ASSE.08

4.2K 351 10
                                    

Angga mengelus pipi bulat kemerah-merahan itu, gadis yang ada di pelukannya ini begitu lelah, gadis itu lelah menangis sedari tadi karena nomor Ara tidak bisa dihubungi dan Ara juga tidak pulang ke rumah. Sedari tadi sore Maira menangis menyalahkan dirinya sendiri. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 23:25 WIB dan gadisnya ini tidur dalam keadaan mata sembab di pelukannya.

Niat hati Angga ingin mengajak Maira ke arena balapan agar gadis itu tidak kesepian, karena kekasihnya ini hanya tinggal bertiga bersama bik Surti dan suaminya setelah Oma nya meninggal satu tahun lalu, tapi hal yang tak terduga terjadi, ia melihat gadisnya meringkuk di atas ranjang dengan menangis tersedu-sedu hingga membuat bik Surti khawatir di buatnya.

Pengaruh seorang Ara begitu besar di kehidupan Maira, dulu Maira adalah anak yang tertutup, misterius, dan tidak punya teman, tapi Ara dengan sekuat tenaga merobohkan tembok yang membentang di lingkaran hidup gadis itu, hingga Maira telah menjadi seperti sekarang.

"Hiks hiks, maafin aku Ra, maafin aku!"

Lihat, bahkan saat tidurpun Maira dapat menangis dan mengingau si gadis antagonis itu.

"Syuuttt, tidur sayang!" Angga mengusap lembut dan mengecup kening gadisnya hingga tubuh yang tadi gemetar sekarang kembali tenang.

"Ini yang buat aku benci sama sahabat kamu itu, dia selalu buat kamu nangis, selalu dia dengan kesalahan yang sama, sepertinya aku harus nagih janji Alidra sekarang!"

Angga turun dari ranjang dengan hati-hati agar gadis kesayangannya itu tidak terbangun, menyelimutinya sebatas dada, mematikan lampu lalu keluar dengan pelan dan tak lupa menutup pintu. Di depan pintu terlihat bik Surti dan suaminya pak Harto menunggu dengan gelisah, saat melihatnya keluar wajah sumringah menyambut.

"Aden, gimana si eneng atuh, udah tenang!" Pak Harto terlihat begitu khawatir pada Maira.

"Udah pak, bapak tenang aja, Maira juga udah tidur, dan bibik, kalau nanti dia bangun tolong buatin susu ya, Angga mau pergi sebentar, mungkin akan pulang telat sedikit!"

"Iya Aden, pasti!"

"Makasih bik!"

•••••

Ara mencak-mencak sedari tadi, pria itu benar-benar menguras emosinya.
Hingga ia menarik-narik ujung piyama dengan motif pokemon hingga berkerut.

Beberapa saat lalu...

"Gua laper!"

Ara cengo, apa pria ini tidak punya mata? hello mas ganteng, pintunya masih terbuka lebar. Batin Ara sambil matanya melirik pintu Apartemen yang masih terbuka.

Brak!

Ara terlonjak ketika melihat pintu itu sudah tertutup rapat alias di tendang dengan kencang oleh kaki panjang berotot milik pria yang jaraknya hanya 7 centi dari tubuhnya.

"Kalau lo berpikir mau ngusir gua sebaiknya pikirkan dua kali, sekarang cepat buatin gua makanan!"

Alidra memerintah hingga wajah kesal Ara terbit, pria ini benar-benar membuatnya tensi, alamatnya bisa stress ini!

"Kalau gu-!"

"Masih mau bilang enggak hm?"

Ara menengadah agar belati tajam itu tidak mengenai lehernya.

"I-iya oke, gua buatin lo makanan, jauhin ni belati dari leher gua!" Ara terbata ketika melihat Alidra terus memandangi lehernya, auto benar-benar di sembelih ini mah.
Lah Ra, gak tau aja kalau si Lidra nafsu.

Dapur.

"Jangan tambahkan bawang, gua gak suka!"

"Ini terlalu besar, potong lebih kecil, lo mau buat gua mati keselek!"

