Maria, yang tengah menunduk, menyalin catatan, mendadak mengalihkan pandangan saat sebuah kotak musik mendarat tepat di depan wajahnya. Gadis itu mengangkat wajah. Menatap si pemberi. "Kok dikembalikan?" tanyanya dengan nada heran seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Saya cuma mau mengambil barang yang jadi hak saya, karena saya tidak merasa membeli barang itu, jadi saya kembalikan," ujar Fal dengan nada datar. Fal kembali merapikan buku-bukunya. Dengan sengaja memanfaatkan kesibukan Maria, yang belum selesai mencatat. Fal yakin, kutu buku seperti Maria, takkan sudi meninggalkan catatan pelajaran yang sama pentingnya seperti kacamatanya.
Maria menoleh ke arah bukunya dan papan tulis di depan sana. Tampak ragu. Maria tahu, Fal sedang berkemas dan bersiap meninggalkannya. "Aduh, kok Fal sudah mau pulang sih? Mana aku nyatetnya belum selesai lagi. Ih, ini cewek enggak sabaran banget sih," gerutu Maria dalam bisikan. Bibirnya tampak sedikit mengerucut kesal.
Fal jelas melihat keraguan di wajah Maria. Sekilas saja, Fal tahu apa yang tengah ada di benak teman satu kelasnya ini, membuatnya tersenyum menang di balik masker hitam, yang dikenakan. Fal menyandang ransel di bahu dan berjalan keluar kelas dengan langkah tergesa.
"Yah ... benaran ditinggal," keluh Maria begitu melihat sosok Fal melangkah menjauh. Maria segera merapikan semua alat tulisnya. Gadis manis itu menoleh ke arah Rama, "Rama, pinjam buku catatannya dong. Belum selesai nyatatnya nih. Boleh, ya?" pinta Maria dengan nada memelas.
"Buru-buru banget, Mar. Mau nyusul cewek aneh itu, ya? Segitu pengennya lo jadi teman tuh anak?" tanya Gita seraya tersenyum sinis. Sikap Maria, yang terlihat begitu ingin dekat dengan Fal, membuatnya heran dan tak habis pikir.
Maria mengerutkan dahi. Menatap Gita tak kalah sinisnya. "Kenapa sih, Git? Kenapa kamu jadi orang usil banget? Itu urusan aku dengan Fal, kamu enggak punya hak ikut campur!" ujarnya dengan nada tegas. Sengaja melebarkan kedua matanya.
Ya, tak seperti gambaran gadis lugu, polos, dan culun lainnya, yang terkenal penakut, Maria memang berbeda. Dibalik penampilan 'kuno' dan kacamatanya, Maria adalah gadis pemberani dan juga keras kepala.
Setelah mendapat buku pinjaman dari Rama, Maria bergegas melesat secepatnya untuk menyusul Fal.
...
"FAL!!!"
Tampak seorang gadis berteriak di tengah koridor. Berusaha berjalan cepat dengan rok, yang sedikit menghalangi langkahnya.
Fal, yang diteriaki seolah tak mendengar dan tak berniat untuk menghentikan langkahnya.
"Ya ampun!!! Fal jalan kayak orang mau nagih hutang. Cepat banget." Maria mengeluh di antara napasnya, yang sedikit tersengal. Gadis itu mempercepat langkahnya.
...
"FAL!!!"
Fal tersenyum. Tepat seperti dugaannya. Maria akan menyusul. Entah kenapa, tindakan Maria memancing senyuman. Fal memilih untuk meneruskan langkah. Tak peduli akan seruan gadis berkaca mata di belakang sana.
"FALDHITA!!!"
Suara lembut, yang berusaha berteriak lantang itu kembali terdengar. Tanpa sadar Fal sedikit memperlambat laju langkahnya. Seolah memberi kesempatan untuk Maria mengejarnya.
"Faldhita Raditya!!! Jalan pelan sedikit enggak bisa, ya? Enggak kasihan apa sama cewek yang langkah kakinya enggak selebar jalan tol?" seru Maria kembali terdengar. Jelas terdengar nada kesal dalam suaranya.
Fal kembali tersenyum. Entah untuk alasan apa. Sebuah senyuman yang sangat jarang muncul di wajah datar Fal. Senyuman yang jelas tersirat dari garis senyuman di kedua sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya