26. Berantem

3.8K 357 98
                                        

Jaemin Pov

"Ngapain lo bawa tuperware dua ke sekolah? Mau pamer?" tanya gue ke Renjun.

Isinya roti lapis. Gue makan aja sepotong.

"Jangan anjir!"

"Jaemin jancok! Lo bisa beli sendiri di kantin! Arghh gue buat itu dari habis subuh anjing!!" Renjun misuh-misuh.

"Oh buat ayang?" gue sengaja ngomong keras-keras.

"Diem lo!'

Gue terkekeh.

"Lumayan juga rasanya, bisa lah di makan manusia."

"Babi! Makasih kek apa kek ngehina aja kerjaan lo!"

"Kalau lo gak keberatan mending buat gue aja semua."

"Heh bos tengik!"

Jeno sama Haechan yang ada di belakang gue ikut ketawa menyaksikan kemarahan Renjun.

"Gue sengaja buatin Ningning bekel buat di makan bareng habis olahraga.  Sekarang raib gara-gara lo!"

"Oh ceritanya mau otw go public nich?" Ledek Haechan.

Gue turun dari meja Renjun. "Hari ini ipa 3 ada pelajaran olahraga?"

Bisa-bisanya gue lupa kalau hari rabu jadwal olahraganya Winter.

"Ada, lo gak nyamperin Winter?"

"Ini baru mau pergi." ujar gue berbalik cepat meninggalkan kelas.

"Ikut bestiehh!"

Gue memutar bola mata ngelihat Renjun udah berdiri di sebelah gue.

Gue jalan ke kelas Winter. Gue harap Winter gak ada di kelasnya.

Terkunci

Pintu kelas itu terkunci rapat. Artinya gak ada orang di dalem sana.

"Lapangan basket," gue natap lapangan dari atas sini.

"Winter ikut olahraga?" tanya Renjun.

"Gue mau cari tahu," gue bergegas cepat menuruni tangga.

"KAK JAEMIN!"

"Siapa lo?"

"Ehm itu temen sekelas Winter."

Gue nyernyitin alis. Ngelihat dia ngos-ngosan dengan wajah panik.

"Winter jatuh di lapangan. Dia nangis nyari kakak!"

Bangsat!

Gue berlari cepat menuju lapangan basket.

Tangan gue mengepal ngelihat kerumunan ramai itu.

"Minggir!" sentak gue.

Di sana gue lihat Winter duduk sambil nangis.

Hati gue sakit.

"Winter?"

Dia mendongak, natap gue dengan mata sembabnya.

Gue mau marah rasanya.

Tanpa sepatah kata apapun gue langsung ngangkat tubuh dia. Dan menjauh dari kerumunan itu.

"Gue jatuh. Pantat gue sakit hiks, perut gue juga hiks bayinya gimana?"

"Gapapa, kita ke dokter sekarang ya?" ucap gue menenangkan.

Winter cuma ngangguk kecil, dia nyusupin kepalanya ke dada gue.

Sial, gue merasa gagal jagain dia.



Dijodohin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang