10. Buku Diary

22 8 0
                                    


10. Buku Diary

Malam ini, langit sangat indah. Ada bulan yang terang menerangi langit, dan di setiap sudut nya juga ada bintang. Banyak bintang bertaburan, menyelaraskan keindahan yang bisa di memanjakan mata saat melihatnya.

Bibirnya tak melengkung ke atas untuk membentuk senyuman, tapi bibir itu bergaris lurus menampakan kesan datar untuk gadia manis sepertinya.

"Ngapain ke sini?"

Bintang bertanya pada Alaska, tatapannya mengarah lurus memandang orang-orang yang sedang berlalu lalanh di area pasar malam.

Ya, Alaska membawa Bintang ke pasar malam. Mungkin ajakan membeli kado untuk Sena itu hanya alasan. Nyatanya, cowok malah mengajak Bintang ke tempat ini.

"Mau healing aja, cari angin. Bosen sendirian di apart," jawab Alaska santai.

Bintabg menoleh, menatap Alaska datar tana ekspresi, "Terus kita mau ngapain di sini?"

Alaska diam, dia juga bingung ingin melakukan apa di tempat seperti itu. Dia hanya asal membelokan motornya saja dan menemukan pasar malam di taman kota.

"Kok, diem? Lo gak tau mau ngapain?"

Alaska menyengir, lalu cowok itu mengakihkan pandangannya ke arah kincir angin raksasa, "Mau naik itu?"

Bintang mengikuti arah pandang Alaska, lalu gadis itu menatap Alaska yang ternhata juga sedang menatapnya.

"Lo pake jam tangan kan? Liat, ini udah jam berapa? Izin lo sama Nyokap gue ngapain? Kalo naik gituan pasti lama," ucap Bintang.

Alaska nampak berfikir, benar juga. Ia hanya meminta izin sebentar pada Devi, hanya untuk membeli kado Sena paling lama setengah jam. Dan jika ia bersama Bintang menaiki kincir angin raksasa itu maka akan memakan waktu yang sangat lama.

Alasa nampak memutar oraknya untuk berfikir kembali, apa yang harus ia lakukan di pasar malam ini. Matanya tak sengaja menatap penjula permen kapas, dan thinggap lah satu ide di otaknya.

"Tunggu sini bentar ya," ucap Alaska pergi begitu saja meningglkan Bintang yang menatap kepergiannya dengan sinis.

"Eh, lo mau ke mana?" tanya Bintang. Namun, tak di jawab oleh Alaska.

Tk sampai lima belas menit, Alaska kembali ke hadapan Bintang dengan membaw satu permen kapas di tngannya.

"Makan ini?" tanya Alaska, menawarkan bungkus permen kapas berukuran sedang ke arah Bintang.

"Lo pikir gue bocah," ketus Bintang.

"Lo pikir cuma boca yang makan ginian?" tanya balik Alasa.

"Iya!"

Alaska tak peduli, cowok itu duduk di sebelah Bintang dan membuka bungkus permen kapas dan menikmatinya sendiri.

Bintang berdecak sebal, Alaska sungguh keterlaluan. Cowok itu bilang tadi dia pergi mengajaknya untuk membeli kado Sena, lalu sekarang? Cowok itu malah asik-asikan makan permen kapas seperti bocah SD!

Menyebalkan!

Mengganggu waktu Bintang saja! Kalu tahu akan begini endingnya, lebih baik Bintang tudak ikut tadi. Salah besar memang jika mempercayai ucapan Alaska.

Keheningan tercipta, tak ada yang bicara, mereka berdua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Alaska yang asik memakan oermen kapasnya sembari memperhatikan orang lalau lalang, dan Bintang yang sedang mendumel kesak pada Alaska di dalam hati.

Alaska menatap Bintang yang nampak kesal dari raut wajahnya, "Tang?"

Bintang menoleh, namun Bintang kaget karna di depan mulutnya sudah di hadapkan permen kapas.

BINTANG ALASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang