Arentin menghela nafas sebentar.
"Ya, saya pasti akan melindungi anda."
Setelah Arentin kembali, Dian yang menunggu di kamar sebelah kembali ke kamar tamu.
“apakah ada hal penting yang dibicarakan putra mahkota?”
"Ya, dia hanya datang untuk berbicara."
Aku memeriksa sekali lagi kepada Dian setelah mengkonfirmasi bahwa Arentin benar-benar menghilang.
“Dian, apakah anda takut pada saudara saya?”
"Oh,oh bukan begitu."
Diane menundukkan kepalanya tampak seperti menyiapkan perasaan nya.
"Saya hanya malu terlihat seperti ini."
Dian berkata begitu sambil menunjuk gaunnya.
Aku tidak lagi bertanya secara mendalam karena dian tampak tidak ingin mengatakan lagi.
Tapi di sisi lain, aku merasa menyesal.
Karena dia adalah wanita lucu ini, malah suka Arentin.
Aku tidak pernah memiliki mata yang melihat seorang pria.
"Kalau begitu mari kita selesaikan gaun ini."
Sketsa yang sudah jadi ditambahkan dengan desain dekorasi yang dipilih oleh Diane pada gaun malang yang aku gambar tadi.
Namun, orang yang membuat gaun akan mengetahuinya.
Saya meletakkan kertas dengan sketsa gaun itu lalu menyarankannya ke Dian.
“Anda banyak membantu saya, jadi apakah Anda ingin minum teh bersama sambil makan makanan penutup?”
Untungnya, Dian tersenyum tampaknya perasaan nya telah pulih kembali.
"Ya saya menyukainya."
****
Setelah menyambut tamu dan menyelesaikan sulamanku, itu sekitar malam hari.
Aku meletakkan bingkai kayu ek sambil mengeluarkan benang dari dalam kotak lagi.
Aku mendengar suara yang akrab di belakang pintu dengan suara ketukan singkat.
"Putri, saya membawa teh anda."
Itu adalah pelayan yang akan membuat ku dalam masalah.
Aku mendengar suaranya aku yang sedang menyentuh sulamanku, tangan berhenti untuk sementara waktu.
"Ya, silahkan bawa kesini."
Lana,dengan pintu terbuka memperlihatkan rambut cokelatnya, membawa nampan dengan cangkir teh.
Para pelayan memang memiliki jadwal mereka sendiri.
Makanan atau teh untukku disajikan.
Tapi sampai saat ini aku belum pernah minum obat itu.
Aku tidak tahu apakah dia sedang mencari kesempatan atau belum.
Aku memang belum mencari dikamar Lana. Karena aku pikir dia akan takut dan menyerahkan dengan rencananya.
Tapi hari ini suasananya agak sedikit berbeda.
Lana memiliki penampilan yang sama seperti biasa, tetapi dengan wajah pucat, ada ketegangan yang tidak begitu terlihat.
Lana menaruh teh hitam hangat di atas meja di sebelahku.
Aku mengabaikan pandangannya sambil berpura-pura sedang menyulam.
![](https://img.wattpad.com/cover/312065818-288-k109090.jpg)