eleven, scars.

400 82 18
                                    

happy reading!

now playing; chandelier -sia


"bagaimana dengan berjalan-jalan di tepi pantai?"

jeongin menggeleng heboh tidak setuju dengan tawaran dari lelaki bersurai kelam itu. lalu, dengan serentak jeongin mengubah posisi berbaring nya menjadi duduk bersila sembari mengetuk-ngetuk dagunya mencari ide.

hyunjin masih memandang bagaimana laki-laki 17 tahun itu bergelut dengan pikirannya, terlihat lucu dan manis disaat bersamaan, apalagi ketika bibir berisi itu mengerucut kebingungan.

posisi hyunjin yang berbaring beralaskan kedua lengan memudahkan aksinya untuk terus melihat pemandangan manusia paling lucu di hadapannya.

hyunjin is fallin' harder than before.

"mmm-bagaimana dengan party?"

"kenapa harus party?"

yang lebih tua bertanya sembari mengubah posisi kepalanya bersandarkan pada telapak tangan dengan siku yang menumpu diantaranya.

hyunjin sedikit aneh dengan usulan jeongin, untuk apa jauh-jauh ke los angeles hanya untuk berpesta? come on, teman satu kelasnya ketika di australia bahkan selalu menyelenggarakan pesta setiap minggu.

jadi, secara keseluruhan pesta adalah hal yang membosankan untuk hyunjin.

"tak banyak yang aku lakukan ketika di sydney, sam. ibu kota itu terlalu terang untuk diriku yang selalu merasa kecil."

kali ini hyunjin mulai paham, arah pembicaraan ini akan lebih dalam dibanding hanya percakapan basa basi belaka. maka dengan itu hyunjin memilih untuk ikut duduk bersila sembari memusatkan seluruh fokusnya pada jeongin yang kini mulai sendu.

rasanya sudah lama sejak jeongin bisa mengutarakan beban yang ia simpan pada seseorang. bahkan dengan chris sekalipun.

jeongin punya banyak orang yang menyayanginya; bahkan selalu siap sedia membantu dan meringankan beban di pundaknya.

namun, jeongin lebih suka menyimpan semuanya sendirian. tapi kini entah kenapa ia ingin menceritakan banyak hal pada hyunjin yang secara harfiah adalah sosok yang akhir-akhir ini menjungkir balikan hidupnya.

"ingin bercerita? kau tentu tau kalau aku adalah pendengar yang baik." ujar hyunjin mengulas senyum.

mendengar tuturan itu jeongin tersenyum teduh, pikirannya melanglang buana pada sebuah memori masa lalu.

rambut segelap malam itu disibak ke belakang, mata rubah itu nampak terlihat jelas bersama alis rapih yang membuat parasnya semakin bertambah indah bahkan tanpa perlu berusaha.

pretty boy, pretty boy.

sial, hyunjin kembali terpesona untuk yang kesekian kalinya.

"jika sedang tidak ingin bercerita, tidak apa-apa. aku ini pendengar bukan pemaksa. berbagilah ketika kau siap, I'm here, always here."

jika boleh jujur jeongin merasa hatinya sedikit menghangat. hanya sedikit. jeongin masih waras dan tidak pikun untuk mengingat segala tingkah buruk yang hyunjin lakukan padanya kemarin-kemarin.

"setelah pindah ke sydney semua yang aku lakukan hanyalah pergi sekolah, belajar, lalu pulang. monoton, namun aku menikmatinya."

"tidak bermain dengan teman-teman? felix atau vivienne?"

venom - hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang