Helow ngap, kita bertemu lagi bersama Mak Lala tercantekk menawan nan baik ranjin menabung 🤗
Jangan lupa boom komen sama vote ygy. Biar Mak Lala menjadi strong untuk update buat kalian 💪🔥🔥
Yang gak vote sama komen hamil!
.
HAPPY READING ANAK MAK LALA!
『••✎••』
"IKANNYA MELEDAK TOLONG!" pekik Jeno histeris saat memasukkan ikan kedalam minyak panas. Cowok itu tampak mengenakan helm beserta jas hujan sebagai alat perlindungan."Jen, ikannya di balik, gosong nanti." kata Renjun membawa tutup baskom untuk melindungi dirinya dari cipratan minyak panas.
"Anjir, udah kayak petasan. Dar, dor, dar, dor." celetuk Mark bersembunyi dibawah meja.
"Panas anying!" cetus Jeno terkena cipratan minyak panas.
"Goblok, gitu aja gak becus." Jaemin datang lalu menyahut spatula yang dipegang oleh Jeno.
Dari kecil Jaemin udah kebal kena ginian, karena di rumah ia selalu disuruh-suruh oleh Yoona buat bantuin masak. Derita anak tunggal.
"Gak panas, Jaem?" tanya Renjun berlindung di balik tutup baskom.
"Panas lah namanya juga kecipratan minyak panas." jawab Jaemin. Tapi raut wajah cowok itu terlihat santai.
Setelah melewati drama perikanan, akhirnya mereka ber tujuh tengah makan malam bersama di dapur, suasana tampak ramai dipenuhi canda dan tawa mereka.
"Pasti bakal seru, ya. Kalau selamanya kita kumpul bareng kayak gini." ucap Renjun. Kemudian sorot mata mereka menatap pemuda itu secara bersamaan.
"Kita bakal terus sama-sama, karena kita disini keluarga." balas Haechan.
"Kita akan sama-sama terus sampai nemuin pasangan hidup masing-masing." giliran Mark membuka suara.
Renjun terdiam dengan ucapan Mark. Pasangan hidup masing-masing, apakah di masa depan nanti ia bisa merasakan itu? Apakah nanti ia bisa merasakan menjadi seorang suami dan ayah bagi anak-anaknya kelak? Pertanyaan itu secara tidak langsung muncul dari otak Renjun.
"Njun..., kenapa diem? Cepet di makan, keburu di habisin Haechan nanti." ucap Jeno.
"Gue lagi yang kena." dengus Haechan.
Mereka melanjutkan acara makan-makanya hingga mereka kenyang dengan sendirinya.
Setelah makan malam, mereka bersantai di ruang tv sembari menonton kartun kesayangan mereka, iya itu, Dora.
"Katakan peta."
"Peta." ucap Jaemin mengikuti.
"Apa kau melihat babi?"
"Disitu tuh, di belakang lo." jari Jaemin menunjuk-nunjuk.
"Dimana?"
"Itu disitu, dibelakang lo." ia masih mencoba bersabar.
"Dimana?"
"Budeg banget! Itu di belakang!" Jaemin mulai emosi.
"Ya... Itu di sana."
"Kan daritadi gue udah bilang! DI BELAKANG!" geram Jaemin hampir membanting tv, namun ditahan oleh Jeno.
"Istighfar, Jaem. Ini tv kita satu-satunya yang gak di gondol sama Jaehyun kampret." titah Jeno menenangkan.
"Dasar dora jelek, gendut, pendek, budeg." maki Jaemin kepada kartun itu.
Apa sih prik banget ini cerita T T
『••✎••』
Haechan terlihat sedang bermain di luar bersama anak tetangga. Namanya, Junghwan. Biasa orang sini manggilnya, Wawan.
"Bang Haechan, Wawan kemarin pas sekolah diajarin nyanyi sama pak guru."
"Nyanyi apa, Wan? Coba nyanyiin." tanya Haechan.
"Pada hari minggu ku dorong kakak ke jurang, naik dengan istimewa ku duduk di muka, ku duduk di samping pak ustadz yang pindah agama, mengendarai kuda supaya baik akhlaknya. Tuk, tik, tak, tik, tuk, tik, tak, tik, tuk. Suara sepatu monyet."
"Guru siapa yang ngajarin lo nyanyi kayak gituan?"
"Pak Hendery." jawab bocah itu polos.
"Astaghfirullah, orang guru sesat kayak dia lo ikutin, Wan. Besok pindah sekolah aja deh, Wan. Mintak sama mak lo suruh pindahin."
"MAK! KATA BANG ECHAN BESOK SURUH PINDAH SEKOLAH!" teriak bocah itu nyaring, membuat Haechan segera buru-buru melarikan diri.
Haechan membungkuk dan menumpukan kedua tangannya di lutut, ia mencoba menormalkan nafasnya kembali.
"Kampret emang itu bocah." gusar Haechan dengan nafas tersengal-sengal.
"Lah, Chan. Lo ngapain disini? Kok ngos-ngosan gitu, habis maraton ya?" itu suara Giselle, cewek yang di taksir Haechan. Kalau anak jaman sekarang bilangnya, Crush.
Haechan kembali berdiri tegap, "Tadi cuman pengen olahraga aja kesini." sambung Haechan cengengesan.
Cewek itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Lo mau ngaterin donat lagi diwarung neng Seulgi?"
"Iya, sekalian mau bantu-bantu disana."
"Kebetulan banget, gue juga mau kesana. Gimana kalau bareng?"
"Heum... Boleh deh."
Haechan bersorak hore dalam hati.
Mereka berdua berjalan bersampingan menuju warung janda kembang, Seulgi.
『••✎••』
Jaemin anak om Siwon
P
Njun
Ren!
Woyy
Gue nemu kertas di dalam jaket lo
Anjng
Jaem, jangan dibuka kertasnya
Tunggu, gue kekamar lo sekarang
Jangan di buka
Ren...
Lo kok gak bilang sama gue sih 🙂
Segitu dulu aja ygy.
Maaf karena ceritanya penuh ke prikan mereka.Jadi silahkan tinggalkan jejak.
Gimana mau tetap lanjut gak nichh? Coba spam komen dulu kalau mau lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 ANAK KOSAN [SEGERA TERBIT]
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "Gue gak takut dengan namanya mati, karena setiap manusia akan mati saat tugas didunia udah selesai."-Renjun. ‼️CERITA INI MURNI HASIL KARANGAN AUTHOR SENDIRI. TIDAK ADA UNSUR PLAGIAT. JIKA ADA KESAMAAN DI CERITA LAIN IT...