part 7
fools- troye sivan🎶-HAPPY READING-
Adara keluar dari kelasnya, yang satu menit lalu menjadi kelas horor karena ulangan bahasa Inggisnya. Kedua tangannya memegang tumbler biru muda, niatnya ia ingin mengembalikannya kepada sang pemilik.
Sebelum itu, ia ke kelas sebelah, kelas Tiara. Ia akan memintanya untuk ditemani. Tidak mungkin juga Adara ke kelas XII sendirian. Tidak apa-apa jika punya kenalan atau saudara. Nah, ini Adara, gadis yang malas beurusan dengan kakak kelas. Kecuali, Askar si.
"Hay La," sapa Adara ke gadis yang pernah dirostingnya kemarin. Matanya sempat turun kebawah untuk melihat kaos kakinya. Ketawanya hampir saja meledak jika ia tidak mengkodisikan dirinya. Kaos kaki pelangi itu masih terpakai dengan kondisi yang sama.
"Cari Tiara yah? Tiaranya lagi di ruang guru," jelasnya Lala sebelum Adara bertanya.
"Kok? Nilainya makin buruk atau gimana?"
Lala menggeleng, "nggak, dijadiin babu sama Bu Rita."
Adara mengangguk mengerti dan sedikit tertawa. Kasihan sekali sahabatnya ini, sudah jadi babu di rumah malah jadi babu sekolah juga.
"Yaudah La, bye-bye neng gelis," pamitnya dengan sedikit memuji, padahal dalam hatinya ia mengeluarkan komentar buruk.
Ingatkan dia untuk menceritakannya ke Tiara nanti jika, sekelasnya itu masih percaya diri menggunakan kaos kaki berdakinya.
Dan, pelajaran yang bisa dipetik atas kelakuan Adara adalah jangan terlalu percaya dengan pujian mulut. Sebab, kita tidak tahu apa yang ada dalam hati manusia itu, sksksk.
Adara kembali pada masalahnya yang bingung harus mengembalikan tumbler itu kepada pemiliknya. Selain masalah sendiriannya ke kelas XII, Adara juga takut Elang salah paham lagi.
Lalu teringat teman yang membuatnya biasa mengobrol dengan Askar yang tak lain adalah Lana. Langkahnya berbelok, berjalan ke kelas Bahasa.
Karena kelas Bahasa hanya ada satu, Adara langaung saja ke gedung yang berdampingan dengan perpustakaan.
Dari luar kelas Adara berdiri melihat kegaduhan kelas Lana. Ia jadi mengurungkan niatnya, ditambah lagi gadis itu sepertinya sibuk. Terlihat Lana sedang menulis.
Dikala gadis itu berbalik untuk kembali ke kelasnya sebuah teriakan membuatnya tetap diam, "woy Ra, sini!"
Adara tersenyum lalu memasuki kelas Lana dengan sedikit canggung. Bisikan mulai menusuk telinganya, ia menjadi bahan perbincangan karena postingan instagaram. Tapi, alasan canggungnya bukan karena itu, melainkan baru pertama kalinya Adara menginjaki kelas bahasa.
"Baru kali ini lo hampirin gue ke kelas, pasti lagi butuh 'kan?" Sembari mendengar pertanyaan Lana, Adara duduk di sampingnya
Adara tentunya mengangguk mengiyakan tetapi sedikit dibumbui dengan kalimat manis agar Lana ikhlas membantunya, "lo 'kan primadona Na, cantik gitu. Lo bisa akrab sama kakel gampang bangat .... Apa lagi sama kak Askar, iya 'kan?"
Lana memutar bola matanya, primadona konon. Ia banyak di kenal oleh kakak kelas karena Lana punya sifat yang ramah ke siapa 'pun.
"Mau minta tolong balikin tumbler kakAskar 'kan? Lana langsung tahu saat ia melihat botol minuman yang digenggam Adara. Gadis itu terkekeh lalu memberikan tumbler tersebut ke Lana.
"Kenapa nggak lo ajah si Ra?"
"Mau ada perang lagi? Elang itu cemburuan bangat," jawabnya dengan cibiran kesal.
Lana menghela nafasnya, melihat sekelilingnya dan mendapati temannya duduk dibelakang bangkunya. Ia memberikan kode agar temannya itu pergi.
"Kenapa dihusir?"
"Mau viral lagi lo?" Adara hanya mengangguk yang membuat Lana ingin mendorong keras temannya ini.
"Ingat bocil yang bikin gue sama Tiara gila ngadapin lo?"
Mendengar kata 'bocil' membuat mimik wajah Adara berubah seketika. Ia mengembangkan pipi kanannya dengan mata yang lari kesana-sini. Tiara paham, Adara tidak nyaman dengan pertanyaan itu.
"Ingat nggak si Ra?" tanga Lana sekali lagi dengan sedikit penekanan.
"Iya!" jawab gadis itu dengan ketus, "kenapa bahas itu, pembahasan kita nggak kesana."
"Gue cuman pengen lo sadar sama perasaan lo Ra."
Lagi dan lagi, setelah Tiara kini Lana yang berucap seperti itu. Adara menjatuhkan kepalanya pada meja di depannya, "lo sama Tiara emang cocok bangat."
"Emang cocok, waktu lo ajah galauin tuh bocil, gue sama Tiara yang tenangin lo. Ya ... sebelum Elang adasi."
Adara hanya diam, yang dikatakan Lana memang benar. Elang hanya pelampiasan semata tapi, kesimpulan Adara berbeda. Karena baginya Elang adalah obat yang menyembuhkan lukanya dari kepergian seseorang.
"Kisah lo sama dia belum selesai Ra tapi, lo malah berani mulai kisah baru," lanjut Lana lagi dan itu juga benar.
Orang itu meninggalkan Adara secara tiba-tiba dengan janji ia akan kembali, katanya Adara harus menunggu. Tapi, siapa juga yang mau menunggu selama dua tahun tanpa kepastian apa 'pun.
Diwaktu bersamaan Elang datang mendekatinya dan membuat Adara nyaman dengan laki-laki itu. Dikala Elang menyatakan perasaannya tanpa berpikir panjang Adara langsung menerimanya.
"Lo mau tahu rahasia Tiara?" tanya Lana mengalihkan pembahasan.
"Apa?"
Gadis berbando itu diam sejenak. Terlalu lancang memang jika ia membongkar rahasia Tiara yang ini, "Tiara suka sama Elang."
-SAMPAI SINI YGY-
Tetap hppy kiyowo walau sedih ....
Maklumi ketypoan mata author ketutup awan awan kebucinan. Bye gaes, see u🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (On Going)
Teen FictionMemulai kisah baru tanpa menyelesaikan kisah lama. Adara Syakira Larahman, gadis yang tak bisa membedakan rasa nyaman dengan rasa sayang. Membohongi diri sendiri dan berakhir menyakiti perasaan seseorang yang tulus padanya.