07

72.4K 4.5K 1K
                                    

Jangan lupa spam
Sudah sejak pukul lima sore Davin menyelesaikan pekerjaan nya hari ini. Niatnya ingin langsung pulang, tapi tiba-tiba ayahnya menelponnya dan meminta Davin pulang ke rumah ayahnya karena ada yang ini disampaikan. Akhirnya Davin pun pulang ke rumah orang tuanya dan kini sedang berhadapan dengan sang ayah tengah membahas sesuatu.

"Bagaimana proyek yang kamu urus akhir-akhir ini? Lancar?" tanya ayah Davin pada anak bungsunya.

Davin mengangguk kalem. "Sejauh ini lancar, Pa, meskipun sedikit menguras tenaga dan waktu."

"Baguslah, kamu memang nggak pernah mengecewakan," bangga sang ayah. Lelaki yang lebih tua dari Davin itu mengambil sebuah berkas dari dalam laci. Mengecek sebentar lalu disodorkan kepada Davin.

"Ini ada proposal baru. Kalau kamu nggak keberatan bisakah kamu meng-handle nya lagi? Banyak sekali perusahaan perusahaan kecil yang mengajukan proposal ke perusahaan papa, papa sampai pusing." ujar sang ayah sambil memijit pelipisnya lelah.

Davin belum menanggapi, ia hanya mengambil alih berkas tersebut dan membacanya dengan seksama. Ia mengangguk angguk paham setelah membaca berkas tersebut.

"Mungkin Davin bisa, tapi nggak bisa secepatnya, Pa," jawab Davin.

Sang ayah mengangguk. "Nggak masalah, yang penting kamu bersedia."

"Oke, Davin bersedia."

"Baguslah."

"Sudah? Ada lagi yang mau dibahas?" tanya Davin kemudian.

"Tidak ada. Kenapa buru buru? Nggak mau makan malam disini? Mama kangen kamu katanya, udah sebulan kamu nggak pulang," ujar sang ayah pada Davin.

"Mungkin lain kali aja, Pa. Davin masih banyak kerjaan di rumah yang harus dikerjakan nanti malam," jawab Davin sedikit tak enak menolak tawaran makan malam bersama di rumah ayahnya.

"Ah, yaudah. Tapi temui mama mu dulu, ya."

"Iya. Kalau gitu Davin pamit keluar dulu."

"Ya."

Davin pun keluar dari ruangan kerja ayahnya setelah selesai membicarakan urusannya dengan sang ayah dan turun menuju lantai dasar untuk berpamitan pulang.

Davin memang sudah lama tinggal terpisah sejak ia memiliki tempat tinggal sendiri. Awalnya orangtua nya melarang dan mengatakan Davin yang belum berkeluarga tidak begitu perlu tempat tinggal sendiri karena Davin malah akan kesepian nantinya jika tinggal sendirian, namun Davin tetap keukeuh membeli mansion sendiri dan memilih tinggal terpisah dari orang tuanya. Meski begitu Davin tetap sering pulang ke rumah orang tuanya untuk menjenguk kok.

Davin tiba di ruang keluarga setelah menaiki lift menuju lantai dasar. Menghampiri sang ibu yang terlihat sedang duduk sambil menonton televisi dan minum teh dengan santai.

"Davin pulang, Ma," sapa Davin pada sang ibu. Omong omong sudah sebulan kurang lebih Davin tidak pulang ke rumah karena sibuk mengurus proyek pekerjaannya dan baru bisa pulang sekarang.

Devina, nama ibunya. Wanita itu menghampiri Davin dan menyambut dengan pelukan dan kecupan di pipi saking rindunya pada si bungsu.

"Ah, Davin. Kapan datang?" tanya ibunya yang sedikit terkejut melihat kedatangan Davin karena tadi saat Davin datang sang ibu sedang berada di kamarnya.

"Iya. Papa suruh Davin datang, ada yang mau dibicarakan tadi." jawab Davin.

"Oh, sudah selesai?" tanya ibunya lagi.

"Sudah. Sekarang Davin mau pamit pulang dulu," pamit Davin.

"Loh, kenapa cepat sekali, nggak mau menginap? Mama kangen banget sama Davin. Davin sibuk banget ya sama kerjaan sampai lupa pulang?" tanya sang ibu dengan nada sedih.

Mr. Posesive & Badboy || Open PO  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang