hi!hi!
omonack, udh lama ga ketemu
gmn hari kalian?
sedih dan senang selalu bermain peran.
jadi ttp semangat, nee!
maaf kalo chapter ini kurang ngefeelpelangi
pelangi
hujan dapat info, katanya hari ini kelas kita olahraga gabungan
hujan jemput ya?jangaan, pelangi pergi sama embun
kita ketemuan di lapangan ajaoh
okeHaikal Kasep, atau biasa dipanggil asep- dia terheran-heran karena tak biasanya Hujan menunjukkan raut wajah sedih sambil melihat handphone nya.
Hujan itu orang yang sangat jarang menggunakan handphone nya. Dia menggunakan handphone hanya untuk berkonvensasi bersama Pelangi ataupun mengecek grup kelas, takutnya ada info yang guru tidak sempat sampaikan di kelas.
Mengingat-ingat hal itu sepertinya opsi pertama menjadi jawaban atas murungnya Hujan.
"Wih bang, tumbenan lecek tuh muka." sapa Asep- Haikal sambil merangkul pundak Hujan.
"Apaan sih sep, sana gih jangan rese." decak Hujan sambil mencoba menjauh dari orang yang mengaku-ngaku sebagai temannya itu.
"Sap sep sap sep, panggil Haikal aja ngapa sih. Jelek banget anjir dipanggil Asep."
Hujan tak menghiraukan kalimat protes Haikal, ia segera berjalan keluar kelas. Tak ingin berduaan bersama Haikal dikelas, mengingat yang lain sudah pergi ke lapangan- pun Haikal yang tak pernah bisa diam, membuat telinga Hujan lelah.
"Yaelah malah ditinggal. Woi jan! tungguin gua dong." ucap Haikal sambil berlari menyusul Hujan.
-🌈🌼🌧️
Setibanya Pelangi dan Embun di lapangan, mereka segera berbaris bersama yang lain untuk segera memulai pemanasan.
Netra Pelangi kesana-kemari mencari keberadaan seseorang. Embun yang melihat itu tersenyum jahil.
"Cie nyariin ayang Hujan ya~" tanya Embun sambil mengerling jahil.
"Ayang? Hahaha bukan kok bun." jawab Pelangi canggung.
"halaah ngaku aja lo, ga perlu-
"Embun! Pelangi! jika masih ingin berbicara silahkan keluar dari kelas bapak." ucapan dari pak Harto membuat kedua wanita itu terdiam.
Pak Harto kembali melanjutkan kalimatnya, "Sekarang kalian pemanasan, setelah selesai silahkan olahraga sesukanya. Tapi ingat! jangan ada yang ngacir ke kantin sebelum bel istirahat berbunyi." titah terakhir pak Harto sebelum meninggalkan lapangan.
-🌈🌼🌧️
"Mau pesen apa?"
"Wih tumben lo baik sama gua jan, kalo gitu gua mau pesen mie ayam sama es teh."
"Gue juga mau dong, nasgor pedes sama-"
"Yang gua tanyain bukan kalian, tapi Pelangi." potong Hujan secara ketus.
Entah bagaimana ceritanya, kini Hujan berada di kantin dengan membawa eksistensi yang tak ia harapan. Namun, apa boleh buat jika Pelangi mengizinkan mereka untuk bergabung.
"Embun tadi mau mesen minuman apa?" tanya Pelangi lembut.
"Aw sayang deh sama Pelangi, gue mau es jeruk." ucap Embun bahagia sambil tersenyum mengejek kearah Hujan.
"Oke, kalian cari meja dulu ya. Ayo Hujan aku temenin." lalu Pelangi melangkahkan kakinya lebih dahulu menuju kantin mba diva.
Sebelum mengikuti langkah Pelangi, Hujan tersenyum mengejek lalu menjulurkan lidahnya. Membuat Haikal dan Embun tercengang dengan tingkah yang barusan Hujan perlihatkan.
-🌈🌼🌧️
"Pelangi, lo yakin cuman temenan sama Hujan?"
"Iya Embun." jawaban singkat dari Pelangi membuat suasana diantara mereka hening sesaat.
"Lo, suka ga sama dia?"
"Engga."
"Tapi kalo Hujan suka sama lo, dan dia ngajak pacaran. Lo mau ga?"
"Engga."
"Tapi kena-"
Pelangi menghentikan langkahnya, membuat Embun juga mengurungkan kata yang ingin ia ucapkan.
"Embun, please stop nanyain hubungan antara Pelangi dan Hujan. Embun ga berhak tau."
"Ta-"
"Satu lagi, selalu ada cerita yang ga bisa diceritain." ucap Pelangi sebelum meninggalkan Embun seorang diri di koridor kelas.
-🌈🌼🌧️
Bel tanda pulang sekolah berbunyi, dan entah kenapa sepertinya kali ini takdir memberi Pelangi nasib yang baik.
Kebetulan saja guru mapel terakhir kelas 11 MIPA 2 keluar lebih awal. Sehingga Pelangi bisa bergegas keluar kelas, walaupun dibelakangnya Embun terus berteriak menyerukan namanya.
Pelangi bersembunyi di lab komputer, entahlah dia pun tak paham kenapa harus bersembunyi. Harusnya ia tak perlu semarah itu terhadap Embun.
Harusnya begitu.
Ia hanya tak suka apabila ada seseorang yang berusaha menggali tentang kehidupan pribadinya. Cukup Hujan- ya, cukup dia saja yang berhasil mengetahuinya.
-🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
General FictionBertemu denganmu adalah sebuah ketidaksengajaan, mencintai mu adalah takdir yang aku rencanakan. "Pelangi, kamu hanya manusia biasa, jangan paksa diri kamu untuk tetap terlihat kuat kalau memang kamu sudah dititik lelah." ucapan samar yang menyapu i...