ASSE.04

4.3K 400 38
                                    

Seperti biasa,vote dan komennya





Happy reading

"Sayang..!" Angga langsung menghamburkan dirinya pada Maira ketika melihat gadis itu di toilet perempuan.

"Angga, kamu ngapain di sini?" Maira bertanya kaget, untuk apa laki-laki ini ada di toilet perempuan.

"Kangen ayang!" Angga mencium dagu Maira hingga beberapa perempuan yang ada di sana langsung keluar karena tidak tahan dengan kebucinan seorang ketua geng terkenal itu.

"Ihhh lepas Angga, kamu gak malu apa, di toilet perempuan lagi!"

"Ngapain malu, kan cuma ada kita berdua!"

"Iya sesudah kamu di sini, sekarang lepas, aku mau masuk ke toilet bentar!"

"Mau di temenin?" Angga berlagak sok polos.

"Mau mati?" Dan Maira membalasnya dengan senyuman mautnya.

"Enggak deh, entar kamu di ambil orang lain, silahkan masuk sayang!" Angga mempersilahkan gadisnya itu masuk dengan senyuman bodohnya.

Di dalam toilet, Maira merapikan penampilan, sedikit memakai pelembab pada bibir kecilnya agar tidak kering.

Ting!

Suara nontivikasi dari ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk.

"No gak di kenal? ngirim Video?" Maira bertanya heran pada dirinya sendiri, dan ia langsung membuka pesan itu.

Dan seketika matanya memerah menahan tangis.

"Ja-jadi..!"

•••••

"Muncul juga kamu, gimana acara kaburnya, sukses, bisa hidup kamu tampa harta saya?" Raffi Alanu Jaya, ayah dari Dion dan juga Nayaka, entah pria itu termasuk ayahnya Ara, hanya Raffi yang tau.

Ara hanya diam, dia berada di kantor polisi dan akan segera di interogasi. Semuanya berada di sini. Dion, Nayaka, Ziqi, Lisa, Rion, Mutia, Alva, Intan dan orang tuanya bahkan Alidra.

"Saudari Ara, apa benar anda yang telah mendorong Saudari Nayaka dari tangga sekolah dan meracuni sahabat anda, saudari intan?" petugas bertanya dengan tegas pada Ara. Gadis itu menarik nafas panjang, lalu dengan lugas pula menjawab.

"Saya berkata benar dan jujur, jika bukan saya yang meracuni sahabat saya sendiri, dan untuk kasus adik saya, anda bisa bertanya langsung padanya!"

Semuanya saling pandang, apa maksud perkataan gadis itu.

"Seperti yang gua bilang, lo berhak untuk diam!" Ara mengelus bahu Nayaka yang duduk di sampingnya.

"Apa maksud lo?" Dion bertanya seperti tak terima saat dengar apa yang Ara ucapkan. Tapi Ara hanya diam dan mengabaikan seolah-olah tidak ada orang yang bertanya padanya. Dan Dion tertegun melihat itu.

Nayaka begitu gugup saat melihat orang menatapnya bingung, dan Alidra yang melihat itu menggenggam tangan kecil yang sudah sudah mengeluarkan keringat dingin.
Ara yang melihat mereka hanya meremas rok seragamnya dengan kuat, hingga buku tangannya memutih. Dia memang melepaskan Alidra, tapi tidak secepat itu untuk menghilangkan rasa.

"Se-sebenarnya...!"

"Permisi!"

Semua orang menoleh pada asal suara, terlihat petugas berjalan dengan tergesa-gesa ke arah petugas yang mengintrogasi Ara. Petugas itu berbisik dan memperlihatkan sebuah benda seperti perekam di tangannya.

"Begini, bukti sudah di temukan!"

"Benarkah, lalu bagaimana Ara akan ditindak pidana?" tanya Gebi, mamanya.

"Saudari Ara tidak akan di tindak pidana karena beliau tidak bersalah!"

"Apa!" semua orang terkejut mendengar itu.

"Pak, ba-bagaima bisa?" Dion terbata, ia benar-benar tidak percaya.

"Ini dia buktinya, saudari Nayaka di bully oleh Raquela Anoli teman sekelasnya, dan saudari Ara hendak membantu saudari Nayaka, di sini juga terlihat jelas bahwa saudari Raquela bersama dua temannya mengancam saudari Nayaka agar tutup mulut, dan mungkin di sini saudari Raquela yang memutar balikan fakta, dan untuk kasus meracuni atau pembunuhan berencana, itu di lakukan oleh salah satu pembantu di rumah anda nyonya!" petugas itu menunjuk mamanya Intan.

"Ini dia buktinya!" dan Intan dan mamanya pun tercengang saat melihat rekaman CCTV di rumah mereka, itu Tari, salah satu pembantu termuda di rumahnya.

"Bagaimana mungkin, lalu kenapa kau kabur?" Gebi bertanya penasaran pada Ara.

"Saudari Ara di temukan di dalam gudang dengan keadaan mengenaskan, untung saja korban di bawa cepat ke rumah sakit dan koma selama 3 bulan 2 hari, ini surat keterangan dari dokter!"

"Ko-koma?" Gebi dan yang menutup mulutnya tak percaya, anaknya koma tapi dia tidak tahu apa-apa.

"Ka-kamu koma, kenapa gak bilang sama kita!" Raffi mendekati Ara dan langsung memeluknya. Ara hanya diam dan tidak merespon.

Mata Ara melirik Alidra yang melihat kearahnya, dan seketika punggungnya mendingin melihat mata tajam itu. Alidra tidak pernah memindahkan matanya barang sedetikpun dari objek yang menggangu dirinya sedari tadi mereka bertemu, Ara benar-benar berbeda.

"Maaf, saya ingin pulang, permisi!" Ara dengan sigap melepas pelukan Ayahnya dan langsung berlari keluar menghiraukan orang-orang yang memanggilnya dari dalam sana.

•••••

Bayangkan, kalau kalian benar-benar bermain di dalam cerita ini🤭

Vote!
Komen

Asyura_L03
Ig











ALIDRA | THE LION IS THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang