Faldhita menekan bagian atas tulang hidungnya. Menghela napas berulang kali. Berharap rasa pening di kepala menghilang. Sejak kepergian Maria, kepalanya berdenyut keras, membuat keinginannya untuk mengejar Maria dan meminta maaf tak terlaksana. Dilipatnya kedua tangan di atas meja dan Fal menaruh kepalanya di sana.
"Lo kenapa, Fal?"
Fal mengangkat wajah saat mendengar sebuah suara menyebut namanya. Gio berdiri di hadapan Fal, terhalang meja seraya membawa sepiring gado-gado. Fal mendengus pelan. Kenapa sih nih orang nongol terus? Bikin gue tambah pusing!!!, keluhnya dalam hati. Fal menggelengkan kepala dan kembali menyembunyikan wajahnya.
Gio menatap sayu ke arah Fal. Tanpa meminta izin, pemuda berkulit sawo matang itu meletakkan piring gado-gado dan sebotol air mineral miliknya di dekat Fal. Gio tidak duduk namun memilih berbalik pergi.
Fal, yang mendengar langkah menjauh, kembali mengangkat kepalanya, dahinya berkerut saat mendapati makan siang Gio, yang tersimpan di atas meja, sedangkan pemiliknya pergi entah ke mana. "Dia nitipin ini makanan ke gue?" tanya Fal lirih dan kembali menyembunyikan wajahnya.
...
Di sisi lain, di waktu yang sama ....
Maria menatap datar ke sebuah meja. Di mana sesosok gadis, tengah menyembunyikan wajahnya di atas lipatan tangan dan sesosok pemuda, yang memperhatikan dengan lekat sosok gadis itu.
Maria menghela napas. "Gio benaran suka Fal ternyata. Kenapa aku merasa enggak rela? Padahal itu hak Gio. Kalau pun nantinya Fal suka Gio juga, itu juga haknya Fal."
Tangan Maria terangkat menuju dada. Ada rasa sesak di dalam sana saat pikirannya maju ke depan, membayangkan jika Fal dan Gio benar-benar bersama. Kedua mata Maria memanas. "Mikir apa sih, Aryani Maria? Kamu sedih pasti karena kamu kehilangan teman lagi, kan?" ujarnya lirih dengan suara serak. Berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisnya.
Maria memutuskan untuk beranjak dari tempatnya. Menghindari pemandangan yang tak mengenakkan hati.
...
"Lo bisa cerita kalau lagi ada masalah." Gio membuka suara begitu tiba di hadapan Fal. Meletakkan sebotol air mineral tepat di hadapan Fal.
Fal kembali mengangkat wajah. "Kita saling kenal sebelumnya? Saya tidak pernah merasa menerima anda sebagai teman saya, jadi untuk apa saya bercerita tentang masalah saya kepada anda?" ujar Fal dengan nada datar. Menatap dingin ke arah Gio. Fal bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh.
...
"Kalau kangen tuh samperin. Dekati lagi bukan malah nurut kalau disuruh menjauh."
Maria menoleh ke arah sumber suara. Mendengus pelan saat mendapati Abey, yang sudah duduk di sampingnya. "Maksudnya apa tuh? Memangnya siapa yang kangen siapa?"
Abey mencebikkan bibir. "Lo sama sahabat gue itu. Faldhita Raditya. Gue lihat, kayaknya ada cowok yang lagi berusaha nyari kesempatan dalam kesempitan deh."
Maria mengerutkan dahi. Kedua matanya menatap lurus ke depan. Menatapi rumpun mawar, yang menghiasi taman kampus. "Siapa?"
Abey menggelengkan kepala. "Lemot banget sih. Itu loh, cowok yang sering sekelas sama lo dan Fal. Yang sok ganteng itu."
Maria berdecak kesal saat paham siapa sosok yang dimaksud Abey. "Maksud Abey ... Gio? Gio memang pernah bilang kalau dia tertarik sama Fal."
Abey terkekeh. "Padahal, awalnya gue pikir tuh cowok sok ganteng mau dekati lo, ternyata dia cuma mau jadiin lo perantara buat dekati Putri Kecil gue. Menurut lo, Fal bakalan suka atau enggak didekati si Gio itu?"
Maria terdiam sejenak. Mengingat semua sikap Fal terhadap Gio, jawabannya sudah jelas bukan?! Tanpa Fal mengatakan dengan gamblang pun, semua begitu kentara.
"Saran gue sih, mending lo maju sebelum Fal benaran direbut sama Gio. Orang kayak Fal itu butuh dikejar dan diperjuangkan. Dia bukan tipe orang yang mau ngejar. Kalau kalian sama-sama menghindar, gue yakin sih, lo pasti bakalan kehilangan Fal."
