04

395 40 80
                                    

"Oh, kau sudah bangun Nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, kau sudah bangun Nak?"

"Sarapan lah dulu, ibu membuatkan mu susu coklat dan roti selai berry kesukaan mu." Ajak Greta—ibu tiri Nathan dengan nada lembut.

Mendengar itu, Nathan tak perduli, ia bahkan melewati meja makan yang diduduki oleh keluarga inti—Ayah, ibu, kedua adiknya juga neneknya.

Melihat tak ada respon dari Nathan, Giordano menggeram marah, ia merasa kasihan pada Gretha yang berusaha mendekati putranya selama ini.

Namun, Nathan seolah-olah menutup komunikasi dengan gretha.

"Nathan!" Panggil Giordano dengan nada penuh penekanan.

Nanda melengos pergi dan langsung menyambar kunci mobil yang terletak di samping  pintu masuk ruang keluarga, meninggalkan gejolak amarah di relung hati sang Ayah.

"Bajingan cilik itu." Sungut Giordano sembari menatap punggung anaknya tajam. Gretha mengelus pundak suaminya,"Tenanglah, dia masih remaja." Ucapnya lembut. Ada rasa kecewa yang terselip saat Nathan mengabaikannya.

Tapi tidak apa, meskipun begitu. Nathan adalah anaknya, walau berstatus sebagai ibu sambung. Nathan tetap tanggung jawab nya.

"Nathan!." Teriakan Gretha tak membuat pemuda itu berhenti, ia justru langsung memasuki mobilnya kemudian berbalik berjalan keluar menuju gerbang.

"Apa aku harus berusaha lebih lagi?." Ia menatap nanar sambil meremas bekal yang sudah dibasahi oleh setitik air mata kecewanya. Demi apapun, ia bersusah payah untuk mendapatkan perhatian Nathan, namun hasilnya nihil. Nathan seakan menutup komunikasi dengannya.

Kenapa Nathan bersikap seperti itu? Gretha mengerti bahwa anak itu belum menerimanya dalam lingkaran keluarga ini, tapi ..ia sudah lelah berjuang, padahal sudah sepuluh tahun lamanya dia membina rumah tangga bersama Giordano, hubungan nya dengan ibu mertua pun sudah berjalan dengan baik, namun Nathan? Lelaki itu tampak menghindar darinya.

Hari ini Aleandra sudah rapi dengan seragam sekolah bermotif Tartan bewarna ungu miliknya.

Gadis itu lalu berjalan menuju lift dan menyapa meja resepsionis saat sudah berada di mulut pintu masuk gedung apartemen.

Menulikan telinganya dengan headset sambil berjalan dengan menunduk itu sudah menjadi kebiasaan bagi aleandra. Gadis itu memang cenderung jarang berkomunikasi dengn orang orang disekitarnya. Lagi pula, siapa yang mau berteman dengannya? Anak seorang pembunuh bayaran juga ibunya seorang pelacur, juga neneknya yang mengalami sakit jiwa sehingga keluarga nya dicap sebagai keluarga terburuk dari paling yang terburuk.

• • •

Hal yang paling Aleandra tak sukai adalah, duduk  dengan orang yang tak ia sukai, Apalagi satu bis dengan tiga trio wek-wek seperti mereka—Olivia, Estella dan ilsa.

Membuat kepalanya pusing karena melihat segala grasak-grusuk dan teriakan-teriakan mereka yang melengking hingga membuat telingamu tuli.

Menghela nafas, ia harus bersabar. Enam bulan lagi, Aleandra akan lulus sekolah dan belajar di universitas yang ia impikan.

MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang