Hari ke-2

1.7K 261 32
                                    

Sanji

Setelah makan malam itu selesai, Zoro menyeretnya masuk kembali ke dalam kamar, tidak membiarkannya mengobrol sebentar dengan Mihawk. Lalu pria itu melemparnya ke atas kasur, mirip adegan yang berujung pada konten dewasa. Tapi Zoro tidak melepaskan baju atau menciumnya, ia hanya ikut melemparkan diri sendiri ke atas kasur dan tidur nyenyak di sampingnya.

Sanji mengangkat bahu dan menarik selimut, menutupi kedua tubuh mereka sebelum menyusul Zoro ke alam mimpi.

Pagi itu Sanji bangun telat. Hanya tinggal dia sendiri di atas kasur. Selimutnya rapi, sepertinya Zoro menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. Sanji menatap atap, samar mendengar suara orang mengobrol dari arah kolam.

Perlahan kedua kakinya menginjak karpet dan menyeret langkah menuju balkon. Diintipnya siapa yang sekiranya mengobrol di sekitar kolam renang pagi ini. Rambut pink dan rambut hijau nampaknya sedang bercengkrama, menikmati segelas jus delima di tangan masing-masing, atau wine, entahlah.

Perona— kakaknya Zoro— adalah orang pertama yang menyadari kehadirannya. Ia melambaikan tangan dan memukul sisi bahu Zoro, memaksanya melihat ke atas balkon. Pria hijau itu mendongak, menatapnya lama.

Kenapa? Kok diem aja sambil ngeliatin? Sanji mikir sambil balas menatap si hijau.

Sanji melambaikan tangan lebih dulu, canggung, sebelum akhirnya pergi untuk membersihkan diri di kamar mandi. Aneh banget dah si ijo.

Selesai mandi, Sanji mendapati Zoro sudah bersandar pada balkon. Pria itu berbalik ketika mendengar bunyi pintu terbuka. "Lo harusnya lebih seneng pas ketemu gue, bukannya jadi patung," Zoro berkata. "Panggil kek, apa kek, malah diem aja,"

"Ya gue kan lupa," Sanji mengambil ponsel di atas nakas. "Lo harusnya juga nyapa kek, malah diem aja, gue diem gegara lo diem,"

Zoro tidak menjawab.

"Jadi... Kenapa lo diem? Terpesona kan?" Sanji tersenyum.

Si hijau mendengus. "Lawak lo, alis," lalu berjalan ke arah pintu. "Ada sarapan di luar, ayo,"

"Lo belum makan?"

"Ya gue kan nungguin pacar gue bangun dulu," ia menjulurkan lidahnya sebelum memasukkan kedua tangan dalam saku celana dan pergi. Sanji mendecakkan lidah, berjalan membuntuti.

Ruang makan itu terlihat jauh lebih hangat di pagi hari. Beberapa piring berisi makanan sudah disajikan di atas meja luas. Sanji menoleh ke sekitar, mendapati mesin kopi. "Mau minum itu," ia menarik lengan baju Zoro pelan, menunjuk kopi.

Zoro menoleh, melihat arah yang ia tunjuk. "Boleh, bisa bikin sendiri kan?"

Sanji mengangguk. "Lo juga mau?"

"Iya, bikinin satu gelas ya, gue tungguin di sini," Zoro menunjuk posisi kursinya.

"Kayak biasanya kan?"

"Iya kayak biasanya,"

Sanji berjalan ke arah mesin kopi dan mulai memasukkan coffee pod ke dalam mesin. Geraknya sigat, cekatan membuat minuman. Tangannya menyampirkan sebagian helai pirangnya ke belakang telinga sambil menyiapkan kopi, menunggu.

Mendadak ia dikejutkan dengan kehadiran Mihawk. "Bikin kopi buat Zoro?"

"Iya om, sekalian sama punya saya," ia mengangkat bahu.

"Tau Zoro suka kopinya kayak gimana?"

Sanji mengangguk kecil. "Zoro suka yang long black, saya sih biasanya normal aja pakai susu sama karamel..." ia mengangkat dua gelas kopi di tangannya. "Saya duluan ya om, Zoro udah nungguin,"

1 Week BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang