6

680 130 12
                                    

Anne baru saja selesai mandi pagi. Turun dari lantai dua menuju ruang makan untuk sarapan bersama.

"Pagi anak bapak"

"Pagi bapak ganteng"

Sapaan yang sudah biasa bagi anak dan bapak itu.

"Gimana?. Jangan tegang ya, Ne"

"Iya bapak. Tegang apa si. Dibawa sante aja kan?"

Tepat tiga hari lagi dirinya akan sidang skripsi. Sebenernya mau dibawa sante aja juga bingung. Wah gila Anne makin overthinking tiap malem. Tapi kabar-kabar dari kating sama temen pasti lulus. Ya sudah, Anne bawa sante tapi tetep serius. Oh ya, ngomong-ngomong apa yang V bicarakan saat itu...

"Kamu mau terima tawaran buat kerja di perusahaan nak V, Ne?"

Anne yang baru saja akan memakan roti gandum dengan olesan slai kacang sontak berhenti. Tepat sekali, ketika malam minum kopi saat itu V menawarkam dirinya untuk bekerja di perusahaan miliknya. Apa yang ditawarkan pria itu?

Asisten V!. Dirinya sempat bingung. Tiba-tiba pria itu nawarin jadi sekretaris. Mana katanya urusan masuk bisa diatur.

"Kalo kamu mau. Bisa Ne kerja di perusahaan aku. Jadi asisten utama. Kebetulan  sekretaris saya dua bulan lagi habis kontrak dan milih mundur"

Sebenernya Anne mau mau aja si. Gila perusahaan laki-laki itu gede!. Tapi Anne sempat sadar diri, masalahnya skill nya masih kagok. Ya Anne jujur akan hal itu. Mana ini asisten utama. Benar, posisi ini akan berada di bawah pimpinan perusahaan itu langsung yang dimana V lah pimpinannya. Tapi diinget-inget sayang juga kalo ngga dicoba. Mana ada kesempatan datang dua kali.

"Ngga tahu, Pak. Anne bingung"

Anne menghela nafas ringan seraya mengerucutkan bibirnya. Benar dirinya ragu akan tawaran itu. Bukan apa, tapi bagaimana jika hasilnya tidak memuaskan. Padahal V sudah menawarkan  dirinya.

"Duh, Pak. Anakmu mau ujian skripsi jangan ditambah pikiran gini loh."

Fera mendekat seraya menaruh mangkuk berisi nasi goreng di atas meja makan.

"Ne mamahmah ngga maksa. Tapi kesempatan ngga bisa dijamin bakal dateng lagi loh, nak. Ngga ada salahnya dicoba. Sekalian ngelatih kamu biar keasah kan skillnya. Kalo masalah cetek jangan dijadiin beban tapi jadiin motivasi kalo kamu bisa buktiin jadi lebih baik. Kamu bisa, Ne"

Pak Kumis ngangguk setuju dengan pernyataan istrinya.

"Nanti Anne pikirin lagi deh mah"

"Assalamualaikum!"

Baru saja selesai berbincang ringan, salam dari luar mengalihkan atensi mereka bertiga. James datang seraya menggendong Vano dengan raut wajah sedikit gugup.

"Ehh James, sini nak sarapan bareng", tawar Fera

"Ehh iya tante. Makasih, tan"

"Kenapa mas?", tanya Anne sadar dengan gelagat James ynag gugup.

"Anuu gini..emmm..."

"Anu gimana?", tanya Anne lagi.

"Duhh gini Ne, Tan, Om. Saya tiba-tiba ada urusan mendadak di kantor saya. Tapi posisi sekarang saya lagi jagain Vano soalnya ayahnya lagi rapat dadakan di kantor. Jadi... Aduhh maaf sebelumnya, kalo saya titip Vano disini sebentar boleh ngga tan, om, Ne?. Saya bingung soalnya mau dititipin ke siapa. Di rumah ngga ada orang. Bi Ijah belum kelar cuti. Mau di anter ke ayahnya saya bakal ngga keburu.  Soalnya lokasi kantor saya sama V beda arah. Jadi saya minta tolong ke sini. Aduuh gimana ya, saya bener-bener maa--"

Hai, V!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang