"Mam, Fal izin ngajak teman nginap di rumah, ya."
Amira, yang tengah memasak untuk makan siang pun menoleh. Dahinya berkerut. "Tumben. Mau ngajak siapa memangnya?"
Fal tersenyum. "Mau ngajak Maria nginap di rumah, Mam. Ayahnya lagi keluar kota, Maria sendiri di rumah. Kan, bahaya, Mam. Fal cuma takut ada apa-apa makanya Fal ajak nginap. Boleh kan, Mam?"
Amira tersenyum lalu menganggukkan kepala. Wanita paruh baya itu kembali memutar kepalanya. "Mamah perhatikan, semenjak ada Maria, kamu benar-benar berubah ya, Fal. Terutama mood kamu itu. Perasaan kemarin kamu masih mood jelek banget, hari ini kayak senang banget sampai mau ngajak Maria nginap. Bahkan kamu rela jemput dia pagi-pagi."
Fal, yang berdiri tak jauh dari Amira pun tersenyum. "Enggak tahu juga, Mam. Memang sejak ada Maria, Fal ngerasa lebih berwarna saja. Walaupun enggak sekali Maria bikin Fal ragu buat terus berteman, tapi kayaknya selalu ada alasan untuk Fal bertahan."
Amira memindahkan masakannya ke dalam mangkuk. "Itu artinya, Maria memang ditakdirkan untuk menemani kamu, Fal."
Fal mengangguk setuju dan mengambil alih mangkuk, yang sudah berisi masakan. Gadis itu berjalan hati-hati ke arah meja makan. "Mamah ingat Arsa?" tanya Fal seraya meletakkan mangkuk di atas meja.
Amira, yang mengikuti Fal melangkah ke meja makan pun menganggukkan kepala. "Pasti ingat dong, Fal. Mana mungkin Mamah lupa sama Arsa, yang sering manjat pohon jambu di depan rumah kita yang lama. Apa kabar dia? Semenjak kejadian itu, Arsa menghilang begitu saja."
"Kemarin Fal ketemu Arsa, Mam. Dia ternyata sahabat Maria sejak SMA. Sepertinya sih, Arsa pindah ke kota ini dan pindah sekolah di tempat Maria," jelas Fal seraya menyendok nasi dan lauk pauknya untuk Amira. "Fal kaget waktu itu, dan semua bayangan buruk masa lalu muncul begitu saja. Fal lari, Mam. Padahal Fal sebenarnya kangen Arsa tapi Fal masih takut kalau Kevin tahu Arsa dekat lagi dengan Fal."
Amira menghela napas. "Kayaknya, Maria enggak cuma hadir untuk jadi penyembuh kamu deh, tapi juga perantara kamu, Abey, dan juga Arsa. Apa kamu enggak mau coba berkawan lagi dengan Arsa, Fal?"
Fal menyodorkan piring ke arah Amira sebelum menyiapkan makan siang untuknya sendiri. "Vido juga berpikir begitu, Mam. Fal harap memang Maria bisa jadi perantara kita bertiga, tapi kalau untuk sekarang, Fal belum siap ketemu lagi Arsa. Fal takut kalau Arsa masih punya rasa sama Fal. Abey juga masih merasa bersalah dan belum siap."
Amira tersenyum. "Kalian memang harus mempersiapkan diri dulu. Ibaratnya, kalian itu harus mengorek luka lama demi sebuah kesembuhan."
Fal hanya mengangguk seraya mulai menyantap makan siangnya.
"Oh iya, berarti nanti Maria tidur di kamar kamu ya, Fal? Ada yg perlu Mamah siapkan tidak? Nanti habis ini, Mamah mau keluar sebentar sambil nyari cemilan buat kalian."
Fal diam mendengar pertanyaan Amira. Sedikit rasa gelisah menyapa hatinya.
...
"Gimana dong, Bey? Masa gue tidur bareng sama Maria. Gue takut belum bisa nerima kalau ada orang yang tidur bareng sama gue." Fal merengek seraya mengguncang-guncang lengan kiri Abey, yang kini tengah bertamu di rumahnya.
"Lah lo gimana sih, Cil? Lo yang ngajak dia nginap, lo yang panik. Lo tuh niat ngajak nginap apa enggak sih?"
Fal memajukan bibirnya. "Gue tuh spontan doang ngajak dia nginap. Enggak pake mikir apa-apa. Enggak mikir juga kalau nanti harus tidur bareng dia. Kalau gue batalin kan, enggak mungkin, Bey."
Abey berdecak kesal. "Asli deh, spontan lu tuh enggak uhuy banget tahu enggak. Ya sudah, lo terima resiko lah, masa iya gue juga kudu ikut nginap? Bertiga sekamar? Mau digerebek warga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya