Hari demi hari V dan Anne mulai menunjukan kedekatan lebih. Anne makin hari semakin menyadari bahwa suatu hal telah tumbuh dalam perasaannya. Anne selalu bertanya dalam diri, apakah dirinya gila jika benar-benar memiliki rasa pada V?, pada bosnya sendiri? Salahkah?. Astaga kenapa begitu cepat seperti ini.
V yang jelas memiliki rasa pada Anne masih diam tak mengungkapkan. Hanya James saja yang tahu perasaannya ini. V masih memiliki rasa takut jika mengungkapkan perasaannya pada Anne. Jujur dirinya takut akan penolakan. Bagaimana jika Anne berpikiran bahwa dirinya pria tua gila yang memiliki rasa padanya. Oh astaga!, V selalu memikirkan itu.
"Sudah mandi?"
"Sudahh ayahhh"
Vano yang sudah rapih dengan setelan tuxedo hitam berlari menuju V yang baru saja masuk ke kamarnya. Pada saat itu pula Bi Ijah izin pamit setelah selesai dengan tugasnya untuk menyiapkan Vano.
"Anak ayah...", V menggendong Vano. Menarik pelan pucuk hidung mancung anaknya dan direspon dengan tawa geli Vano. Begitu menggemaskan. Sungguh V saja ingin sekali memeluk erat anaknya sendiri. Bisa kan?, tentu! Tapi anak itu akan marah sebab bajunya akan rusak oleh ayahnya dan raut wajah cemberutpun pasti akan anak itu tampakan.
"Emm...wah lihat anak ayah sangat tampan"
"Tentu saja Vano tampan"
James selalu berkata "Vano makin gede makin mirip sama bapanya. Ngga fisik ngga kelakuan". Rasa percaya diri anak itu sama saja dengan ayahnya.
"Ayah cium parfum Vano. Enakkan?"
V mengendus pakaian anak itu.
"Baru?, kayanya ayah ngga pernah beliin Vano parfum bau kaya gini?"
"Dari ante Anne ayah. Ayah boleh pake ko"
V tanpa sadar tersenyum lebar sekarang ini.
"Jemput ante Anne sekarang?"
"Benerankan?, ayoooo!"
Vano memilih turun dari gendongan V dan langsung berlari ke luar kamar dengan girangnya. V ditempat hanya geleng-geleng saja dengan senyum hangatnya. Dirasa dirinya bisa tenang jika Vano bisa menerima ibu baru. Lagipula hubungan keduanya juga sangat erat. V saja jika sedang bersama mereka rasa tak dianggap bak angin lalu saja.
Kini V tengah menyetir mobil. Anne duduk di kursi sampingnya dengan Vano dipangkuannya. Sedari tadi tidak terdengar percakapan antara kedua orang dewasa itu sedangkan anak laki-laki disana terus mengoceh dengan Anne. Heyy lihatlah V merasa tak ada saja di dalam sana.
Menempuh perjalanan hampir setengah jam akhirnya mereka sampai pada hotel tempat James dan Selly melangsungkan pernikahan.
Astaga V masih saja tak percaya temam sedari sekolah menangah pertamanya itu akhirnya menikah juga. Setelah cukup lama menyimpan rasa lebih akhirnya laki-laki itu dapat meminang wanita pujaanya. Jika mengenang pada masa-masa lalu V ingat sekali bagaimana James selalu mencurahkan kebahagiannya setelah memberi hadiah pada Selly yang dimana wanita itu sekarang sudah resmi menjadi istrinya.
"Selamat James. Selamat Sell. Semoga cepat diberi momongan ya"
Ucap V seraya menjabat tangan kedua mempelai malam ini yang diikuti pula oleh Rose.
"Gue taunya lo sama Anne ngga dateng. Soalnya orang tua sama ade Anne udah dateng dari tadi", ucap James.
Selly memperhatikan wanita yang berada di samping V itu.
"Anne ya?. Ahh...bisa-bisanya baru ketemu sekarang yah. Emm bener kata James kalian co_" belum selesai dengan perkataannya, Selly ditenggor pelan oleh James. Suaminya tersenyum seraya memberi kode agar tidak ceplos mengatakan hal yang bisa saja membuat salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, V!
Short StoryBapak satu anak yang diidam-idamkan oleh emak-emak komplek buat jadi mantu _lokal_