02

641 42 22
                                    

Nathan bernafas lega saat sudah didepan gerbang tinggi kediamannya, dari luar saja sudah tampak Mansion itu sangat suram.

Nathan mengambil ponsel di saku celana jeans miliknya, lalu menekan nomor telepon dengan nama Luke tertera di layar benda pipih tersebut.

"Apa kau sudah menghubungi Nathan untuk pulang?." Giordano bertanya pada Luke yang saat ini memeriksa dokumen-dokumen penting seputar bisnis ilegalnya.

"Sudah tuan."

Giordano mengangguk sebagai respon, kemudian menyalakan korek api untuk membakar rokoknya.

Drrtt..... Drrt....

Klik

"Buka pintunya" Sungut seseorang diseberang sana membuat Luke gelagapan.

"Baik tuan."

Tut.. Tut.. Tut...

Panggilan terputus secara sepihak, Luke segera menghubungi bawahannya yang bertugas menjaga gerbang mansion untuk membukanya, kemudian dia izin undur diri untuk menyambut tuan mudanya yang sudah pulang setelah sepuluh tahun lamanya.

                   

"Hei, aku minta maaf soal semalam." Ucap Olivia yang kini duduk bersebelahan dengan Aleandra di meja kantin diikuti Estella dan Ilsa.

Aleandra menunduk, ia tetap memakan makanannya. Tak menggubris ucapan permintaan maaf dari mulut Olivia.

Ilsa menggebrak meja,lalu menendang piring Aleandra sehingga nasi dan lauk ya berceceran di lantai. Aleandra mendengus dalam hati, kemudian beranjak dari kursi dan memungut ceceran makanan yang jatuh mengenaskan.

Olivia memegang pundak—ralat, ia meremas kuat pundak Aleandra sehingga mereka bertatapan.

"Ilsa! Kau menyakitinya!." Sungut Olivia yang menatap Aleandra dengan setengah melotot.

"Oh, aku lupa! Ayahnya seorang pembunuh!" Estella membungkam mulutnya—terkejut.

Para siswa-siswi pun mulai berbisik-bisik seraya menoleh ke arah  Aleandra dengan tatapan jijik, takut, serta mencemooh.

Aleandra semakin menunduk, Olivia bangkit lalu dengan santainya ia menginjak tangan Aleandra dengan sepatu hitam miliknya

Gadis itu meringis saat Olivia tambah menekan pijakannya. Ia merasa kalau tulang jari-jarinya remuk atau sedikit retak jika Olivia terus menerus menginjak tangan kanannya.

"Dengar semuanya!." Seru Olivia dengan lantang sehingga semua siswa-siswi melontarkan tatapan penuh tanda tanya.

"Semalam aku melihat Ayah dan ibunya tertangkap polisi!,"

"Kalian tahu mengapa?!." Tanya-nya tertuju pada seluruh siswa-siswi SMU tersebut.

"Ayahnya seorang pembunuh dan ibunya seorang pelacur!." Jawab seorang siswa mengundang gelak tawa para murid yang sedari tadi menonton mereka.

Olivia menunduk lalu memandang remeh Aleandra yang kini menatapnya tajam.

Sesaat, Olivia mengubah raut wajahnya menjadi sendu.

"Semalam bahkan dia menodongkan cutter di daguku, lihat! ada luka gores di daguku." Sungut Olivia membuat mereka geram.

"Seharusnya keluarga seorang pembunuh lebih baik mati saja!." Usul siswi berambut Cepol diangguki semua orang.

"Kalau begitu, jalang ini pasti menyukainya." Salah satu siswa membawa keranjang sampah kantin lalu mengguyurnya ke arah Aleandra. Sehingga badan gadis itu kotor, bau dan menjijikan.

MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang