34. Kangen Winter

2.5K 253 68
                                    

Jaemin Pov

Dear Deary

Jaemin namanya laki-laki yang kusukai
Kelas kami berbeda, aku sering bertemu denganya karena perlombaan
Kami adalah partner yang keren

*

Aku menyukai Jaemin
Entah sejak kapan
Aku harap aku bisa menjadi pacarnya
Aku hanya terlalu malu untuk mengatakannya

*

Aku membenci Jaemin
Dia menolakku
Sama seperti papa dan mama
Orang-orang yang menolakku tak pantas untuk kusukai lagi
Mereka hanya sampah

*

Aku tidak bisa melupakan Jaemin
Kurasa aku sangat mencintainya
Sayang sekali dia sudah punya istri
Namanya Winter, adik kelasku
Gadis sombong dan selalu menatap rendah padaku

*

Satu malam aku tinggal bersama Jaemin
Malam itu aku sakit hati melihat mereka bersama
Winter dan Jaemin mereka akan punya bayi
Kenapa mereka sebahagia itu sementara aku menderita?

*

Mungkin ini akan mejadi tulisan terkahirku
Kami berciuman, malam itu
Jaemin juga memeluku erat
Tapi saat membicarakan Winter dia menodongkan pisaunya padaku
Dia berniat menyakitiku
Aku takut
Sepertinya aku akan mati lebih cepat

*

Siapapun tolong hukum mereka yang menyakitiku
Aku tidak ingin mereka bahagia
Sekalipun

Minju Aurella

"AKU TIDAK PERNAH MENODONGKAN PISAU ITU PADANYA! HARUS BERAPA KALI AKU MENGATAKANNYA HAH!"

"Jangan berbohong. Cctv sudah mengatakan segalanya!" bales pak polisi.

Rasanya gue pengen jambak rambut mereka keras-keras.

"Dia memintaku membuang pisaunya. Aku hanya bertanya, dimana aku harus membuangnya!" jelas gue geram.

Beneran lama-lama gue berubah jadi psikopat nih.

Gue emang kaget dan sedih saat denger Minju terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.

Tapi ya gak gini juga masa gue ditahan gara-gara dituduh mau bunuh dia?

Masalahnya kapan gue ada waktu buat membunuh?

Setelah pertemuan terakhir gue bener-bener gak peduli lagi soal Minju.

Brak

Gue nendang meja di depan gue, kesel dan marah jadi satu.

"Tahan amarah kamu Jaemin," papa yang duduk di samping gue berusaha nenangin.

"Au ah pa, Jaemin pusing. Pengen cepet pulang. Pengen meluk Winter!!" rengek gue gatau diri.

Bodo amatlah, selama seharian ini di ruang di interogasi pikiran gue isinya cuma Winter-Winter dan Winter.

Gue gak bisa meluk dia saat dia nangis dan itu ngebuat hati gue sakit.

Mana si Jeno sempet-sempetnya nyari kesempatan.

Ngajak duel emang.

Awas aja kalau dia nyari-nyari kesempatan di dalam kesempitan.

"Bicara dengan pengacara saya saja. Dan tolong panggilkan orang tua Minju!"

"Tunggu sampai gadis itu sadar baru kalian boleh menahan putra saya kalau memang dia ternyata bersalah."

Itu ucapan papa gue dan gue cuma bisa nyenderin kepala ke kursi.

Dijodohin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang