Hari ke-4

1.7K 253 65
                                    

Sanji

Dua gargoyle yang menghiasi kolam renang masih menyemburkan air. Sanji menengadah, melihat langit yang cerah dan cuaca yang cukup panas. Ia menggoyangkan gelas berisi minuman dingin di tangannya, menimbulkan bunyi denting gelas dan es batu.

Ia menolehkan kepalanya ke belakang ketika mendengar dua langkah berjalan mendekat. Sebuah tangan kemudian merayap di pinggangnya, menariknya mendekat.

Sanji masih berusaha nggak bereaksi terhadap hal-hal kecil itu. Zoro kan ngebayar dia buat jadi pacar, jadi Sanji seharusnya nggak kaget kalau tiba-tiba dia ngelakuin hal nggak jelas kayak gini.

Tapi jujur Sanji pengen nabokin diri sendiri ke tembok. Kadang, kalau Zoro begini, dia malah ngebayangin jadi pacar si hijau beneran.

Tapi nggak mungkin kan.

Dia straight.

Sanji melirik Perona sebentar. Aneh, dia nggak lagi merasakan percikan gairah yang sama tiap dia melihat gadis secantik itu.

Birunya berganti melirik si hijau. Ya, itu... dadanya berdegup lebih kencang dan percikan itu muncul, meluap dan meledak seperti kembang api.

Kepalanya ditundukkan, merutuki diri sendiri. Bukannya membuat Zoro jatuh cinta padanya, malah dia yang berakhir suka pada si hijau. Suara keduanya pudar di telinga si pirang. Yang ada hanyalah refleksi Zoro di mata Sanji.

~•*•*•*•~

Zoro

"Gue mau berenang, lo ikut nggak?" Zoro bertanya. "Perona bilang mager btw, cuma bakal ada gue di sini,"

Zoro mengutuk dirinya sendiri. Kenapa bawa-bawa Perona aelah... Kalau denger Perona gak ikut si Sanji jadi males nemenin dia kan. Zoro berbalik, memunggungi Sanji dan mulai melepas kausnya. Kulit tan-nya berkilau di bawah matahari, ia mulai mencelupkan kaki lebih dulu, mengetes suhu air kolam.

"Gue nungguin di kursi ini aja," Sanji menunjuk kursi lipat di bawah payung. "Mmm... Minum gue masih belum abis," ia menunjuk gelasnya.

Zoro mengangkat sebelah alis. Ia mendekat dan menundukkan tubuh, meminum sebagian isi gelas Sanji dari sedotan. "Enak, lain kali bikinin buat gue juga ya," lalu berjalan lagi menuju kolam.

Sanji duduk di kursi santai, menatap Zoro yang mendinginkan tubuh. "Gue udah sisain punya lo di kulkas kok," Sanji berseru. Zoro menyibak rambut hijaunya yang basah ke belakang, memberikan jempol pada Sanji dan melanjutkan aktivitasnya.

Zoro sadar si pirang memandanginya, tidak berpaling maupun memainkan ponsel. Awal tadi saat Zoro mengajaknya berenang, sikapnya juga aneh. Biasanya kalau denger cuma bakal ada Zoro di sana, dia bakal lebih milih tidur di kamar kan? Main hape atau baca buku.

"Sanji," ia memilih memanggil. "Minum lo udah abis, ayo masuk sini,"

Sanji membisu untuk beberapa saat, seperti tengah berpikir keras. Padahal biasanya jarang mikir. Zoro dibuat terkejut lagi ketika Sanji mengangguk dan melepaskan pakaian atasnya.

Ia mendekat, berjalan menuruni tangga di antara dua patung yang menyemprot air ke dalam kolam. Di bawah matahari, kulit putih Sanji bersinar keemasan. Rambut kuningnya pun sama terangnya. Terkesima, Zoro tetap menatap.

"Liat apa?" Sanji bertanya.

Zoro tidak berkata apapun. Walau begitu ia menggigit bibir bawahnya, menjilat bibir keringnya sejenak sebelum berbisik, "Ngeliat lo."

Sanji mengerutkan kening, berharap si hijau menyuarakan jawabannya lebih kencang. Tapi bukannya jawaban yang didapat, Zoro malah melemparinya dengan air.

"Zoroo! Nyebelin banget sih lo!" Ia balas menendang air diikuti dengan tawa berat Zoro.

Zoro mengedarkan pandang ke sekitar kolam renang. Dua ujung bibirnya tertarik ke atas ketika ia menunjuk ujung kolam renang yang dihiasi tungku api. "Taruhan, lo gak bakal nyampe ujung lebih cepet dari gue," tukas Zoro cepat. Ia tahu jiwa kompetitif Sanji membara. Sanji tidak pernah menolak tantangan, apalagi kalau lawannya Zoro.

"Gausah mimpi ngalahin gue," Sanji mencuri start, berenang dengan kecepatan abnormal.

"Curang," Zoro terkekeh.

Sanji menang, tentu saja. Tapi Zoro kembali melemparkan tantangan ke ujung. Giliran Zoro yang menang. Sanji tidak terima dan meminta satu pertandingan lagi. Dan napas keduanya sudah habis ketika tangan mereka menyentuh ujung kolam.

"Haah... Haah... Capek..." Sanji menyandarkan tubuh pada pinggir kolam. Dua matanya menutup dan mulutnya terbuka, mengatur napas.

Zoro juga sama lelahnya, dengan dada yang naik turun dan mata memerah. "Anak... haah... ekskul renang... bisa capek juga?" Ia memaksakan tawa di sela hembusan napasnya.

"Lo pikir gue bukan manusia hah?" Sanji bertanya walau ia berakhir tertawa juga.

Zoro menatap bibir si pirang. Bibir merah muda yang nampak sedikit pekat itu kembali menarik perhatiannya. Ia ingin mencicipi sisa asap cerutu darinya, seperti kala mereka bermain UNO. Tangannya menyentuh rambut pirang Sanji, menatap bola safirnya lekat-lekat.

"Zoro?"

"...lo mau dorong gue?"

"Hm?"

"Lo bisa bilang nggak Sanji, gue selalu dengerin lo,"

Bibirnya semakin mendekat. Tapi Sanji hanya memandanginya, menantang Zoro untuk kembali menciumnya. Tangan si hijau melingkari pergelangan tangan Sanji, menariknya lembut, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menyakiti si pirang.

"Lo bisa cium gue, Zoro,"

Satu tutur yang keluar dari bibir Sanji dan Zoro menciumnya. Tanpa siapapun di sekitar mereka. Tanpa mata yang mengawasi mereka. Tanpa perlu membuktikan apa-apa.

Karena ciuman kali ini bukanlah sebuah sandiwara.

~•-•~

Ooohhhh

Ooohhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1 Week BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang