Sanji
Sanji lagi mencuci selada di dapur ditemani Mihawk yang memotong daging. "Om nggak usah motong daging, istirahat aja nggak papa kok, biar saya yang masak," Sanji tersenyum, meletakkan selada dalam keranjang.
"Nggak papa, saya memang mau bantuin," dengan kecepatan kilat Mihawk memotong daging di atas talenan. "Nah kan cepet,"
"Wah! Kok bisa? Ajarin dong om!" Sanji melompat. Dia beneran kaget, nggak nyangka si om bisa motong daging semudah memotong mentega.
"Ngapain ini ribut?" Zoro muncul di belakang.
"Lo gak bilang ayah lo juara nyembelih kambing!" Sanji tertawa. "Liat liat, keren banget," ia menunjuk talenan penuh daging. "Om bisa fillet ikan berarti?"
"Bisa dong,"
"Waahh! Lain kali ajarin saya juga dong om,"
Mihawk tersenyum kecil, nggak keliatan saking kecilnya, mungkin harus diliat dibawah mikroskop dulu. "Sanji, nggak usah formal banget ya sama saya," matanya memandang penuh arti. "Panggil ayah aja,"
Ayah?
Ayaaaah?!
Lampu ijo terang benderang seakan menyala di atas kepala Mihawk, merestui segala hubungan antara Zoro dan Sanji. Si pirang menganga, masih dilanda kaget.
Mata Sanji melirik ke arah si lumut ijo. Eh taunya dia juga sama kagetnya. Ini gimana dong?!
"Zoro sini, kamu bantuin Sanji masak, awas aja kalau ayah liat dia masak sendirian,"
Sanji liat Zoro cemberut sambil mengambil alih wajan penggorengan. "Lo bagian masak pasta dulu aja," Sanji mengeluarkan panci dan memberikannya. Ia melirik ke belakang, menyadari Mihawk sudah meninggalkan mereka berdua.
"Ayah gue suka banget sama lo," ujar Zoro, menuangkan air ke dalam panci.
"Iya, berarti akting gue bagus banget dong," Sanji tertawa kecil, mencincang bawang putih. Dia cuma berusaha ketawa buat nutupin rasa bingungnya.
"Iya... Akting..." gumam si hijau.
"Eh minta garam," Sanji menjulurkan tangan.
Zoro mengambil garam dari dalam rak gantung dan memberikannya. Namun tangannya malah menyentuh telapak Sanji, lama, sebelum benar-benar melepaskan. Sanji nggak tau si Zoro nyadar atau nggak, tapi sentuhannya membuat si pirang tersenyum.
Setelah beberapa lama berada di dapur, dengan sedikit tubuh yang bersinggungan, bersentuhan, berdekatan, Sanji berhasil menyelesaikan makan siang. Zoro melipat kedua tangan di depan dada, menatap puas. "Gue nyoba dulu ya," Sanji menarik garpu dan melingkarkan pasta di sekitarnya, mengangkatnya ke mulut. "Mau nyoba juga?" Ia menyodorkan satu suap.
"Hm," Zoro menggigitnya pelan. "Gue bawain dagingnya ke ruang makan, lo bawa yang ringan aja," ia menunjuk pasta. Sanji awalnya mau menolak, dia kan juga sama-sama pria kayak Zoro, kenapa malah disuruh bawa yang ringan? Tapi daripada berantem gak jelas mending dia nutup mulutnya dan nurut. Mereka berdua berjalan menuju meja makan dan mulai menyusun makanan.
"Sanji yang bikin?" Perona melintasi ruang makan, duduk di salah satu kursi masih dengan headphone pink neon miliknya.
"Gue juga ikut bantuin," celetuk Zoro.
"Dibantuin Zoro juga," Sanji mengangguk mengiyakan. "Ayo makan," ia menoleh, mencari keberadaan Mihawk. Senyumnya melebar ketika melihat Mihawk berjalan mendekat.
"Ayah liat! Zoro bisa bantuin Sanji masak!" Perona menunjuk piring-piring dengan kagum.
Sanji mengintip pria di sampingnya. Zoro banyak membantunya hari ini. Padahal biasanya dia yang paling ogah ikut acara masak-masak di halaman belakang Pak RT. Kerjaannya molor mulu, jadi Sanji nggak begitu menaruh harapan. Tapi hasilnya lumayan enak.
