[The Twins]
Malam itu, Seline dan Abimanyu pergi bersama untuk menikmati udara malam kota Tangerang, ya meskipun ada sedikit kemacetan diperjalanan mereka, tapi hal itu tak membuat rasa senang memudar.
Disepanjang perjalanan menuju pasar malam, Seline terus tersenyum tak lelah untuk menunjukkan senyuman rasa senangnya kepada bulan dan ribuan bintang diatas sana.
Memamerkan senyumannya yang tak kalah cantik dari sinar rembulan dan bintang diatas sana.
Tak terasa, mereka telah sampai ditempat pasar malam. Suasana ramai dan dipadati oleh kepungan manusia menyambut Seline dan Abimanyu yang baru saja selesai memarkirkan motor mereka.
Udara malam sedikit dingin, dan untung saja Seline memakai kardigan rajut berwarna coklat tua.
Abim menatap sejenak lautan manusia dihadapannya, sebelum melirik dan tersenyum tipis kala menatap Seline yang begitu berbinar menatap area pasar malam.
"Sini tangannya." pinta Abim, Seline hanya menurut dan meletakan tangannya ditangan Abim, sehinggakan keduanya bergenggaman tangan.
"Gue genggam, biar lo gak ilang."
Dusta. Itu mungkin hanya akal-akalan Abimanyu Mahendra saja untuk modus pada Seline.
Abim dan Seline membelah lautan manusia dengan tangan keduanya yang saling menggengam.
Entah kenapa, disetiap langkah kaki mereka berpijak pada tanah, semakin jantung Seline menjadi tak terkontrol. Matanya menatap punggung Kakak kelasnya itu yang dibalut dengan hoodie berwarna putih dengan tulisan Nasa dibelakangnya.
Lalu sorot mata Seline perlahan mulai turun menatap untaian tangan mereka. Jantung Seline semakin tak terkontrol rasanya.
Diam-diam, Seline mengambil handphone yang ada Slingbag nya, lalu memotret genggaman tangan mereka, saat dirinya dan Abim harus terhenti karna ramainya orang-orang yang ada di pasar malam ini.
Anya memasukan kembali handphone nya, dan menggigit bibirnya untuk menyembunyikan senyumab manisnya.
Kini Seline sedang malu untuk menujukkan senyumannya kepada bulan dan bintang diatas sana.
...
Ditangan Seline sudah penuh dengan aneka jajanan yang ia beli bersama Abim. Mereka berdua tengah mencari kursi kosong untuk menikmati makanan mereka.
Abim berjalan didepan Seline, dengan menggengam tangan kiri Seline.
Tangan kiri Seline yang tadinya membawa aneka jajanan, kini semua jajanan tersebut diambil alih oleh Abim, sehingga keduanya bisa kembali untuk berpegangan.
Selain untuk modus, Abim juga khawatir jika Seline tersesat diantara kerumunan orang-orang.
"Disini aja gapapa?" ujar Abim, menatap Seline meminta persetujuan. Seline mengiyakan. Keduanya berududuk di lapangan basket.
Pasar malam ini digelar di alun-alun kota, dimana fasilitas olahraga seperti lapangan basket, bola ataupun badminton lengkap disini. Alat-alat olahragapun turut ada disini.
Jadi tak heran kalau Abim dan Seline duduk dilapangan basket, karna mereka sulit untuk menemukan kursi yang kosong. Lagipun banyak pasangan muda-mudi juga yang duduk dilapangan seperti ini.
Pasar malam ini terbagi menjadi tiga area. Sebut saja area A B dan C.
Area A, diisi oleh stand makanan dan baju-baju ataupun benda-benda lain yang menarik perhatian pelanggan.
Area B, diisi oleh permainan, seperti komedi putar, kereta-keretaan khusus anak-anak, lukis-lukisan, pancing ikan dan masih banyak lagi.
Dan diarea C, hanya diisi oleh manusia-manusia yang tidak kebagian tempat duduk di area A & B, dan satu hal lagi di area C yang cukup luas terdapat penyewaan kendaraan yang dihias dengan lampu-lampu yang menyala.
Sebenarnya itu bukan kendaraan si, lebih tepatnya seperti apa ya? Ah sulit untuk dijelaskan! Intinya kendaraan tersebut harus di gowes jika ingin dijalankan, dan untuk kursi penumpanganya hanya ada dua.
Jadi di area C ini cocok untuk muda-mudi yang sedang berpacaran.
Seline dan Abim masih asik menikmati makanan yang mereka beli.
"Kak, mau coba gak?"
"Itu apaan?" tanya Abim, menatap ngeri-ngeri sedap pada makanan yang ada ditangan Seline, pasalnya itu terlihat sangat merah dan kaya akan bubuk cabe.
"Cimol bojot, enak tau. Mau coba?" tawar Seline, Abim terlihat ragu namun ia penasaran. Abim dekatkan lah wajahnya, dan Seline langsung menyuapi Abim dengan tiga buah cimol bojot varian ekstra pedas sesuai selera Seline yang sangat menyukai pedas.
Abim langsung terbatuk saat menyantap cimol tersebut. Seline langsung memberikan Abim minumannya, dan membantu Abim dengan menepuk-nepuk leher kakak kelasnya itu berharap batuknya mereda.
"Gapapa Kak?"
Abim mengeram kepedasan. "Buset Sel! Itu pedes banget gila!" ujar Abim dengan protes.
"Hehe, aku suka pedes Kak."
Abim mendelik kearah Seline. "Tapi itu kepedesan Seline." Seline menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju atas ucapan Abim.
"Biasa aja kok."
Abim menyerah untuk membalas perkataan Seline, ia lebih memilih untuk memakan es batu untuk meredakan pedas yang menempel pada lidahnya.
Keduanya terdiam, hanya ada suara kunyahan es batu dari Abim. Seline sedang sibuk menatap area permainan dengan tatapan berbinar.
"Mau main permainan?" tanya Abim, Seline langsung mengarahkan wajahnya pada Abim.
Untuk sesaat mereka berdua saling menahan nafas akibat jarak yang dekat satu sama lain. Rasanya letupan jantung Seline semakin menjadi-jadi.
Seline ingin memalingkan wajahnya, namun matanya sudah terkunci pada tatapan maut penuh pesona milik Abimanyu Mahendra.
Seline hanya bisa mengangguk dengan kaku.
"Mau main yang mana?" Abim bertanya lagi dengan jarak yang masih sama. Keduanya tidak ada yang memutuskan jarak yang tercipta ini.
"K-komedi putar.." Dengan sedikit tergagu Seline berujar, disambut dengan senyuman tampan milik Abimanyu hingga menampilkan kedua lubang cacat yang ada di pipinya.
Abim bangkit, sedikit memukul bokongnya untuk membersihkan kotoran yang menempel dicelananya.
Abim menjulurkan tangannya pada Seline. Seline dengan ragu menyambutnya.
"Ayo."
Gila.
Malam itu benar-benar malam yang menggilakkan debaran jantung Seline.
TBC
Sabtu 18 Juni 2022
Chapter 13—selesai ditulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝The Twins❞
Fiksi Penggemar| Family | Jaerosé | Lokal | Tentang si kembar Roseline dan Rosenya, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari kedua orang tuanya. ••• "Anya benci sama Mama! Mama cuma bisa banding-bandingin Anya sama Seline terus! Anya capek Mah! Capek.." -Anya...