"Kamu adalah gadis yang kuat, tak semua gadis bisa sekuat dirimu"
Pagi yang cerah seharusnya menjadi awal pagi yang indah bagi setiap keluarga, tapi tidak dengan gadis manis bergigi gingsul itu. Air matanya terus berjatuhan, hatinya hancur bak kaca yang pecah. Matanya terus mengeluarkan air seakan tak menerima kenyataan jika pria yang sangat ia sayangi telah pergi untuk selamanya.
Dadanya terasa sesak, dirinya tak ingin menangis dan terlihat lemah tapi air mata ini terus saja keluar.
Para tetangga sudah bersiap untuk mengangkat jenazah ayahnya untuk proses pemakaman. Mata Coklat kehitaman itu menatap sayu pada keranda yang berlahan mulai menjauh dari kediaman rumahnya.
Selama di perjalanan kakak dari ayah gadis itu terus memenangkannya, membisikan kata yang membuat gadis itu malah semakin menangis.
Proses pemakaman ayahnya sudah selesai, satu persatu orang-orang pergi meninggalkan tempat pemakaman termasuk bibinya, dan kini hanya tinggal dirinya sendiri yang masih setia memeluk batu nisan ayahnya.
Tak lama rintingan air dari atas langit mulai turun perlahan-lahan kemudian menjadi deras, cuaca seakan mengerti isi hati gadis itu, Langit tahu dirinya butuh Hujan untuk menutupi suara tangisnya yang mulai terdengar.
"Untuk apa menangis? Apakah dengan menangis ayahmu bisa hidup kembali?" tanya Wanita dengan pakaian serba hitam dengan kacamata yang bersandar di atas kepalanya.
"Alay tahu gak sih dek, orang udah meninggalkan itu ya udah, artinya umurnya cukup sampai di situ" ucap wanita cantik yang mungkin hanya beda beberapa tahun saja dengan gadis itu.
"Sudahlah sayang, ikut ibu sekarang. Kita hidup enak dan mewah bersama ayah barumu" wanita berumur itu mulai menarik tangan gadis itu untuk bangun
"Iya dek, besok ibu nikah sama duda kaya yang akan buat hidup aku, ibu dan kamu jadi enak. Gak kaya hidup sama ayah miskin!" ujar wanita cantik itu dengan wajah malasnya
Gadis itu berdiri, menantap ibu dan kakaknya dengan tajam walaupun matanya terlihat sembab.
"Ibu sama kak cantikan ini kenapa sih? Ayah baru aja meninggalkan bukannya berduka malah kalian mau happy-happy? Dan kalian ngomong gitu di depan makam ayah!" suara serak gemeteran gadis yang menahan tangisnya
"Ini suami ibu lo. Dan ini ayah kita kak" sambung gadis itu
"Mantan suami ibu"
"Mantan ayah"
"Mungkin mantan suami atau istri atau mantan pacar itu ada. Tapi untuk mantan anak dan orang tua apakah itu ada? Gimanapun darah ayah mengalir dalam diri kamu kak"
"Sudahlah sayang, kalau kamu gak mau ikut ibu gakpapa. Mungkin kamu masih berduka tapi ibu berharap sekali kamu besok datang ke pernikahan ibu" wanita itu memegang erat tangan anak gadisnya yang kedinginan dan gemetar
"Cepat atau lambat ibu akan segera menjemput kamu!" lirih ibu Zea
"Silahkan ibu berpesta dan maaf aku gak bisa datang aku sibuk. Sama halnya dengan ibu yang sibuk dengan pesta pernikahan ibu" gadis itu melepaskan genggaman tangan ibunya lalu duduk kembali sambil memeluk batu nisan ayahnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, A
Ficção Adolescente"Untukmu, laki-laki dengan seribu kelebihan dan sejuta kekurangan. laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta dan mengenalkanku akan arti cinta sejati yang sesungguhnya. Sosok yang pantang menyerah, perindu hujan dan hobi motoran"