Galau tak selamanya menyedihkan

9 2 3
                                    

Yasha yang menghembus nafas panjang dan hadapan dia rintikan hujan mulai berturunan.

Yasha suka dengan hujan, karena mendengar suara rintikan nya membuat dia nyaman. Dengan gitar di pangkuannya, Yasha menyanyikan lagu-lagu galau nya.

Sungguh tak muda bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah

Dan upayaku tau diri
Tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bersama
Pergilah menghilang sajalah lagi

Maudy Ayunda - Tahu Diri

GUBRAKK

Suara pintu terbuka membuka Yasha terkejut nya bukan main. Ternyata itu Jiden yang baru buat kopi buat dia dari dapur.

"Galau mulu, hepi dong." Jiden meletakkan sebuah kopi dengan temannya pisang goreng buatan tangan Mpok Siti.

"Huh kaget gua ji hihhh."
"Emang kenapa gaboleh ji kalo gua galau?"

"I think galau tuh menyedihkan. Jiji gamau Yasha sedih." Jawab polos dari Jiden.

Yasha hanya tertawa mendengarnya

Menurut Yasha galau itu tak selamanya menyedihkan, galau adalah tumpahan dari perasaan emosi dari dalam tubuh. Entahlah Yasha galauin apa? Padahal mantan pun dia blum punya.

Galau, membuat orang-orang menderita. Tapi galau membuat Yasha terlahir kembali.

 Tapi galau membuat Yasha terlahir kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaakkk." Damar yang menyuapin pudding buatan Appi nya ke mulut Jiden.

Hap, langsung di ngap sama Jiden. Dia kesenengan karena rasanya enak.
"Yasha kenapa sih suka galau mar, Jiden heran." Jiden dari tadi memperhatikan Yasha di depan jendela rumah Damar.

"Entahlah hyung, Damar aja gedek. Gimana kita usil." Sikap Cihil nya Damar keluar lagi.
"Ihhh gaboleh, nanti marah Yasha." Jiden menggeleng cepat kepalanya.
"Sekali aja sih, kita kagetin ya. Pliss." Damar berkedip cepat seperti lampu DJ.
"Othe othe. Sekali aja ya."
Damar hanya mengangguk.

Mereka diam-diam mendekati Yasha dengan berjalan seperti tentara di rumputan, yap merangkak.
Saat mereka mau kagetin.

TUKK

Ujung gitar Yasha terkena hidung Jiden ketika Yasha mau berdiri.
Yasha gatau kalo di pahanya dah ada si Jiden. Jiden langsung pindah sepoyongan ke lantai sambil kesakitan.
"Jiji, are you okay?" Tanya Yasha.
"Okay okay ndasmu, sakit lah." Jiden yang menutup hidung nya yang sudah berdarah itu.

Om Johan yang baru membuka pintu bareng Bang Dimas.

"Lho Jiji?! Kamu mimisan?!" Dimas yang langsung mengambil obat dari dalam tas kerjanya. Dia memberi pertolongan pertama ke Jiden.

-

Jiden yang sekarang dengan satu lubang hidungnya di beri tisu tiduran di pahanya Yasha di sofa. Jiden dah maafin Yasha kok, tapi dia harus boboan di paha Yasha.

"Lu sih di paha gua, kenaan kan?" Pandangan Yasha tertuju ke FTV di tv Damar, tapi tangan nya sibuk mengelus jidat Jiden.
"Tadi Jiden mau ngerjain Yasha, di ajak Damar. Eh malah kena gitar." Jiden sambil makan roti yang di bawakan Johan.

"Sesat emang si Damar. Pantes dapet julukan dari Bang Dimas, Damar Cihil."

Jiden yang memerhatikan Yasha yang liat FTV galau. Jiden pingin ganti channel, tapi remote nya di pegang Yasha.

"Jiji mau lihat Spongebob lho ih." Kesal Jiden berusaha merebut remote dari Yasha.
"Ga, orang gaada tadi. Gua pingin lihat ini dulu." Yasha yang kemudian jauhin remote dari Jiden. Karena lemes, Jiden gabisa ngambil nya.

"Ihhh Asha mau gitu huh."
"Udah toh, tak turunin ndas mu ko. Paha ku wes panas dari tadi."
Jiden menggeleng cepat kepalanya, dia gamau jauh-jauh dari Yasha.

Jiden memang di kenal semua orang anak yang ramah senyum, rajin beribadah, sopan, bijaksana. Tapi bagi Yasha, Jiden tuh kek Kucing, manjanya yaa ampunnn. Kalo Jiden itu kucing, dah dari dulu Yasha pelihara di kosan nya.

"Yasha kenapa sih liat yang sedih-sedih? Yasha lagi sedih ya?" Tanya Jiden.
"Engga." Singkat Yasha.

"Cuma hobi aja, liat yang sedih-sedih." Lanjut nya.

"Padahal kalo orang sedih tuh orang nya ga tumbuh gede. Yasha mau ketinggalan tinggi sama Jiji hm?"

Yasha mukul jidat Jiden pelan.
"Mau mentok segini aja gua, ntar ketinggian kek adik lu."
"Tapi ntar makin kecil lho pas tua."
Yasha hanya bisa tersenyum.

Jiden adalah yang bisa membuat seorang Yasha Natha Anderson dari dia dingin, cuek, menjadi murah senyum dan sering ketawa seperti dia sekarang.

Dahulu dari dia di titipkan ke panti asuhan pada usia 14 tahun, Yasha adalah anak yang sangat pemurung, jarang senyum. Sehingga di sekolah nya meski dia populer karena dia memenangkan olimpiade Inggris se-Indonesia, Yasha tetap aja gapunya teman untuk tempat dia curhat.

Sampai dia menemukan Jiden saat masuk SMA di sebuah aplikasi telegram. Mereka sering sekali berbicara apa aja. Bahkan nih ya pas mereka sama-sama masih kelas 11 SMA saat Jiden nangis karena dia terkunci di kamar mandi di kamarnya. Bukannya minta tolong ke orang tuanya, malah ke dia haha sehingga dja harus menelpon adiknya dia supaya di beritahu sama orang tuanya.

Aahh andai dari kecil dia dekat sama Jiden, pasti masa kecil tak sepenuhnya menyedihkan.

Aahh andai dari kecil dia dekat sama Jiden, pasti masa kecil tak sepenuhnya menyedihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


@.Mar_reasbot in telegram

Jiden Nak Rantau {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang