22. Pengganggu

3.4K 375 111
                                        

"Minju?"

Gue melirik dari belakang tubuh Jaemin.

Bener aja, ada kak Minju yang berdiri di depan pintu apart.

Tubuhnya basah, dia nangis. Gue bisa lihat wajahnya yang pucat dan pundaknya yang bergetar hebat.

"Lo kenapa? Apa yang terjadi sama lo?"

"Jaemin, maaf aku ganggu kamu," kak Minju jatuh terduduk di lantai.

Gue bingung, sementara Jaemin langsung sigap bantuin kak Minju berdiri.

"Masuk sini, lo kenapa hujan-hujan?"

Hello ini gue manusia lo ini.

Bisa-bisanya gue diabain sama Jaemin!

Gedeg banget gue rasanya.

"Winter, ambilin handuk di kamar cepetan."

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue."

Jaemin natap gue tajam.

"Iya, iya gue ambilin. Bentar."

Gue masuk ke kamar terus buka lemari gue nyari handuk baru buat dikasih ke kak Minju.

"Nih,"

Gue ngasih tuh handuk ke Jaemin.

Jaemin dengan cepat membungkus tubuh kak Minju pakai handuk itu.

Cih bisa-bisanya dia perhatian sama cewek lain di depan gue!

"Duduk aja, gue buatin lo teh anget. Winter sekalian siapin baju ganti buat Minju."

"Lo ambil aja sendiri," ketus gue.

Lagi-lagi Jaemin ngasih tatapan tajam ke gue.

Kesannya kayak gue antagonis banget anjir.

Gue akhirnya masuk kamar, bongkar lemari gue nyari baju yang gak gue pakek buat dia.

Keluar dari kamar gue di suguhi pemandangan yang menyesakkan hati gue.

Jaemin sama kak Minju pelukan.

Posisi Jaemin membelakangi gue.

Entah kenapa gue de javu.

Apalagi melihat senyuman kecil terbit dari bibir kak Minju.

Gue salah lihat kan? Gak mungkin, dia ngasih smirk ke gue.

"Ekhm!"

Jaemin dan kak Minju sontak ngelepasin pelukannya.

Lebih tepatnya Jaemin sih yang duluan ngelepasin.

Kak Minju gatel banget sumpah!

Gue membanting pakaian bersih itu ke sofa.

"Tuh, cuma itu baju gue yang gak gue pakek."

Jaemin tiba-tiba aja nyeret gue, sedikit menjauh dari sana.

"Jangan kayak gini Winter. Lo harus tau situasi dan kondisinya."

"Maksud lo?!"

"Minju kabur dari rumah karena papanya. Biarin dia nginep di sini malem ini."

"Hah?" gue natap cewek itu sekilas.

"Kalau bokapnya nyiksa dia harusnya dia lari ke nyokapnya. Kenapa malah larinya ke lo?"

"Dari mana juga dia tau tempat kita tinggal?" Lanjut gue.

Jaemin genggam tangan gue. "Mungkin anak-anak Neo yang ngasih tau."

"Aneh!"

Tangan Jaemin naik ke pipi gue, dia ngusap lembut di sana.

Dijodohin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang