Lembar Delapan

18.5K 3K 440
                                    

Helow ngap, kita bertemu lagi bersama Mak Lala tercantekk menawan nan baik ranjin menabung 🤗

Jangan lupa boom komen sama vote ygy. Biar Mak Lala menjadi strong untuk update buat kalian 💪🔥🔥

Yang gak vote sama komen hamil!


.

HAPPY READING ANAK MAK LALA!

『••✎••』

Renjun duduk termenung di depan teras kosan, ia menatap langit senja yang tampak indah dimatanya. Tatapannya tak bisa diartikan, seperti ada hal yang disembunyikan darinya.

"Ayah sama Bunda belum pulang," ujar Renjun dengan nada berbisik.
"Mereka bahkan gak pernah hubungin Renjun sama sekali."

Renjun tersenyum getir. "Mereka pasti kembali kan, Tuhan. Mereka pasti dateng di acara wisuda Renjun nanti."

Terdengar suara Adzan maghrib mulai berkumandang.

"Magrib." bukan Renjun yang berbicara, melaikan seseorang yang entah sejak kapan berdiri di sebelahnya. Dengan mendongakkan pandangan, Renjun akhirnya tahu siapa orang itu.

"Jangan sedih, mereka berdua akan balik buat jemput lo." lanjut seorang cowok yang umurnya terpaut lebih tua darinya, siapa lagi kalau bukan Mark.

Entalah mengapa cowok itu selalu datang tepat saat Renjun sedang mengeluh.

"Tapi, kapan mereka jemput gue?" tanya Renjun kepada Mark. Cowok itu membalikan tubuhnya melihat Renjun singkat.

"Gue gak tau kapan mereka jemput lo. Yang terpenting urusin kesehatan lo sekarang, dan pikirin supaya lo sembuh dari penyakit sialan lo itu." Mark bergerak masuk kedalam kosan terlebih dahulu.

Renjun menatap punggung Mark yang semakin lama semakin hilang dari pandangannya.

Cowok itu bangkit dari duduknya lalu ikut berjalan masuk ke dalam kosan.


『••✎••』

"TUYUL MANA YANG BERANI NYOLONG MIE GUE!" teriak Haechan lantang. Semua penghuni kosan berkumpul menemui Haechan yang beteriak tadi.

"Mie yang dimana?" tanya Jaemin.

"Yang di laci dapur, padahal itu stok gue buat akhir bulan." jawab Haechan memelas.

Jisung mendekat kearah Haechan, mengelus pelan punggung cowok yang tampak sedih itu gara-gara mie nya hilang.

"Kak Echan yang sabar ya, tadi mie nya Jisung makan semua buat konten mukbang sama kak Felix."

Suara hati Haechan :

Suara hati Haechan :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Allah, Sung. Kenapa lo gak ngomong makan mie gue?!"

"Sabar, Chan." Jeno menahan tubuh Haechan yang hendak mengajak gelud Jisung.

"Maaf kak Echan." Jisung langsung lari sebelum di makan sama Haechan.

"GAK USAH LARI LO TITAN!" teriaknya lalu mengejar Jisung hingga ujung Bandung. Mereka hanya menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan Haechan dan Jisung saling kejar-kejaran.

"Udah woy, runtuh ntar ini kosan gara-gara ulah lo berdua, mau lo di kubur hidup-hidup sama pemilik kosan!" tegur Jaemin.

Pemilik kosan ini dikenal kejam karena mantan preman, tapi sekarang udah tobat, malahan sekarang jadi seorang ustadz. Nama pemilik kosannya, Jaehyun.

Mereka menyudahi kegiatan kejar-kejarannya. Haechan mendengus kesal dan melihat Jisung tajam.

"Awas ya lo. Gue akan cepu sama semua teman lo, kalau lo masih ngedot." ancam Haechan membuat Jisung gelisah.

Gimana kalau semua temannya tau dan satu sekolah tau kalau ia masih ngedot? Hancur sudah harga dirinya. Pikir Jisung.

"Jangan bilang Jisung masih ngedot, Jisung mohon." ucap Jisung memohon kepada Haechan.

"Kalau gitu gantiin mie yang lo bikin mukbang tadi sekardus."

"Sekardus?" gumam Jisung tak percaya. Haechan mengangguk.

"Iya, besok Jisung gantiin pakek duit Chenle"

"Oke, besok pagi mie nya udah harus ada di laci." kata Haechan.

Jisung hanya bisa menghela nafasnya. "Iya, kak Echan." pasrahnya.

『••✎••』

Jaemin baru saja selesai mencuci piring, ia mendapat hukuman karena ia kalah bermain gunting batu kertas. Nasib memang.

Niat Jaemin selesai mencuci piring adalah rebahan sambil main ponsel. Tapi, karena ia masih ingat kalau tugas skripsinya belum selesai, jadi ia mencicilnya sedikit-sedikit.

Bugh!

"Anjg, sakit babi!" suara itu terdengar beberapa detik kemudian, ketika sebuah kardus berisikan mie mengenai tepat di pundak Jaemin. Cowok itu menoleh kearah Jeno yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Lo kenapa sih, Jen? Pms lo pakek lempar-lempar barang?" tanya Jaemin merasa aneh kepada Jeno.

"Kalau orang nanya dijawab bege, jangan diem aja kayak orang bisu." sambung Jaemin kembali fokus dengan laptopnya.

"Jaem, gue mending mati aja gak sih."

"Lo ngomong apasih. Kenapa sih lo tiba-tiba pengen mati? Jadi orang tuh bersyukur, dikasih umur panjang malah di pendekin."

Ucapan Jaemin membuat Jeno terdiam memebeku. Pasalnya Jaemin tidak tau apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.

Jaemin bangkit dari meja belajarnya dan bergerak mendekat kearah Jeno. Sekarang ia sudah berdiri tepat di hadapan cowok bermata sipit itu.

"Kalau ada masalah ngomong, jangan lo pedem sendiri."

Jeno tidak menjawab dan malah pergi keluar kamar.

"Itu anak kenapa sih? Aneh banget tiba-tiba pengen mati." Jaemin berdiri dengan menempatkan kedua tangan pada pinggang; berkacak pinggang.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jeno?

Segitu dulu aja ygy.
Maaf karena ceritanya penuh ke prikan mereka.

Jadi silahkan tinggalkan jejak.

Lanjut gak nieh?

7 ANAK KOSAN [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang