan mempunyai paman seorang pendeta, serta Joy yang memiliki relasi dekat dengan salah satu pemilik butik, pernikahan pagi ini jelas mustahil untuk dilakukan.

"Kalo lo ngasih gue perintah gila lagi, mending resign aja gue jadi sekretaris pribadi lo." ucap Edwin seraya menatap Jeffrey dari pantulan cermin dengan wajah yang kelewat kesal.

"Kalo pernikahan gue hari ini berjalan lancar, bulan ini gue kasih bonus 3 kali lipat gaji lo." sahut Jeffrey dengan santai yang masih bercermin seraya memasangkan dasi kupu-kupu di kerah kemejanya.

Kening Edwin seketika mengernyit, ia menatap Jeffrey dengan pandangan tidak percaya.

"Lo pikir waktu sama rasa stres gue ngurusin perintah lo yang gak masuk akal itu bisa dibayar sama uang?!"

"Lima kali lipat."

Mata Edwin kembali membelalak. Namun detik selanjutnya, senyuman puas terbit pada wajahnya.

"Oke."

Melihat reaksi Edwin dari pantulan cermin, Jeffrey hanya bisa memutar bola matanya seraya menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, salah seorang staf WO memasuki ruangan pengantin dan meminta Jeffrey untuk memasuki ruang pemberkatan.

Edwin kini berdiri tepat di sebelah Jeffrey sebagai pendamping pengantin pria. Saat ini, mereka tengah menunggu kedatangan Rose yang merupakan pengantin wanita.

Di dalam ruang pemberkatan hanya terdapat Jeffrey, Edwin, pendeta, dan beberapa staf gereja serta wedding organizer. Ini adalah pemberkatan pernikahan dengan jumlah tamu paling sedikit yang pernah Edwin hadiri.

Rasa cemas dalam diri Edwin kembali muncul, karena Jeffrey belum memberitahukan seorangpun dari keluarganya mengenai pernikahannya hari ini.

"Lo beneran yakin ini gak bakal dipermasalahin sama nyokap atau kakek lo? Mereka aja belum kenal kan siapa—,"

Belum sempat Edwin menyelesaikan ucapannya, pintu utama ruang pemberkatan tiba-tiba saja terbuka. Disusul dengan suara MC yang menyambut kedatangan pengantin wanita.

"Pengantin wanita memasuki ruangan."

"Kita omongin itu lagi nanti, masa depan gue sekarang udah di depan mata." Jeffrey berbisik pelan pada Edwin, sebelum akhirnya memfokuskan pandangannya pada pintu utama. Edwin tanpa sadar memutar bola matanya, tak menyangka kalimat menggelikan itu keluar dari bibir Jeffrey.

Sweetest Mistake | JaeroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang