Hari ke-1

1.7K 253 38
                                    

Sanji

Mereka tiba di kediaman Mihawk setelah satu setengah jam perjalanan. Mansion besar nan megah itu berdiri dikelilingi semak belukar, desainnya berupa kastil gothic dengan batu bertumpuk sebagai material dinding. Sanji terdiam sesaat, memandang lewat kaca mobil. Seorang pria berambut hitam legam berdiri di depan pintu, kelihatan menunggunya.

"Lo diem, biar gue bukain pintunya," tangan Zoro menyentuh paha Sanji pelan, mengelusnya dan memintanya tetap dalam posisi duduk.

Sanji tidak tahu Zoro menyadari gestur barusan atau tidak. Tapi wajahnya memerah. Ia mengangguk kecil dan menunggu. Zoro membukakan pintunya, menarik tangannya keluar perlahan.

"Gue ambilin koper lo bentar," ia berjalan sebentar ke bagasi dan menarik sebuah koper cokelat, membawanya ke arah Sanji. Lalu ia mendekatkan bibirnya pada telinga Sanji dan berkata, "Ayo, pegang tangan gue, pura-pura jadi pacarnya dimulai sekarang."

Tangan Sanji mengalung di lengan si rambut hijau. Mereka berjalan menuju depan pintu. Sanji melempar senyum ramah pada pria paruh baya berambut hitam itu. Ayah Zoro. "Selamat siang om, salam kenal, saya Sanji, pacarnya Zoro," ia sadar tangannya mengalung erat pada perkataan tersebut. Ia juga mampu merasakan tubuh Zoro bergetar, seperti menahan tawa.

"Sanji hm?" Pria itu mengangkat sebelah alisnya, menatap pria hijau di sampingnya. "Bawa dia ke kamar, kita bisa bicara pas makan malam," suara beratnya memberi perintah sebelum ia berbalik dan pergi menaiki tangga lebih dulu.

"Kamar tamu?" Pelan Sanji bertanya.

"Nggak lah, kamar gue," Zoro mengangkat sebelah bibirnya, tersenyum mengejek.

Sanji tidak berkata apapun, ia malas. Sudah jelas ayah Zoro menduga ia akan tidur sekamar dengan si hijau, maksudnya... Mereka kan sepasang kekasih? Tapi bukannya banyak pasangan yang melakukan hal lebih konservatif seperti pisah kamar?

Sanji mendapati dirinya sudah tiba di dalam kamar Zoro ketika pikirannya melayang entah kemana. Kamar itu juga kental dengan nuansa gothic, lantainya dialasi karpet merah darah dan sebuah rak buku kayu kuno menempel pada dinding. Kopernya ia tinggalkan di depan lemari dan kakinya melangkah cepat ke arah balkon. Balkon itu langsung jatuh pada pemandangan kolam renang besar dengan dua gargoyle dan beberapa mangkuk tungku api yang tidak menyala.

"Ada berapa orang di rumah ini?" Sanji bertanya, masih memandangi kolam renang.

"Biasanya dua doang, ayah sama kakak gue," Zoro menghempaskan diri ke atas kasur. Dua tangannya ia letakkan di balik kepala dan matanya memejam. "Gue mau tidur siang,"

"Ganti baju dulu!" Sanji segera berbalik untuk melihat Zoro yang sudah ancang-ancang mau tidur.

"Gausah, sini naik ke sebelah gue, lo mau tidur juga kan?"

"Nggak—"

"Gue liat lo nguap lebar banget pas di mobil, bisa-bisa satu dunia kesedot,"

Oke, Sanji hampir ketawa pas denger itu. Tapi dia tetep masang muka jutek dan tidur di sisi lain kasur. Tidur bareng cowok itu biasa aja kan ya? Biasanya juga dia sering bobok bareng Luffy dan kawanannya di atas tikar di rumah pak RT. Tapi cuma ada mereka berdua dalam kamar luas itu.

Sanji berguling ke samping. Saking besarnya kasur yang dimiliki Zoro, jarak di antara mereka terasa begitu lebar dan hampa.

~•*•*•*•~

Zoro

Perona mengaduk gelas berisi teh sembari memandangi Sanji. Pria berambut pirang itu kelihatan tidak menyadari pandangan yang tertuju padanya dan masih memperhatikan isi piringnya.

"Udah berapa lama sama Zoro?" Perona mendadak bertanya. Sanji mengangkat kepalanya dan menoleh pada si rambut hijau sebentar.

"2 tahun," Zoro menjawab. Zoro menghitung tahun jadian mereka sejak awal pertemuan soalnya dia males ngitung. Sikunya masih berada di atas meja, menopang dagu malas.

"Ssh, turunin, gak sopan," tangan Sanji menyenggol sikunya pelan.

Zoro menurutinya, ikut meletakkan siku di bawah meja walau ia berdecak. "Kita dulu ngira lo bohongan tentang punya pacar, takutnya lo nyewa pacar gadungan kan siapa tau," Perona tersenyum. Rambut permen karetnya bergoyang lembut.

Sanji tersedak minum, air membasahi celananya. "Hati-hati," Zoro mengambil kain serbet dan mengeringkan air di atas celana Sanji.

Haha, kalau kayak gini mereka kelihatan kayak orang pacaran beneran kan?

Zoro mengintip ekspresi wajah Mihawk. Mata pria itu bersinar, terhibur dengan prilaku keduanya. Dalam hatinya Zoro tertawa penuh kemenangan. Tidak salah keputusannya mengiyakan lima juta untuk Sanji.

"Sanji, kamu bener pacarnya Zoro kan?" giliran Mihawk yang bertanya.

Zoro sadar Sanji menggenggam tangannya erat. Sialan, pria itu sengaja membuatnya kesakitan. "Iya om,"

"Kamu satu kampus sama Zoro?"

"Haha iya,"

"IPK-mu berapa?"

"3,93 om,"

"Keseharianmu biasanya ngapain aja?"

"Jaga warung bantuin bapak om, kebetulan dia juga ada restoran sama sering jualan di pasar,"

"Hobimu ngapain?"

"Saya suka masak om, nanti lain kali saya bikinin sesuatu deh! Dijamin mantul," senyumnya merekah. "Saya juga biasanya suka baca buku sih,"

"Ooh..." Mihawk mengangguk-angguk. "Kok mau sama Zoro?"

Zoro menyipitkan matanya kesal. Bapak macam apa yang nanya kayak gitu? Maksudnya Zoro gak pantas buat dipacarin Sanji gitu? Hih dasar.

"Nggak tau deh, kayaknya saya dipelet," Sanji menyenggol bahunya, tertawa. Zoro awalnya mau nyangkal, tapi ngeliat Sanji ketawa sebegitu manisnya, hatinya juga meleleh.

Hmm... Bisa-bisa dia malah suka kalo kayak gini terus.

Sebuah senyum ikut tercetak di wajahnya tanpa ia sadari sementara matanya terus terpaku pada si pirang, penuh rasa ingin kenal, rasa ingin tahu.

Nggak buruk.

~•-•~

Ada yang baca Mortal Skin? Ending antara Ash sama Lonan bikin nangis banget. Tapi buku keduanya udah keluar yesss. Harus banget baca, ini buku recommended kedua setelah Heated Rivalry!

 Harus banget baca, ini buku recommended kedua setelah Heated Rivalry!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1 Week BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang