Kini Anne tengah menyiram tanamam di halama rumahnya. Cuaca pagi hari libur kali ini sangat bagus. Bisa nampak para tetangga juga tengah menikmati hari libur mereka dengan berjalan santai ataupun sekedar mengobrol.
Pergerakan Anne mulai mendekat ke arah ibu-ibu yang sedang mengobrol di tepi jalan. Sayup-sayup ia mendengar nama V.
"Kemaren saya liat Mas V sama perempuan keluar rumah"
"Yang rambut pendek kan?. Saya udah seminggu yang lalu sering liatnya"
"Aduh gawat ini. Kayanya udah keduluan. Mana cantik pisan cewenya"
Anne masih diam tak bergerak. Mendengar pembicaraan emak-emak itu entah kenapa nafasnya jadi memburu. Rasa tidak suka?. Tapi kenapa dirinya jadi cemburu seperti ini?.
"Sabar Ne...", Anne mengusap dadanya pelan. "Hih ko sabar?!. Kenapa gue?!"
Tak berselang lama ada sebuah mobil yang baru saja datang ke rumah V. Terlihat dua manusia lawan jenis keluar dari mobil tersebut. Yah... Itu V dan satunya...
"Lah Bu Arin?", Anne kenal betul wanita itu.
Arin adalah direktur perusahaan yang belum lama ini memang menjadi parter V dalam pengembangan sebuah usaha kolaborasi antara perusahan mereka. Kebetulan Anne pada saat itu juga turut dalam rapat oleh kedua perusahaan itu.
Luar biasa. Dua pemimpin perusahaan tengah berdua. Bagaimana tidak dengan pikiran-pikiran para tetangga yang melihat jika mereka ada pasangan, ya pasangan.
Pada saat itu pula Anne menghembuskan nafas. Genggaman selang ditangannya tiba-tiba melemas. Rasanya seperti dunianya runtuh seketika. Eyy apa ini?. Apa perasaannya selama ini telah berakhir. Lihatlah dua orang didepan sana.
"Iyalah mereka cocok!. Sama-sama mimpin perusahaan. Lahh gue cuman sekretaris doang. Hah...gini ya nasib orang cinta bertepuk sebelah tangan. Goblok banget gue!", cerocos Anne pelan.
Dengan sedikit kasar Anne membuang selang ke sembarang arah dan pergi dari sana dengan perasaan kecewa.
"Ehhh mbaaa!, selangnyaa!", Ryu berteriak dari depan pintu sana. "Mau kemana?!"
Anne terus berjalan menghiraukan teriakan adiknya itu. Kakinya terus melangkah hingga tak terasa sudah berada di tempat tujuannya.
"Pakde bubur satu. Ngga pake seledri"
"Ehh mba Anne udah lama nda ketemu. Monggo duduk dulu"
Seraya menunggu pesanannya jadi, Anne hanya melamun saja. Hingga orang yang sedang ada dalam bayangannya tiba-tiba ada disini juga yang pasti akan membeli bubur.
"Anne?"
Anne hanya diam. Dia menggosok kedua matanya untuk memastikan bahwa di depannya ini adalah V.
"V inget aku ngga pake kedelai!"
Seorang wanita berteriak dari arah belakang sana yang tidak lain itu adalah Arin. Hadeh...Anne yang sudah berusaha semaksimal mungkin menghindar guna menenangkan diri malah jadi tambah deket gini. Anne berdiri sopan menyambut wanita itu. Meskipun ini di luar jam kerja, tetapi imagenya harus tetap dijaga baik. Tentu saja juga mewakilkan perusahaannya.
"Eh... Sekretaris kamu kan V?"
"Iya. Ini Anne."
Anne makin cemburu disaat V memberikan senyuman cerah itu pada Arin. "Astaga...ko gue jadi gini", batin Anne
"Ne inget kan Bu Arin?"
"Iya mas..ehh pak", Anne memejamkan mata keceplosan memanggil V dengan sebutan mas di depan Arin.
"Ehm..ada yang dipanggil mas ni"
"Halah gawat ni! Cemburu kaga ya!. Asyem...bisa-bisa Bu Arin nyuruh mas V buat mecat gue lagi!." batin Anne masih dengan matanya yang terpejam. Dia mendengar kalimat sindir Arin tadi. Astaga otak Anne memang penuh dengan ke-overthingkingan.
"Ne?. Ngga duduk kamu?"
Anne membuka kedua matanya. Sontak mencoba untuk membiasakan diri dengan situasi saat ini. Niat hati pergi makan bubur untuk pergi jauh dari dua manusia ini, tapi malah jadi seperti ini.
