[S.E.L.A.M.A.T.M.E.M.B.A.C.A]
•
•
•
•
•Malam sudah sangat larut, Angga baru saja pulang ke rumah Maira, dan pastinya gadis itu sudah terlelap dalam mimpinya.
Suasana rumah yang temaram dan sepi membuat langkah besarnya menggema di seluruh ruangan.
Angga melangkahkan kakinya untuk menuju kamar Maira yang ada di atas, tapi suara gaduh dari dapur mengalihkan atensinya.
Ia tidak khawatir, mustahil bagi maling atau apapun itu dapat masuk ke rumah yang sudah ia beri perlindungan khusus, baik perlindungan dari segi elektronik maupun dari segi pandangan mata.
Bahkan sebagian dari warga kompleks di sini adalah orang suruhannya.Angga masuk ke dapur dan melihat bik Surti sedang memanaskan air di teko dengan raut wajahnya yang khawatir.
"Kenapa bik?"
"Eh copot-copot, ya ampun den kenapa baru pulang sekarang!" bik Surti memukul keras bahu Angga, tapi tidak ber-efek apa-apa pada pria itu.
"Ini udah jam dua malam loh bik, kenapa masih di sini?"
"Jangan tanya-tanya lagi, itu si non badannya kebakaran!"
Tampa bertanya-tanya lagi Angga langsung berlari menuju kamar kekasihnya, kebakaran dalam artian bik Surti adalah panas yang tinggi, artinya gadisnya itu sedang demam sekarang.
Dan benar saja, di atas tempat tidur berukuran big size itu, tubuh Maira gemetar, keringat mengucur deras di dahinya, kepalanya menggeleng ke sana kemari dengan tak tenang, gadis itu pasti sedang mengigau dalam tidurnya.
Angga meletakkan tangannya pada dahi Maira, ia berdecak, ini benar-benar sangat panas.
Maira mengerjap pelan hingga mata hitamnya bersitubruk dengan Angga."Aku takut!" lirih Maira pelan.
"Kamu hujan-hujanan?" Angga mensejajarkan dirinya dan mengelus pelan pipi Maira yang sudah merah semakin padam saja.
"Enggak, dia lempar kucing ke aku hiks-!" Maira menangis mengadu akan ketakutannya pada Angga.
"Siapa?" Angga merapatkan rahang, dia sama sekali tidak menerima laporan dari orang suruhannya tentang ini.
Tapi sebelum Maira menjawab, bik Surti dan pak Harto datang dengan tergopoh-gopoh, terlihat pak Harto sedikit basah dengan membawa kantong plastik berisi obat di tangannya.
Bik Surti naik ke kasur dan duduk di samping Maira yang kembali memejamkan mata, dengan cekatan dan penuh kehatian, bik Surti mengompres Maira dengan meletakkan kain yang sudah di rendam dengan air hangat.
"Siapa yang nge-lempar kucing pak?" tanya Angga pada pak Harto dengan geram.
"I-itu den, tadi si non teh nungguin aden di samping, meski hujan, si non tetap nungguin, udah bapak suruh masuk tapi si non gak mau, ya udah bapak tinggal sebentar ke dapur buat ngambil air anget buat si non, tau-tau si non udah menjerit lompat-lompat dan lari ke halaman karena di lempar kucing sama yang namanya Uci, itu den anak polisi galak itu yang baru pindah seminggu yang lalu, malah bapaknya yang marah waktu si Uci anaknya saya tegur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIDRA | THE LION IS THE EAGLE
Teen FictionDi cap antagonis, pembunuh, bahkan di juluki gadis gila yang terobsesi pada tunangannya sudah biasa bagi hidup seorang Aranaya, si gadis cantik dengan sifat buruknya. tapi pada suatu hari, Aranaya tidak terima di tuduh atas kesalahan yang ia perbuat...