"Ini cabe apaan kering kek gini, ganti!"

"Gak usah masukin saos, lo mau gua cepat Wallahu alam!"

"Aduknya yang benar, gak ikhlas banget sih!"

Ara mengetatkan rahang karena tidak sanggup mendengar ocehan dari cowok gila itu sedari tadi, seperti sekarang, Ara tengah mengaduk ayam teriyaki dengan Alidra yang bersandar di bahunya, pria itu sedari tadi ia memasak selalu mengacau dengan mengoceh mengomentari apa yang Ara perbuat, ingin sekali Ara merobek mulutnya itu lalu memasaknya dan di buat khanduri untuk kucing-kucing yang berada di jalanan yang kelihatan kekurangan makanan, kan lumayan bisa dapat pahala, tapi apalah daya Ara yang hanya seorang yang teraniaya.

"Udah selesai belum, gua capek nih, malah lo pendek banget lagi, sakit leher gua kan!"

Alidra lagi-lagi berkomentar.

"Yang nyuruh lo sandar di bahu gua siapa? gak ada kan, kenapa lo SALAHIN gua sih!" Ara sudah tak tahan, mulutnya gatal ingin membalas, tapi lagi-lagi belati tajam itu menekan pinggangnya.

"Siapa yang nyuruh lo buat ngejawab, tugas lo hanya masak, tangan yang bekerja dan mulut yang diam!"

Lagi-lagi dan lagi, Alidra selalu punya cara untuk membungkamnya. Tapi... entah hanya perasaan Ara atau beneran, Ara merasakan tangan Alidra mengelus pinggangnya tadi, meski hanya sebentar tapi begitu terasa.

"Kalau ni orang macem-macem sama gua, awas aja gua potong tu burungnya, dasar tengik!"

•••••

"Gua mau tidur!"

Ucapan Alidra membuat Ara bingung, apa maksudnya.

"Ya udah pulang, apa susahnya sih!"

Ara yang akan membuka pintu dengan senang hati ingin mengantarkan tamu menjadi terhenti saat mendengar kalimat selanjutnya.

"Gua nginap!"

"Sorry ya, ini bukan penginapan, bisa pulang sekarang, pemilik Apartemen akan marah kalau dia tau gua bawa cowok ke dalam Apartemennya, bisa keluar!"

Tapi lagi-lagi Ara hanya bisa dibuat menahan emosi melihat Alidra yang lagi-lagi memutar-mutar belati di tangannya seperti seorang yang sudah mahir.

"Gua tidur di kamar lo, kalau lo gak mau tidur seranjang sama gua lo bisa tidur di sofa, tapi kalau lo mau pintunya terbuka lebar dengan ranjang yang luas, night!"

Alidra langsung masuk meninggalkan Ara yang mencak-mencak menahan kesal ingin membunuh seseorang.
Benar-benar tamu rasa pemilik.

Dan berakhirlah Ara yang terduduk di sofa sambil menarik-narik piyama pokemon miliknya.

Sialan!.

Pukul 1:06.

Alidra masih memandang Ara yang sudah tertidur duduk di atas sofa, Alidra yakin besok leher gadis itu akan sakit, untuk mencegahnya Alidra menggendong gadis yang berstatus tunangan tapi rasa musuh itu ke kamar dan meletakkan dengan pelan di atas ranjang. Ia memandang lamat-lamat wajah yang tertidur pulas dengan bibirnya yang sedikit terbuka, benar-benar lucu.

Alidra tidak tau entah perasaan apa yang menghampirinya, ia begitu penasaran tentang perasaannya ini, kenapa begitu sulit sekali untuk menebak.

"Setelah gua tau perasaan apa yang buat gua bisa memendam hasrat gua untuk bunuh lo, maka pada hari itu, nyawa lo akan gua cabut dengan mayat lo yang utuh!"

Alidra mengusap bibir yang terbuka itu dan lidahnya membasahi bibirnya sendiri.

Dia benar-benar mengerikan.

•••••

Tangan gua gatel pengen Up


ALIDRA | THE LION IS THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang