37. Hallo Kecil!

3.1K 273 62
                                    

Badan gue lemes banget.

Gue masih terbayang sama teriakan Winter, terngiang di telinga gue gimana kesakitannya dia.

Gak seharusnya Winter nolongin gue.

Andai aja dia gak narik gue. Sekarang Winter dan anak kita pasti masih baik-baik aja.

Gak sadar air mata gue menetes deras, gue ngeremes tangan gue keras.

Sesek

Bahkan sampai sekarang Winter belum bangun, setelah operasi terhitung hampir 5 jam dia belum mau membuka matanya.

Lewat lubang di pintu gue bisa lihat Winter tidur tenang. Kondisinya belum stabil.

"Argh!" teriak gue begitu frustasi.

Tangan gue bertumpu ke tembok, ngebiarin air mata gue jatuh ke lantai.

"Anak papa jangan nangis terus," papa ngedeket, dia ngelus pundak gue.

"Gimana gak nangis, anak Jaemin pa! Istri Jaemin!"

Gue tahu sekarang malah gue yang ngebuat orang tua gue sedih.

"Gak ada yang berubah meskipun kamu nangis-nangis gini." Ayah mertua gue ikut nenangin.

Sekarang gue tahu kenapa orang bisa disebut dewasa.

Papa dan ayah mertua gue, mereka sedih tapi tahu cara mengekspresikan kesedihan mereka. 

Gak kayak gue yang cengeng dan malah nangis-nangis kek gini.

"Duduk terus makan, kamu dari tadi belum makan," mama gue ngerayu.

Mata mama gak bohong, dia yang paling sembab.

"Jaemin gamau makan kalau Winter belum bangun!"

Gue udah kayak anak kecil, merengek mulu kerjaanya.

"Serah kamu lah, papa cuma mau bilang usap ingus kamu itu. Gamalu dilihat banyak orang?"

"PA!"

Please lah, gue lagi sedih ini!


***

Beberapa hari kemudian. . .

"Hallo, kecil." sapa gue dengan isak tangis.

"Kondisinya baik Jaemin," mama gue ngusap pundak gue.

Dia tahu gue sangat terpukul.

Di dalam sana bayi mungil yang seharus terlahir dua bulan lagi terbaring lemah di inkubator.

Jesselyn masih terlalu kecil. Sangat kecil dan lemah.

Dokter bilang kemungkinan bertahan cukup besar karena usia kandungan Winter udah 7 bulan lebih saat mereka terpaksa melakukan operasi karena pendarahan.

"Kamu istirahat dulu sana, biar papa sama mama yang jaga Winter. Nanti gantian sama Baekhyun dan Taeyeon."

"Tapi ma—"

"Mandi, bener kata papa. Kamu bau!"

"Ma!"

Gue baru sadar kalau udah tiga hari gue belum mandi.

Gue selalu di sini, bolak balik ke kamar Winter dan ngelihatin Lyn dari kejauhan.

"Jaemin pulang. . .janji ya ma kalau Winter sadar langsung telfon Jae?"

"Pasti sayang."

Dengan begitu gue undur diri.

Gue kaget sampai di depan rumah sakit  trio kampret udah nungguin gue.

Dijodohin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang