[The Twins]
Kelasnya Anya sedang melakukan pemanasan yang dipimpin oleh ketua kelas mereka. Namanya Ajril.
Ajril melakukan gerakan pemanasan seperti meregangkan jari-jari telapak tangan, dan anak-anak asuhannya akan mengikuti setiap gerakan yang ia buat dengan acak.
"Tujuh delapan." begitu hitungan selesai, gerakan mereka berganti lagi mengikuti Ajril yang mengangkat satu kaki kirinya.
Terlihat banyak anak-anak kelasnya yang tidak bisa menjaga keseimbangan. Salah satunya Dami yang malah berpegangan pada pundak Anya untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Meskipun Anya sudah mencoba melepaskan pegangan Dami pada pundaknya.
Tapi tetap sama saja.
Pegangan Dami teralu erat.
Setelah selesai proses pemanasan, semua anak kelas IPS 6 berbaris rapih, mendengarkan dengan seksama ucapan yang dikeluarkan oleh Pak Anton—selalu guru olahraga mereka.
"Untuk pembelajaran kali ini, kalian bebas mau main apa saja. Bapak lagi ada rapat ke kantor cabang olahraga buat ngehandle lomba karate tingkat kecamatan sama kabupaten."
"Sesil," panggil Pak Anton pada salah satu murid kelas 10 IPS 4.
"Iya Pak?"
"Semuanya sudah diabsen kan?"
"Siap sudah Pak."
"Baik terimakasih Sesil." Lalu Pak Anton menatap mereka semua.
"Bapak tinggal dulu. Tapi kalian jangan slengean kesana-kesini mentang-mentang Bapak gak ngawasin kalian yak. Nanti ada Pak Wisnu guru olahraga kelas 11 yang bakal make gor ini sekaligus ngawasin kalian semua."
"Ngerti semua?"
"Siap mengerti!" Dengan kompak anak-anak IPS 6 menjawabnya.
...
Gor diarea SMAN Pelita Jaya 04 memang begitu luas atau bahkan sangat luas. Jadi tak ayal Gor ini sering dipakai bila ada seminar-seminar atau sosialisasi dari pihak luar, jadi nantinya anak anak dari kelas 10 sampai 12 akan duduk bersama-sama disini sambil mendengarkan acara seminar ataupun sosialisasinya.
Anya terduduk sembari menatap anak laki-laki yang sedang bermain basket diarea paling pojok, sedangkan anak-anak perempuan dikelasnya sedang mengaturnya posisi berkerubung untuk memulai sesi perghibahan mereka.
Anya ingin bergabung, tapi sepertinya itu tak mungkin karna sudah tak ada lagi space untuk dirinya bergabung dalam posisi melingkar. Alhasil ia hanya duduk sambil menyandar pada dinding dan memainkan ponselnya. Melihat beranda-beranda IG lalu melihat notif whatsapp yang sama sekali tak ada yang menunjukkan bahwa seseorang menjapri dirinya.
Haha miris.
Coba saja dirinya ini Seline, sudah ia pastikan bahwa ponsel yang ia pegang sekarang berisi dengan puluhan chat dari laki-laki yang berbeda-beda.
Anya tak munafik bahwa dirinya iri.
"Nya, gak main voli lo?"
"Voli apaan anjir?" tanya Anya tak mengerti.
Dami memutat matanya malas, lalu menggeplak kepala Anya dengan botol Pocari yang barusan ia beli dikantin. "Main hape mulu si lo, noh disuruh km kita main voli."
Anya berdecak. "Males gue sumpah."
"Kaga ikut, nama lo dicatat bego. Ayo udah!" Dami akhirnya menyeret lengan Anya untuk bergabung bermain voli.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝The Twins❞
Fanfiction| Family | Jaerosé | Lokal | Tentang si kembar Roseline dan Rosenya, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari kedua orang tuanya. ••• "Anya benci sama Mama! Mama cuma bisa banding-bandingin Anya sama Seline terus! Anya capek Mah! Capek.." -Anya...