03

489 47 192
                                    

Jari-jari Nathan bergerak lincah di atas sebuah peta,Pemuda itu melingkari beberapa titik untuk merebut club dengan tujuan menjadikan tempat-tempat itu sebagai bisnis ilegalnya, seperti menjual ganja, narkoba,whiskey, atau barang curian dari para ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jari-jari Nathan bergerak lincah di atas sebuah peta,Pemuda itu melingkari beberapa titik untuk merebut club dengan tujuan menjadikan tempat-tempat itu sebagai bisnis ilegalnya, seperti menjual ganja, narkoba,whiskey, atau barang curian dari para bawahannya untuk dijual dengan harga yang fantastis !

Seperti saat ini, pemuda itu mengelus tongkat emas peninggalan ratu terdahulu lengkap dengan kunci artefak-yang entah isinya apa, Nathan masih mencari dimana artefak itu diletakkan di area museum bagian wilayah barat.

Lalu meletakkan benda berharga itu diatas peta yang digelar indah diatas meja bundar transparan miliknya.

"Aku dan Alvi akan pergi ke Utara, lalu James dan Gabriel, kalian ke arah selatan." Terang Nathan sambil melingkari titik-titik hitam itu dengan polpen merahnya.

"Dimana Alvi?." Tanya James sambil menaikkan kedua kakinya diatas meja

"Entahlah, dari tadi sore dia menghilang." Celetuk Gabriel yang sedang bermain game di handphone berlogo apel miliknya

"Tempo hari lalu dia diserang oleh orang destorm,"

Nathan menaikkan alisnya yang tajam, melontarkan tatapan penuh tanya pada James.

"Kenapa kau tak memberi tahuku? " Tanya Nathan

"Aku sedang memberitahumu." Sanggah James membela diri, kemudian menyalakan rokok yang ada di mulutnya.

"Apa Olivia sudah tahu kalau kau kembali?." Tanya James basa-basi

Mendengar nama gadis pujaannya, Nathan menyunggingkan senyum khasnya, Kemudian menggeleng.

"Tidak, Aku sengaja tidak memberitahu Olivia." Nathan menghempaskan badanya di kasur kecil dekat meja musyawarah nya.

"Apa selama ini Olivia membuat masalah?," Tanya Nathan menerawang masa-masa indahnya dengan teman kecilnya, Olivia yang akan menjabat menjadi tunangannya dalam dua bulan kedepan.

Semuanya bergeming, bahkan Gabriel yang sedari tadi memainkan game langsung mematikan ponselnya, begitu juga dengan James yang memejamkan mata seraya mengeluarkan asap rokok melalui mulut pemuda tersebut.

Nathan terduduk, lalu melihat kedua temannya yang tiba-tiba terdiam. Matanya memicing ke arah Gabriel yang kini melempar pandangan nya kearah James yang sedang menutup matanya.

"Kenapa diam?,"

"Tidak."

"Tidak ada apa-apa, Alvizer sudah menjaga kekasih mu agar tak membuat masalah lagi." Lanjut James membuka matanya.

"Ayo berangkat malam ini Gab, lusa waktunya untuk ulangan harian matematika. Ibuku akan mengomel jika aku tidak belajar." Ujarnya sambil melenggang, meninggalkan Gabriel dan Nathan yang masih keheranan dengan perubahan sikap dari James.

Gabriel mengangkat bokongnya dari sofa Bean milik Nathan lalu mengambil jas hitamnya yang tertanggal di dekat pintu kamar Nathan.

"Mungkin moodnya sedang buruk. James melihat ilsa sedang bercumbu dengan pria tua di club tadi." Ucap Gabriel sambil menepuk pundak Nathan sebelum ia pergi.

MIDNIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang