"Kenapa kamu pergi duluan Res, bukannya kita janji untuk bersama sampai tua?"
Kediaman rumah Aris berkibar bendera kuning dan banyak orang yang berpakaian dengan pakaian putih dan hitam, terdapat bingkai foto Ares yang dililit dengan bunga melati yang masih segar dan ucapan berduka.
"Apa-apa nih?" tanya Aris yang baru pulang dari rumah sakit dan menunjuk bingkai foto Ares
"Apa-apa ini?" tanya Aris sekali lagi dengan nada marah dan masuk kedalam rumah serta di ikut teman-temannya yang tampak panik
"Mana Ares?" tanya Aris dengan penekan dan menatap teman-temannya secara tajam
"ARES!...RES!...ARES!..." panggil Aris yang terus berjalan hingga tiba di ruang tengah
Aris mendapati tubuh laki-laki tertutup kain dengan hidung di sumbat kain putih.
Aris terduduk di sampai tubuh laki-laki itu dan menggoyangkan tubuh laki-laki itu."BANGUN ! Gak usah bercanda! Gak lucu tahu gak?" suara Aris bergetar
"Bangun Ares, bangun! Ayo bangun! Bangun gak Kamu Res! Ares bangun!" Aris terus menggoyangkan tubuh Ares yang sudah tak bernyawa dengan air mata yang mulai berjatuhan
"Bangun! Kita berdua udah janji mau buat perusahaan yang mewah dari milik papah, kamu gak lupa janji itu kan? Ayo bangun!.... Aku-aku juga bawa makanan kesukaan kita... Ayo bangun Res! Bangun! Ayo kita habisin makanan kita dan jangan bagi sama mamah" Ucap Aris dengan air mata yang terus berjatuhan dan suara gemetarnya
"Bangun! Bangun! Bangun!" Aris memukul dada Ares berharap Ares kesakitan dan bangun.
Satu ruangan yang awalnya hening, kini terdengar suara isak tangis, Tante Linda memegang rambut Aris pelan lalu memegang rambut Ares secara bergantian
"Mah, Ares becanda kan? Mana kameranya? Ini pasti cuma buat bahan lelucon" Aris menatap mata Tante Linda yang tampak sembab
"Bangun Ares bangun!" pukulan pada dada Ares kini lebih kencang namun Ares tetap tak bangun.
Bumi merasa tak tega melihat sahabatnya yang menangis se histeris ini "Aris udah Ris!" Bumi tampak menarik tangan Aris untuk menjauh dari tubuh Ares namun Aris memberontak.
"Awas aja kamu Res, aku bakal bawa kamu ngebut di tikungan sampai kamu memohon untuk pelan" ancam Aris berharap Ares ketakutan dan bangun
"Aku tahu kamu takut kalau aku bawa ngebut apa lagi di tikungan, aku janji aku gak bakal ngelakuin itu kalau kamu BANGUN!" Bumi tak tega melihat Aris yang terus berharap pada Ares untuk bangun
"Bangun!" kini Bumi memeluk tubuh Aris dan belakang guna untuk menahan Aris agar tak memukul dada Ares lagi
Para tetangga kini bersiap untuk mengangkut tubuh Ares menuju ke pemakaman.
"Mau dibawa kemana abang gue? TURUNIN!" teriak Aris menggelegar dan membuat para pengangkut jenazah menurunkan keranda Ares
"Lepasin gue Bumi!" lirih Aris
Aris mendekati Tubuh Aris lalu memeluk keranda itu dengan tangis histerisnya, sedangkan Tante Linda sudah pingsan tak kuasa melihat Aris yang terus memaksa Ares untuk bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, A
Novela Juvenil"Untukmu, laki-laki dengan seribu kelebihan dan sejuta kekurangan. laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta dan mengenalkanku akan arti cinta sejati yang sesungguhnya. Sosok yang pantang menyerah, perindu hujan dan hobi motoran"