Sanji memberikan satu piring yang sudah lengkap berisi makanan pada Mihawk. Ia melempar senyum ramah. "Buat ayah,"
Perona menyemburkan air sementara Zoro menutup wajah.
~•*•*•*•~
Zoro
Sanji sudah pada tahapan memanggil Mihawk ayah. Zoro nggak tau dia harus ngapain sekarang. Jujur dia senang mendengar suara Sanji memanggil ayahnya dengan sebutan ayah juga. Cuma masalahnya, gimana kalau ayahnya itu tau Sanji cuma pacar sewaan? Bisa-bisa dia yang didepak keluar rumah.
Bapak tua itu sudah terlanjur jatuh hati pada pesona si pirang. Maksud Zoro, siapa sih yang nggak terpesona pada pria pirang bermata biru di sampingnya? Nggak ada. Semua orang suka dia. Termasuk ayahnya. Dan mungkin Perona. Tinggal nunggu waktu aja sampe semua kebongkar.
Tapi gimana kalau semua nggak kebongkar? Gimana kalau dia beneran ngaku suka aja? Apa Sanji bakal menerimanya?
Sayangnya Sanji straight.
Well, dulu dia juga sama.
Lagian dia nggak mikir bakal suka betulan sama si pirang. Tunggu, nggak nggak... Ini bukan suka. Ini pasti cuma rasa penasaran aja. Satu ciuman dan semua akan berubah.
Sanji sudah menciumnya sekali. Dan bukannya berubah, perasaan itu malah bertambah. Zoro ingin lebih. Ingin menarik Sanji lebih dekat, ingin mendekap tubuhnya lebih lama tanpa embel-embel sandiwara, ingin memilikinya tanpa perlu berkata bahwa semua ini hanya hubungan berlandaskan uang.
Sanji hanya ada di sini untuk berperan sebagai kekasihnya.
And he did a great job at that.
A fucking great job.
Sialan.
Awalnya dia hanya mau melihat raut resah dan jengkel si pirang. Pria itu akan memerah dan kadang kehabisan kata ketika Zoro berhasil menekan tombolnya. Seperti saat ia melemparkan sandal Sanji sampai nyangkut di pohon mangga pekarangan warung, atau saat Zoro menyetujui syarat konyolnya untuk menjadikannya pacar gadungan.
"Enak?" Perona bertanya. Zoro kembali menyadari tempatnya berada. Ia masih menikmati makan siang dengan keluarganya, plus Sanji.
"Makanannya selalu enak," ujarnya. Itu jawaban yang tepat untuk memuji makanan si pirang kan? Mereka kelihatan seperti sepasang kekasih kan? Kelihatan seperti pacaran? Dating? Going out?
Zoro tidak tahu sejak kapan ia begitu acuh dengan pendapat orang lain terhadap tindakannya. Dengan Sanji di sampingnya, ia ingin terlihat seperti pasangan. Bahkan walau semua itu palsu, ia berharap tiap mata yang memandang mereka mampu berkata bahwa mereka sungguh berkencan.
Ia menatap piringnya, termenung. Sanji mendadak meletakkan tangan di bahunya. "Gue kebelet boker, ke toilet bentar yak," bibirnya berbisik sementara kakinya terus bergerak gelisah.
Zoro menahan tawa, menggelengkan kepalanya dan membiarkan si pirang pergi.
~•-•~
Earth Fathers Are Weird adalah literal epitome dari don't judge a book by its cover, atau lebih tepatnya by its first pages. Awalnya bahasanya susah bgt dicerna tapi lama2 halaman belakangnya malah jadi comfort read hehe.
Aku selalu berharap salah satu ceritaku ada yang jadi comfort read buat kalian juga
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Week Boyfriend
FanfictionNyari pacar gadungan di mana sih. Apa minta tolong temen aja ya. Zoro kepengen nyari pacar palsu buat dia bawa pulang ketemu Mihawk. Daripada dijodohin sama orang asing, mending nyari temen buat pura-pura jadi pacar. . . a ZoSan fanfic By Oxodust OC...