"Kita mau langsung pergi lagi?" tanya Maria seraya menatap Fal, yang kini sudah berdiri di teras seraya menatap sekeliling halaman rumah model lama milik keluarga Maria.
Rumah Maria hanyalah bangunan rumah lama namun tampak asri dengan beberapa pohon buah-buahan, yang menghijaukan halaman. Sebuah taman kecil dihiasi kolam ikan kecil menghiasi sudut halaman.
Fal tersenyum saat mendapati anggrek bulan pemberiannya, tampak menghiasi taman. "Bunga dari gue masih hidup ternyata. Gue pikir sudah mati begitu lo bawa pulang."
Maria menyipitkan kedua matanya. Menatap tak suka ke arah Fal. "Maksudnya apa tuh? Selama ini Fal ngira kalau aku tuh cuma tahunya kuliah sama jaga toko Ayah? Fal pikir aku enggak bisa ngurusin tanaman? Asal tahu ya, itu taman, aku sendiri yang ngurus. Ikan-ikan di kolam itu juga aku yang ngurus, ya."
Fal terkekeh. Tangan kanannya terangkat untuk mengacak poni Maria. "Iya. Gue percaya kok. Lo memang tipe pandai ngurusin sesuatu, termasuk ngurusin gue."
"Hah?" Maria menatap Fal denga tatapan tak paham.
"Hoi, Para Gadis, buruan. Pedekatenya lanjut nanti di mobil saja!!!"
Maria menoleh sekilas ke arah Abey, yang berteriak lewat jendela mobil Fal. Dahinya berkerut lalu kembali menoleh ke arah Fal. "Memangnya siapa yang lagi pedekate?"
Fal menghela napas. "Kita berdua, Sayang," jawab Fal seraya meraih sebuah ransel dari tangan Maria dan berjalan menuju ke arah mobilnya.
Maria berdiam di tempat. Tangan kanannya terangkat menuju dadanya. Dapat dirasakannya degup jantungnya, yang berdetak lebih cepat sejak Fal mengatakan kalimat terakhirnya. Tak lupa juga dengan wajahnya yang terasa memanas.
Sementara itu ....
"Anak orang lo apain, Faldhita?" tanya Abey begitu Fal memasuki kembali mobil.
"Memangnya gue apain, Bey?" tanya Fal dengan nada santai.
"Noh lo lihat sohib baru lo itu. Bengong sambil megang dada. Jujur sama gue, kalian habis ngapain di dalam rumah?" tanya Abey penuh nada menuduh.
Fal menghela napas. "Habis gue sosor. Puas lo?"
...
"Kalian mau nyari cemilan apa? Gue tahu semua tempat cemilan dari yang mehong sampe yang kaki lima murah meriah," tanya Abey saat ketiganya keluar dari komplek perumahan dimana rumah Maria berada.
"Aku mau telur gulung, cireng, cilok, atau apa deh. Jajanan kaki lima. Sama es kelapa muda," jawab Maria dengan semangat.
"Siap. Gue tahu kok tempat nongkrongnya jajanan kayak gitu. Lo mau apa, Cil?" tanya Abey seraya melirik Fal lewat spion.
"Lo kok tahu banyak jajanan sih? Sejak kapan lo doyan jajan?" tanya Fal dengan nada curiga. "Lo sering ngajak jalan cewek, ya?"
"Sembarangan nih anak. Gue sering nganterin Vido jajan, ya. Lo lupa kalau tuh bujang satu hobi jajan? Lo lupa kalau Vido itu kamus berjalan perjajanan?"
Maria menatap Abey antusias. "Ih, aku juga suka jajan. Ayo kita pergi berempat berburu jajanan."
Abey melirik kembali ke arah Fal. Sengaja diam untuk menunggu respon Fal.
"Ayo. Nanti kita pergi, ya. Lo mau jajan apa saja boleh. Nanti gue yang traktir," ujar Fal seraya tersenyum di balik maskernya. "Lo sama Vido mau, kan, Bey?"
Abey mengangguk seraya tersenyum. Lo lupa sama semua ketakutan lo kalau sudah bersangkutan dengan Maria ya, Fal. Padahal lo dulu paling anti ke tempat ramai kecuali benar-benar perlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya