"Menurut lo kita kalah atau menang?"
"Kalah."
Junghwan manggut-manggut, membenarkan perkataan Asahi. Daripada menang, lebih masuk akal jika mereka kalah. Hubungan mereka pun tampak semakin renggang, Jeongwoo dan Junkyu menjauh, kedua pemuda itu malah asik bermain kamera yang didapat dengan sihir Jaehyuk. Mereka tak pernah lagi berbicara dengan Yoonbin maupun Doyoung atau yang lainnya, seakan-akan tak mengingat tentang kerusuhan kemarin. Mereka berlatih sendiri-sendiri tanpa komando.
Sementara para penyihir masih terluka cukup parah, Jihoon berusaha untuk memperbaiki situasi, begitupun dengan Jaehyuk dan Hyunsuk.
Mashiho akhir-akhir ini juga sering melamun, Yoshi menghiburnya walaupun ia sendiri juga tidak tahu apakah dirinya juga terluka.
Cita-cita Yoshi, Mashiho, dan Jihoon sama. Mereka benar-benar ingin menjumpai Ayah atau Ibu mereka sekali saja sebelum akhirnya mereka benar-benar tiada.
Jihoon tak pernah menunjukkan itu, namun Yoshi tahu, ia sering sekali melihat Jihoon mencari foto ataupun melukis gambar Ayahnya yang ia cari di internet. Miris sekali rasanya jika harus mati terlebih dahulu..
"Jangan pesimis begitu dong, kalian kan punya gue."
Jaehyuk tiba-tiba datang dengan nampan penuh makanan di tangannya, ya apalagi kalau gak hasil sihir.
"Gue udah berbaik hati nih, makan dong," ucapnya menyerahkan nampan tersebut pada dua makhluk di depannya.
"Ck, haram tahu makan makanan hasil sihir," decak Junghwan membuat Jaehyuk menatapnya tak suka. "Eh, enak aja kau sekate-kate! Dicoba dulu dong, rasanya sama tahu."
"Sama?"
"Iya."
"Dicoba dulu." Jaehyuk kembali menyodorkan dua buah roti dan dua susu putih pada Asahi dan Junghwan.
"Jangan pesimis kalah, Junkyu dan Jeongwoo gak akan biarin itu terjadi," tutur Jaehyuk tiba-tiba setelah melihat Asahi dan Junghwan meneguk susunya habis.
''Di ramalannya aja Kak Junkyu berkhianat," gumam Junghwan tak yakin. Jaehyuk terkekeh. "Itu alasan kenapa Yedam kasih tahu Junkyu."
"Apa?"
"Biar dia tahu, gue gak bisa kasih tahu banyak. Junkyu gak sebodoh itu, dia lagi cari cara menghilang di hari perang."
"Hah?"
"Lo bakalan tahu nanti." Jaehyuk tersenyum penuh arti. Sementara Asahi mengenyit. "Lo manggil Kak Junkyu itu Junkyu doang? Umur lo berapa?" tanyanya.
Lagi-lagi Jaehyuk tersenyum penuh arti.
"Umur gue 109 tahun, dan Junkyu 18 tahun. Lo mau tahu gak gue siapanya Junkyu?"
Asahi rasanya pingin noyor kepala Jaehyuk yang menaik-turunkan alisnya, berusaha memancing emosi Asahi dengan muka tengilnya. "Apaan?" tanyanya malas.
"Penyihir pribadinya kerajaan vampire, hehehe."
Jangan tertawa.
Tapi Hyunsuk bukan salah satu penyihir terkuat di Hogwarts. Ia juga bukan saudara Harry Potter seperti yang dia bilang di kelas saat itu, bahkan jika dibandingkan Jaehyuk, Hyunsuk tidak ada apa-apanya.