[The Twins]
Seline jadi bingung sendiri saat melihat Abim yang hanya terdiam menatap kosong kearah jendela.
Seline ambil kantong plastik yang adiknya buang, lalu ia taruh dimeja berwarna putih.
"Kak Abim." panggil Seline.
Abim menatap Seline. "Apa?" suaranya terdengar malas untuk menyahuti panggilan Seline.
Seline jadi merasa tak enak kalau seperti ini. Ia ragu-ragu menyodorkan roti berisikan selain coklat yang ia beli dikantin sebelum kesini. "Kak Abim mau?" tawar Seline. Abim menunduk sebelum tersenyum kecil dan meraih roti yang ada ditangan Seline.
Seline senyum kecil melihat Abim melahap roti pemberiannya. Suasananya sempat hening saat mereka berdua asik memakan roti.
Sebelum akhirnya Abim berceletuk. "Kembaran lo itu.. Bar-bar ya."
Seline terdiam sesaat untuk mencerna perkataan Abim. "Anya?" Abim mengangguk mantap.
"Gak punya sopan santun." ungkap Abim. Membuat Seline manjadi tak enak kepadanya. "Maafin Anya ya Kak, dia sebenarnya orangnya sopan kok cuman—
"Iya-iya, gak usah dibahas lagi. Mood gue ancur kalo nginget kejadian tadi." Abim menyela omongan Seline, lalu melahap roti yang tinggal sedikit lagi dengan sarkas.
Seline senyum tipis menatap Abim lalu ia menangguk pelan.
"Kepala Kakak masih pusing?"
"Udah gak terlalu."
"Kok Kak Abim bisa kegebok bola voli si?" tanya Seline penasaran.
Abim cemberut mengingat kejadiannya kembali. "Gara-gara adek lo itu."
"Hah? Kok gara-gara Anya Kak?"
"Punya dendam kesumat dia kayaknya ke gue." ujar Abim dengan asal.
Abim walaupun kesal dengan perlakuan Anya yang kurang ajar terhadap dirinya, tapi ia tak mengelak bahwa didalam lubuk hatinya terbesit rasa bersalah walaupun sedikit.
...
Anya datang ke kelasnya, disambut dengan gerumungan anak-anak perempuan yang membombardirnya dengan beribu pertanyaan yang sama.
"Eh tadi gimana?"
"Gimana-gimana weh??"
"Cerita Nya cerita, penasaran kita!"
Yeah seperti itulah pertanyaan mereka, Anya tak menjawab memilih untuk menggelengkan kepala seraya mengangkat kedua tangannya, pertanda menyerah.
Perlahan gerumungan itu membubarkan dirinya masing-masing. Lalu Anya berjalan kearah bangkunya yang disambut oleh Dami dan sebotol Pocari Sweat. Anya meminumnya hingga habis.
Membuat Dami menatapnya penuh penasaran. "Jadii?" tanya Dami, memposisikan penuh badannya kearah Anya, bersiap untuk mendengarkan cerita dari Anya.
"Nyebelin banget anjing." ucap Anya dengan kesal, ia memperbaiki letak kacamatanya.
Dami yang mendengarnya, menjitak kepala Anya dengan refleks. "Nyebelin apanya anjirr??"
"Itu laki-laki yang kena bola tadi. Masa iya gue kan udah minta maaf nih, eh kata dia malah bilang gue minta maafnya kaga tulus! Anak anj—
"Emang lo minta maafnya kek gimana? Coba ceritain yang jelas!" paksa Dami dengan penuh penasaran.
Anya memutar bola matanya, lalu mendesah dan menyandarkan tubuhnya dikepala kursi. "Yaa gitu."
"Gue bilang, Kak gue minta maaf—
Lagi dan lagi kening Anya mendapatkan kita kan dari Dami. "Yeuu sitolol, goblok lo."
Anya menatap Dami marah, meminta penjelasan lebih dari sorot matanya.
"Pantes dikatain minta maafnya kaga tulus, orang lo minta maafnya pake bahasa gue-elo. Ya wajar dia nganggepnya begitu."
"Orang mah kalo mau minta maaf, pake bahasa yang lembut atau gak formal njing, kek pake saya-kamu gitu loh. Lagian laki-laki yang kena gebokan maut bola lo tuh kakak kelas njing."
"Kok lo belain dia si!?"
Dami kini menatap Anya malas, lalu ia menjitak kembali kening Anya, kali ini lebih keras. "Ya emang dari sudut pandang gue, gue ngeliatnya kek begitu."
"Tau dah bete gue sama lo."
"Idih idih ngambek." ujar Dami yang meledek Anya.
Dan dimenit selanjutnya, Dami sedang membujuk Anya agar tidak marah lagi kepadanya. Namun sepertinya sia-sia dan alhasil. Dami hanya mendiamkan balik Anya.
Dan hal itu justru membuat Anya tak tenang, dan ia membujuk Dami untuk berbicara lagi kepadanya.
Astaga, padahal Anya duluan yang ngambek, tapi sekarang dia yang keteteran buat ngebajak Dami yang ngambek ke dia.
Ckckck.
TBC
16 Juni 2022
Chapter 11—selesai ditulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝The Twins❞
Fanfic| Family | Jaerosé | Lokal | Tentang si kembar Roseline dan Rosenya, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari kedua orang tuanya. ••• "Anya benci sama Mama! Mama cuma bisa banding-bandingin Anya sama Seline terus! Anya capek Mah! Capek.." -Anya...