Maria menoleh dan menatap Abey. "Tapi Fal enggak mau ngomong sama aku, Bey. Gimana aku mau berjuang coba?" Wajah polos Maria tampak sendu. Seolah kehilangan harapan.
"Baru sekali nyoba sudah nyerah. Ya terserah sih. Gue sebagai teman yang mendukung kedekatan lo berdua, cuma bisa kasih saran itu. Mau lo ikuti atau enggak, itu hak lo. Tapi gue tahu, seorang Aryani Maria enggak akan mau kehilangan Faldhita Raditya, kan? Gue duluan, ya. Putri Kecil gue sudah ngomel," ujar Abey seraya membaca pesan Fal di gawainya. Abey meninggalkan Maria, yang masih berdiam di tempatnya.
...
Maria berbaring di tempat tidur. Menatap langit-langit kamar. "Jadi aku harus ngejar Fal? Tapi kalau Fal malah enggak suka terus makin menjauh gimana? Punya teman harus seribet ini, ya? Perasaan orang lain kalau mau berteman ya, berteman saja. Enggak pakai drama segala."
Maria menghela napas. "Apa tanya Arsa saja, ya?"
...
"Apa pergerakan kamu hari ini, Bey?"
Abey menatap sinis ke arah Vido. "Bay Bey Bay Bey, manggil suami tuh yang benar sedikit kenapa sih. Aa kek. Mas kek."
Vido, yang tengah menyantap siomay, mengacungkan garpu di tangan. "Enggak usah nyari gara-gara ya, Ardan Benyamin. Aku lagi serius dan malas menanggapi candaan garing kamu."
Abey terkekeh. "Tadi aku berusaha bujuk Maria supaya kejar Fal. Kamu tahu kan, Fal enggak mungkin mau ngejar Maria kalau lagi jelek moodnya. Mau enggak mau, harus Maria yang maju. Aku yakin, biar culun begitu, Maria tipe keras kepala kalau soal hal yang dia mau."
Vido mengangguk. Setuju dengan pendapat Abey mengingat kegigihan Maria mendekati Fal. "Terus apa rencana kamu soal kamu, Kak Fal dan Kak Arsa?"
Abey menghela napas. "Aku belum tahu soal itu. Kalau aku minta tolong Maria, artinya aku harus cerita semua luka lama kami. Iya kalau Maria mau terima. Kalau dia malah menjauh dari kita? Terutama Fal. Apa enggak makin rumit? Untuk sementara aku mau berusaha menyatukannya lagi pasangan teman tapi mesra Fal-Maria."
Vido mengangguk. "Apapun itu, aku dukung kamu. Kamu bisa minta tolong aku kalau ada kesulitan, Bey. Ingat ya, kamu enggak sendiri."
Abey tersenyum lebar. "Kamu tuh bikin aku makin pengen nikahin kamu deh, Yang. Nikah saja yuk."
Vido mencebikkan bibir. "Ketemu Kak Na dulu terus izin sama dia gih. Berani enggak? Masa berani macarin adiknya, tapi ketemu kakaknya saja enggak berani."
Abey mendengus. "Bukan enggak berani. Belum siap."
...
Fal menatap langit malam dari teras belakang rumah. "Gue mau ketemu Maria. Tapi gue enggak mau dia tanya kenapa gue menjauh dan menghindar. Tapi, gue ngerasa kosong selama jauh dari Maria, dan gue enggak suka dengan perasaan kosong itu."
"Itu artinya Kak Fal kangen dengan Kak Maria. Kenapa enggak coba dekat lagi? Kasih alasan apapun kenapa Kak Fal menjauh. Gue yakin, Kak Maria mau terima apapun alasan Kak Fal."
Fal terdiam. Menoleh sejenak ke arah Vido, yang malam ini berbaik hati untuk menemaninya.
"Lagian ya, Kak, coba kalau Kak Fal dekat lagi dengan Kak Maria, mungkin nanti kita bisa dapat jalan untuk mendekati lagi Kak Arsa. Mungkin Kak Maria hadir sebagai perantara kalian bertiga."
Fal kembali menoleh ke arah Vido. Menatap pemuda, yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu. "Omongan lo ada benarnya. Jadi, gue harus dekati Maria lagi?"
Vido mengangguk seraya mengulas senyum. Berharap misinya menyatukan sepasang sahabat itu akan berhasil.
...
#pojokanwarung :
Akhirnya selesai ngedit dan baru sadar kalau ada satu bab yg kehapus jadi harus nulis ulang. Ada yg masih mau baca cerita ini? Ada yg kangen Fal? Maria? Abey? Atau author nya?Selamat membaca!!!
Vote & komen jangan lupa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya