[S.E.L.A.M.A.T.M.E.M.B.A.C.A]
•
•
•
•
•Tamara berjalan dengan santai ke kelasnya walaupun badannya sedang tidak fit, tapi demi menjaga image, ia harus terlihat kuat di mata semua orang agar mereka tau bahwa ia sang putri Anders orang yang kuat walaupun kedua orang tuanya sangat tidak layak di sebut orang tua.
"Pagi Ra, lo pucat banget hari ini, nih lipstick baru gua, mama gua pesan langsung dari Australia!"Oh tuhan, pagi-pagi Elisia sudah datang padanya dengan niat pamer, ia yakin seharian ini pasti akan mendengar curhatan yang tak berguna tentang barang-barang make-up sahabatnya ini.
"Hm iya!" Tamara hanya membalas singkat, ia malas beropini.
"Q di mana?" tanyanya setelah sadar salah satu sahabatnya hilang!
"Q di kantor papanya, lo tau gak papanya Q mati-matian cari investor sana-sini!" Elisia seketika berubah menjadi sendu, terlihat sekali bahwa gadis ini sedang sedih dan prihatin dengan sahabatnya.
"Bokapnya Dion belum lepasin bokapnya Q?" Tamara seketika merinding, berurusan dengan Raffi benar-benar cari mati dan tidak akan di lepas dengan mudah oleh Raffi sebelum dia puas, benar-benar mengerikan.
"Gua juga udah bicara sama Papi, tapi sayang, Papi juga di tekan sama Alanu!" Elisia tidak tau lagi harus membujuk papanya bagaimana, tapi yang penting ia sudah berusaha, jika Q bertanya nanti bilang saja Papinya terikat dengan Alanu, ia tidak mau terlalu ikut campur, ia tidak mau jatuh miskin seperti Q.
"Hm ya udah gua gak bisa bilang apa-apa, lo tau sendiri bo-nyok gua terlalu bodoh amat sama masalah orang lain, gua ke toilet bentar ya!" Tamara langsung berlalu setelah Elisia mengangguk.
Di sepanjang koridor toilet terlihat sangat sepi, langkahnya begitu menggema di ruangan yang panjang ini, Tamara memasuki toilet dan memandang lekat dirinya di cermin besar yang memperlihatkan seluruh tubuhnya.
"Gua heran, sebenarnya apa yang gua perbuat di masa lalu hingga hidup gua ambyar kek gini, gua cantik, tapi kenapa gak ada cowok yang bisa suka atau setia sama gua, yang suka banyak, tapi hanya sekedar di manfaatkan, hahhh kenapa hidup gua gak sesuai mimpi sih!!!"
Tamara menghela nafasnya lelah, ia berdecak akan hidupnya yang rumit, di tinggal cinta sudah, di tinggal sahabat juga sudah, keluarga ada tapi hancur juga sudah, kedepannya apa lagi ini?
Tamara menunduk mengusap kasar rambut panjangnya, hidupnya tak sesuai ekspektasi.
"Kayaknya hidup lo juga gak baik hingga sekarang ya Mata!"
Deg!
Tamara bergetar, ia mendongak melihat ke cermin yang memperlihatkan seseorang dari masa lalunya yang membuat ia trauma akan sebuah hubungan.
"Gu-gufran!!"
•••••
"Masa kita cuma berdua doang sih?" Ara terus saja menggerutu sepanjang perjalanan menuju perpustakaan, Alidra hanya diam, ia tak ambil pusing soal kenapa mereka hanya berdua yang hadir di kelas ini, karena jika ia ingin tahu, ia bisa bertanya pada Ziqi atau tidak pada kepala sekolahnya langsung.
Ara dan Alidra memasuki perpustakaan di tingkat tiga, perpustakaan ini terdiri dari empat tingkatan dengan fungsi yang berbeda, karena mereka ingin bersantai sambil membaca jadilah mereka memilih di tingkatan tersebut.
"Li, gua boleh nanya sesuatu sama lo gak?" tanya Ara saat mereka sudah duduk di sofa.
Alidra melihat gadis itu sekilas sebelum mengangguk mengiyakan.
"Tanya aja!"
"Emm, lo masih mau nge-bunuh gua?"
Ara bertanya terus terang, ia masih di hantui kata 'Bunuh' yang di camkamkan Alidra padanya pada peristiwa di gudang waktu lalu.Alidra tidak menjawab dan itu membuat Ara makin gencar bertanya dan memperjelas apa tujuannya.
"Gua gak ganggu Nayaka lagi, gua juga udah bilang gak akan pernah suka sama lo lagi, tapi kenapa lo masih mau nyingkirin gua dengan Angga, apa itu karena Maira atau karena hal lainnya?" Ara mendekat dan duduk di samping Alidra, sedangkan pria itu masih terdiam dan memandang lurus ke depan.
"Gua juga gak tau, lo emang gak gangguin gua lagi, tapi tetap aja lo itu pengganggu, selalu gangguin gua dan hantui gua di mana-mana!"
Ara menggaruk tengkuknya heran, apa iya dia setan?
"Maksud lo apa? kenapa jadi bertele-tele gini sih!"
Ara merasa malas sekarang, ia tidak suka dengan orang yang berbicara dengan terbelit-belit, apa tidak bisa to the point aja?
Greb!
Ara menegang, apa-apaan pria ini!
"Lo-lo apa-apaan sih, minggir gak!" Ara berusaha mendorong Alidra yang memeluknya dengan kepala pria itu bertengger di lehernya.
"Bantu gua Ra!" suara seraknya membuat Ara merinding, nafasnya yang hangat begitu terasa, ini cowok demam apa?
"A-apa?"
"Tolong bantu gua Ra, bantu gua ingkari janji itu!" Pelukan itu semakin erat, Ara memegang bahu Alidra bermaksud mendorong pria itu, tapi tubuh besar ini sama sekali tidak bergerak.
"I-itu masalah lo, bukan masalah gua, minggir Li, gimana kalau ada orang masuk dan mereka salah paham!"
Alidra mendongak dan melihat dengan rinci pahatan wajah gadis manis ini, begitu sempurna tampa celah.
Matanya yang indah, hidung kecilnya yang mancung, pipinya yang bulat chubby, dan jangan lupakan bibir kecil penuh itu, ingin sekali ia...
"L-lidra!" Ara semakin bergetar, posisi Alidra yang ada di atasnya sangat tidak baik. Ia khawatir ada CCTV tersembunyi di perpustakaan mengingat perpustakaan ini begitu lengkap.
"Kalau bukan karena janji itu, gua terkam lo sekarang!"
Alidra mengetatkan rahangnya, ia berdiri tegak dan langsung pergi dari sana, ia bodoh, benar-benar bodoh, andai ia tidak berjanji, andai ia mengetahui rasa penasaran itu lebih awal, pasti semuanya tak akan jadi serumit ini dan pastinya ia sudah memiliki gadis itu sekarang.
Andai sifat gentle tak tersemat padanya, pasti ia tak akan pernah menahan diri dan tak akan pernah merasa bersalah sudah mengingkari janjinya.
"Ah! sialan!"
•••••
Gengs! gua mau tanya.
Kalian lebih suka scene yang mana?Ali-Ara
Angga-Maira
Alva-Intan
Ziqi-Lisa
Rion-MutiTamara-Q-Eli-Sairah-Dion-Nayaka!
KOMEN YA, KARENA GUA MAU BUAT SPESIAL PART UNTUK MEREKA!
THANKS UDAH NUNGGU UP!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIDRA | THE LION IS THE EAGLE
Novela JuvenilDi cap antagonis, pembunuh, bahkan di juluki gadis gila yang terobsesi pada tunangannya sudah biasa bagi hidup seorang Aranaya, si gadis cantik dengan sifat buruknya. tapi pada suatu hari, Aranaya tidak terima di tuduh atas kesalahan yang ia perbuat...