Ketiga orang tersebut makan dengan santai. V dan Arin sesekali mengobrol kecil yang entah Anne tak tahu pembahasaannya. Dirinya memilih untuk diam saja. Jujur Anne pengin kabur. Lagian kalo ikut nimbrung mana nyambung dirinya. Lihatlah dua orang pemimpin perusahaannya masing-masing tengah makan bubur ayam di pinggir jalan seperti ini. Kalo hanya V, Anne bisa biasa saja, tapi ada mba Arin mana berani dirinya mengajak ngobrol bosnya itu.
"Ne kamu ko diem aja?"
"Eh, maaf bu.", Anne hanya tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya yang tak gatal itu. Ingin kabur takut dicap ngga sopan.
"Sante aja, Ne. Gimana kerja bareng V?"
"Eh?, oh?, a.. Ya itu.."
"Dia nakal ya?, suka bentak?, marah-mar..."
Arin terhenti setelah merasakan kakinya disenggol V disusul dengan muka datar pria itu.
"Tenang, Ne. Saya bukan pacarnya V."
Anne yang mendengar ucapan Arin hanya terdiam. Tunggu-tunggu, kenapa Bu Arin bicara seperti itu.
"Jangan dengerin dia, Ne"
V mendapati Arin, sepupunya itu tengah menyipitkan mata dan senyuman tipis dari bibirnya.
🌄
Dibawah sinar sang dewi malam, Anne tengah berjalan menyusuri trotoar dekat taman kota. Menikmati waktu sendiri memang sangat dibutuhkan ditengah gempuran pekerjaan yang tak ada habisnya.
Seraya menikmati ice tea lemon-nya sampailah dirinya pada kursi kosong di area taman itu. Hanya menatap fokus pada satu garis lurus didepan sana dengan penampakan lalu lalang orang-orang. Hingga netranya menangkap sosok yang tak asing bagi dirinya.
"Mas V?", guman Anne
Benar, orang itu adalah V. Terlihat pria itu tengah menaiki sepeda dengan ranjang depan penuh dengan mawar merah. V makin mendekat ke posisi duduk Anne. Sungguh pria dengan mengenakan setelan tuxedo cream itu bak pangeran. Wajah tampan dan proposi tubuhnya yang bagus itu berhasil mengambil atensi orang sekitar untuk tak menyia-nyiakan pemandangan itu.
Anne sedari tadi hanya terpaku diam dengan pandangannya yang hanya fokus pada pria itu. Sungguh senyuman V bak candu yang sayang untuk dipalingkan. Apa ini nyata?, ini halusinasikah?. Tidak, sekarang V sudah berada di depannya dengan tangan menggenggam buket mawar.
"Anne, mungkin kamu pikir ini terlalu cepat, Ne. Tapi percayalah bahwa apa yang aku rasakan ini bukan tipu. Ini gila, aku benar-benar sudah jatuh cinta sama kamu, Ne"
Mulut Anne sangat kelu. Dia masih diam ditempat dengan pandangan yang terpaku pada netra V. Ini nyata?, dia ingin menyentuh wajah pria itu tangannya rasanya mati kelu.
V mengusap lembut kepala Anne.
"Aku nggak maksa kamu. Aku serahkan semua sama kamu. Ne mari hidup bersama dalam ikatan yang sah."
PRANGGG...
Sura itu berhasil membangunkan wanita yang tengah bermimpi indah itu.
"RYUUUU...Apa-apaan si!"
Ryujin berdiri tak berkutik setelah menjatuhkan piring seng kotor yang menjadi sumber dari keterbangunan Anne .
"Disuruh ibu ambil piring ini", ucapnya tanpa ada rasa berdosa
"Udah sana keluar!"
"Ye nyai. Tidur mulu anda"
Sudah ada firasat akan ada bantak melayang, Ryu sudah kabur lari dari kamar kakaknya itu. Anne terdiam sebentar. Menghembuskan nafas pelan seraya merapikan surai yang acak.
"Tuhan ngimpi apa gueee. Hadeh pak, gue pikir beneran"
Anne terdiam setelah sadar akan kalimat terakhirnya. Astaga Anne makin khawatir pada dirinya yang benar-benar suka pada duda satu anak itu. Akan tetapi Anne masih memikirkan Arin.
"Astaga. Sadar diri lo Ne!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, V!
Short StoryBapak satu anak yang diidam-idamkan oleh emak-emak komplek buat jadi mantu _lokal_