part 8
Somebody's Pleasure 🎶-HAPPY READING-
Suara telvisi terdengar dari ruangan yang dikenal ruang keluarga. Tapi, untuk rumah Adara ruangan itu hanyalah ruang untuk bersantai-santai saja. Sebab, Rahmat itu sangat sibuk karena pekerjaannya dan sekali di rumah kerjanya hanya marah-marah terus.
Ayah dan ibunya? mereka tidak tinggal bersama. Ayahnya yang dipanggil Bapak itu memilih untuk tinggal di rumah pacarnya, kadang kala orang tua itu pulang dihari minggu saja. Ibunya sendiri sudah punya keluarga baru.
Untuk Rahmatullah dan Adara, mereka sudah menerima perceraian orang tuanya. Tapi, tidak dengan pacar bapaknya atau suami Ibunya. Makanya saat mendengar perkawinan wanita yang mengandungnya kedua kakak beradik ini tak sudih lagi bertemu dengannya. Dan, pada saat laki-laki tua itu membawa gadis yang hampir seumuran dengan Rahmat, langsung saja kakak Adara mengusir bapaknya.
Tapi, bapaknya ini masih memiliki hati nurani. Itulah sebabnya bapaknya kadang datang pada hari minggu. Walaupun kedua anaknya itu tidak memperdulikan kehadirannya.
Oh iya Adara sedang menonton berita artis. Gadis ini punya hobi menonton gosip. Itulah mengapa Adara sangat mahir mengomentari segala hal. Jiwa ibu-ibu kompleknya sudah ada didalam dirinya sejak dini.
Namun, untuk kali ini telvisi lah yang menontonnya. Padahal berita yang di bawakan mengenai perselingkuhan Syhans dengan Rendy. Adara sama sekali tak ingin ketinggalan beritanya. Tapi, karena perkataan Lana membuat Adara pusing tujuh keliling.
Adara yang duduk pada kursi yang hanya bisa duduki satu orang itu menunmpukkan dagunya pada tangan kanannnya. 'Tiara suka sama Elang,' kalimat itu terus saja terputar diotaknya.
"Ais," kesalnya. Ia beralih menyandarkan dirinya ke kursi empuk itu, "kalau Tiara suka sama Elang kenapa nggak ngomong ke gue? Kenapa harus ke Lana."
Kakinya menyilang, mengambil remot tvnya dan memindakan siarannya. Matanya berbinar melihat layar kaca yang menampilkan Prilly Latoconsina. Ia terpanah melihat kecantikan aktris itu hingga melupakan masalahnya.
Ia berdiri dari duduknya, memandang kakinya hingga dada, "andai gue kayak Prilly pasti semua baju cocok sama gue," ujarnya membandingkan dirinya. Lalu menggeleng, "harusnya gue bersykur, udah untung dikasi badan sama Tuhan."
Lalu gadis itu kembali duduk, mengingatnya kembali. Ia memainkan pipinya, mengembangkan ke kanan lalu ke kiri. Lalu, mengubah posisi duduknya. Adara sangat banyak gaya.
"Gue harus bersikap gimana ke Tiara. Apa gue harus cemburu?" tanyanya berharap ada hantu yang menjawabnya, "ya gue harus cemburu."
Adara mulai tidak waras, bertanya dan menjawabnya sendiri. Anggap saja ia sedang berbiacara dengan hantu.
"Tapi, kenapa gue nggak cemburu?" bingungnya sendiri, memang nyatanya dia tak pernah sekali cemburu jika Elang bersama dengan gadis lain.
"Ingat Ra, cemburu bukan bukti bahwa lo nggak sayang sama Elang. Cemburu itu kekanak-kanakan," monolognya mencoba meyakinkan dirinya. Tapi, tetap saja ia ragu pada perasaanya sendiri.
Lalu ia memilih mematikan telvisnya. Memasuki kamar mengambil cardingan cokelatnya. Ia berencana untuk ke supermarket. Namun, sebelum itu Adara menyempatkan untuk mengirimkan pesan ke Rahmat dan meminta transferan uang, kakanya belum pulang. Entah kakaknya itu masih sibuk di rumah sakit atau asyik nongkrong dengan temannya-temannya.
Mengenai uang, Adara masih punya banyak uang. Bapaknya juga tahu tanggung jawabnya. Tapi, Adara ini sangat perhitungan. Kurang seratus saja dia sudah panik seakan-akan kurangnya uangnya itu akan menghancurkan bumi.
Cukup berjalan kaki, rumah Adara dengan mini market terbilang dekat. Dia juga ingin menikmati udara malam yang akan membuat hidungnya tersumbat nanti.
----
Setelah membeli apa yang dibutuhkan Adara singgah di taman komplek rumahnya. Satu kaleng seprite sudah habis, ia memilih untuk memakan roti berisi strawbery. Sebenarnya dia tak suka rasa manis asem itu tapi, stok rasa cokelat sudah habis.
Kepalanya bersandar pada tiang lampu jalanan. Mulutnya mengunyah potongan terkahir rotinya. Lalu mengambil lagi seprite dari kantong belanjanya. Meminum dalam 3 tegukan dan seprite itu sudah habis. Tak sampai distu, ia mengambil kaleng hijau tersebut dan meminumnya lagi.
Adara membeli 10 kaleng seprite. Iya, dia gila. Tapi, dia pusing. Meminum minuman bersoda membuat otaknya sedikit fresh.
Kaleng ke tiga, Adara bersendawa kesekian kalainya. Ia tersenyum simpul, sendawa karena seprite baginya itu sangat luar biasa, menagihkan baginya.
Ia mengambil sepritenya lagi, membukanya dengan jempolnya. Tanganya membawa bibir kaleng itu bertemu dengan bibirnya lalu seseorang mengambil kaleng itu yang membuatnya terbatuk-batuk karena tersedak.
"Kalu lo ngadu sakit perut, gue nggak bakal ngeladenin lo."
Ia mentap orang itu, menulikan telingnya lalu kepalanya beralih bersandar pada pundak laki-laki itu.
"Nggak takut mabuk minum sebanyak itu?"
"Alkoholnya rendah," jawabnnya dengan nada lemas.
Tangan kiri Elang mengusap-usap rambut Adara dengan penuh kasih sayang. Gadis itu mendengok menatap pacaranya, "lo ngapain keisni?"
"Rindu sama pacar," jawabnya jahil. Adara hanya mendengar saja kembali mengambil minuman yang dirampas Elang tadi. Tapi, dengan sigap laki-laki itu menghindarkan tangannya.
"Kenapasi Ra? Kalau ada masalah cerita sama gue. Gue nggak suka yah kalau lo mendam sendiri. Lo itu pacar gue, apa 'pun yang terjadi sama lo itu urusan gue juga, " jelas Elang panjang lebar.
Adara tersentuh dengan kalimat Elang tapi, tidak mungkin dia mengatakannya.
"Gue bingung, burung yang mampir di rumah gue tadi siang cowok atau cewek."
nangisss liat T5
SEE UUU🧚🏻🧚🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT (On Going)
أدب المراهقينMemulai kisah baru tanpa menyelesaikan kisah lama. Adara Syakira Larahman, gadis yang tak bisa membedakan rasa nyaman dengan rasa sayang. Membohongi diri sendiri dan berakhir menyakiti perasaan seseorang yang tulus padanya.