sixteen; choose me, jeongin.

341 41 15
                                    


"beritahu aku cara melupakanmu, seperti kau ajarkanku dewasa"


***

"lepaskan tanganmu dari kekasihku, bajingan." ujar hyunjin dengan nada dingin.

atmosfer sekitar yang agak ramai terasa membara seiring amarah hyunjin semakin berkobar memenuhi udara. masih dengan tatapan tajam hyunjin mencoba meraih lengan jeongin dengan sekuat tenaga namun langsung dihalangi dan ditepis oleh sosok tinggi yang sedari tadi berdiri bak seorang guardian angel bagi seorang banhg jeongin.

"persetan denganmu sialan, lepaskan jeonginku!"

agaknya perkelahian tak bisa dihindarkan di antara kedua lelaki beda usia itu. satu pukulan kencang memukul telak wajah jae sampai terpental mundur. bukannya bersimpuh, jae malah bersikap lebih kompetitif dan balik menendang perut hyunjin sampai remaja 18 tahun itu mundur sedikit ke belakang.

"kau pikir aku akan membiarkan bocah sepertimu menyakiti jeongin? tidak, nak, tidak akan."

BUGH

BUGH

BUGH

hyunjin jelas kalah telak. tak bisa dipungkiri bahwa ia bukanlah seseorang yang mahir berkelahi. seorang anak yang selama ini selalu mengandalkan kuasa ayahnya bukanlah sosok yang mampu bergulat di lapangan.

orang-orang yang berlalu lalang terlihat memandangi dari kejauhan dengan gurat penuh ringisan dan tatapan ingin tahu yang kuat. beberapa orang lagi berusaha melerai dan menelpon polisi.

posisi hyunjin tersudut, dengan wajah lebam dan darah yang mengucur dari hidungnya yang bangir. dunia seakan menodongkan pedang padanya; menghakimi seakan hyunjin adalah manusia paling hina di alam semesta. yang bisa ia lakukan sekarang hanya berlari seperti pecundang sebelum kepolisian datang dan mengendus perbuatan kriminalnya pada jeongin.

menyadari ada celah untuk lari, jeongin dan jae memilih pergi dari keramaian, mengabaikan sorot mata hyunjin yang seakan memintanya untuk kembali dan tetap bersama lelaki hwang itu.

hari itu, ketika jeongin memilih menggenggam tangan lain yang lebih tangguh dari siapapun yang mampu dan dengan cara paling lembut yang pernah remaja itu tau, hyunjin melihatnya, ada luka yang semakin berderit nyaring memohon untuk raga dan jiwanya dikasihi.

hyunjin lihat mata rubah yang semakin tenggelam diantara kerumunan itu. mata paling indah yang menatapnya sendu. darisana hyunjin tau, secerca cinta itu sudah tidak lagi bermakna, serta mulianya sudah hilang sejak lama. sekali lagi, hyunjin tahu bahwa jeongin sudah tidak lagi mencintainya.

"jeongin..."


"apa kau tidak menyukai pasta buatanku, jeo?" tanya lelaki yang lebih tua itu dengan raut bingung. kepalanya dibawa miring untuk sejenak melihat keadaan jeongin yang seakan tak bergairah hidup dan ekspresi sendu.

jeongin hanya menarik nafas gusar, masih memainkan garpu dan sendok dalam genggaman nya. ia tak mendengarkan jae, kepalanya seperti terisi ribuan dimensi waktu yang penuh kenangan, seperti hampir meledak.

jeongin hanya seperti terjebak diantara rasa bersalah, mungkin?

di tengah kacaunya pertikaian, jeongin melihatnya. kedua mata di sebrang sana seperti berdialog dalam. mengatakan bahwa jalan yang dirinya pilih bukan yang seharusnya. entahlah, apapun itu jeongin merasa riuh di kepalanya menggerogoti hingga ke sel sel otaknya hingga habis tak bersisa. rasa bersalah itu menyiksanya.

venom - hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang