Maria masih menjajari Fal, yang kini melangkah menuju tempat parkir. Sesekali kedua gadis itu tampak berdebat. Fal, yang bersikap acuh harus sabar menghadapi seorang Maria, yang begitu senang berceloteh.
Fal mempercepat langkahnya begitu melihat Abey, yang tengah berjongkok di samping motornya.
"Bey ...," sapa Fal begitu tiba tepat di belakang Abey.
Pria dengan kemeja abu tua itu menoleh, "hai, Cil. Motor gue mogok nih. Lo mau nunggu gue atau mau gue pesankan taksi online? Soalnya, gue enggak yakin bisa benerin si tua ini," jelas Abey seraya menunjukkan kedua tangannya, yang tampak kotor. Ekspresi kesal terlihat di wajah tampan Abey. Ditepuknya dengan kesal jok motor kesayangannya itu.
Maria, yang memilih menutup mulut sejak tiba di dekat Abey, mendadak tersenyum. "Gimana kalau Fal pulang bareng aku? Kebetulan aku bawa mobil hari ini."
Abey menoleh. Sebelah alisnya terangkat mendapati sosok baru. Seorang gadis mungil berkulit putih. Gadis itu tampak tengah menatap lekat ke arah Fal. Abey kembali menoleh ke arah Fal. Menatap dengan wajah penuh tanda tanya. Seolah mempertanyakan alasan keberadaan Maria di antara mereka berdua.
Fal mendengus seraya memutar kedua bola matanya. "Ini Aryani Maria, pemilik Toko Tua, yang waktu itu nolongin gue, Bey." Jelas terdengar nada enggan dalam suara Fal. Sangat terpaksa untuk mengenalkan keduanya.
Maria mengulurkan tangan mungilnya. "Kamu pasti Abey. Teman dekatnya Fal, anak fakultas seni," ujarnya dengan nada riang seperti biasanya.
Abey tak menerima uluran tangan Maria. Ditunjukannya kedua telapak tangannya, yang kotor.
Maria mengangguk paham dan menarik kembali tangannya.
"Kok lo tahu gue? Kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Abey. Bingung.
Maria tersenyum dan menggelengkan kepala. "Siapa sih yang enggak kenal Ardan Benyamin alias Abey? Cowok idaman semua cewek di fakultas seni dan sekitarnya."
Ucapan Maria membuat Abey sedikit tersipu. Pemuda itu tampak menggumamkan penolakan atas pernyataan Maria.
Fal jengah. Sedikit risih dengan keduanya, yang terlihat bisa akrab dalam waktu sekejap. Tak terlihat kecanggungan di antara keduanya. Fal kembali mendenguskan napas. "Kamu jadi antar saya pulang atau mau lanjut godain Abey?" tanya Fal tanpa basa-basi kepada Maria. Fal menatap dingin ke arah Maria. Kedua tangannya bersidekap.
Maria menolehkan wajah ke arah Fal. "Kenapa, Fal? Cemburu, ya? Enggak suka ya, kalau aku dekat-dekat Abey?" tanya Maria dengan nada ringan. Gadis berkepang itu menunjuk Fal. Tersenyum menggoda.
Abey turut menatap Fal. Tersenyum melihat kedua mata Fal, yang menatap dingin Maria. Pemuda itu berucap syukur dalam hati akan kehadiran Maria. Harapannya muncul demi melihat kerelaan seorang Faldhita berinteraksi dengan orang lain.
Fal tersenyum sinis. Menoleh ke arah Abey. "Lo bisa pesankan gue taksi online sekarang, Bey. Gue ingin cepat pulang."
Maria tertegun dengan ucapan Fal. Seketika gadis itu menarik lengan Fal agar mendekat dengannya. "Heh, kok pesan taksi online sih? Fal kan, mau aku antar pulang," protesnya dengan wajah merengut. Bibir tipisnya sedikit maju.
Fal melepaskan lengannya dari Maria. "Oh, kamu jadi antar saya pulang!? Saya pikir, kamu lebih tertarik berbincang dengan Abey daripada mengantar saya!" ujarnya dengan nada santai.
Maria kian merengut. Diraihnya lengan Fal. Mendekapnya erat. Menggelengkan kepala. "Enggak kok."
Fal menghela napas. Entah kenapa, wajah Maria terlihat menggemaskan di matanya. Fal menahan hasrat untuk mencubit kedua pipi Maria. "Ya sudah, kita pulang sekarang!" putusnya dengan nada tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya