Pintu terbuka. Tay masuk ke dalam rumah Gun setelah dia membeli beberapa obat dan juga makanan untuk mereka. Itu dia butuhkan karena saat tengah malam Off terus menyebut nyebut nama Gun dan setelah dia periksa ternyata Off mengalami demam, dia ingin membeli obat saat itu juga Tapi tidak ada satupun transportasi online yang menerima pesanannya sehingga dia harus menunggu sampai pagi.
Tay meletakkan bungkusan plastik berisikan obat dan makanan itu di meja dekat kasur yang Off tiduri. Tay membawa Off ke ruangan yang dia duga sebagai kamar tamu, dari pada harus membuatnya tidur di sofa.
“Gun semoga kau tidak marah kami menggunakan rumahmu tanpa izin,” monolog Tay sambil duduk di depan meja rias.
Dia menumpukan kepalanya dengan menggunakan tangan kirinya. Kepalanya seolah olah akan pecah, dia benar benar pusing dengan keadaan saat ini, dia bahkan harus menghubungi orang tua Off agar mereka mengizinkan Off dan dirinya untuk libur sementara, karena sekolah itu milik keluarga Off dan mau tidak mau dia menceritakan apa yang terjadi tadi malam. Setelah mendengar berita itu Ayah dan juga Ibu Off langsung memesan tiket pesawat, akan tetapi jarak dari Paris kesini memakan waktu yang panjang, sehingga mungkin mereka akan sampai di siang hari.
Selain pusing bagaimana menghadapi Off nanti saat dia bangun, Tay juga pusing dengan keadaan Gun. Dia sama sekali tidak tenang karena belum mendengar kabar tentang orang yang sudah dia anggap sebagai adiknya, dia bahkan menghubungi berbagai jaringannya untuk mencari tahu dibawa ke Rumah Sakit mana Gun. Namun hasilnya benar benar nihil.
Seolah olah Gun hilang ditelan bumi....
Tay memukul mukul kepalanya. Dia benar benar tidak bisa berpikir positif, segala pikiran negatif dan segala kemungkinan terburuk tentang Gun berkeliaran di kepala Tay semalaman tanpa henti dan hal itu membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Dia juga memikirkan bagaimana harus mengatasi Off saat tiba tiba dia harus mendengar kabar kematian Gun, itu benar benar membuat kepalanya seolah olah akan meledak.
Off melenguh. Matanya perlahan terbuka, cahaya remang remang mengisi penglihatannya untuk pertama kali lagi. Ruangan ini gelap cahaya yang dia lihat hanya cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Off ingin bangun tapi tubuhnya terasa lemas dan kepalanya terasa pusing.
Tay yang melihat itu tentu saja bergegas bangun dan membantu Off bersandar pada dinding kasur. Dengan bantuan Tay, Off berhasil duduk meski kepalanya terasa berat dan begitu pusing.
Tay memegang dahi Off. Panasnya sama sekali tidak turun. Semalam Tay sempat mengompresnya tapi sepertinya hal itu tidak berguna karena sekarang pun panasnya tidak turun sama sekali.
“Tunggu disini, gua nyiapin makanan dulu.” Off hanya diam tidak menjawab perkataan sahabatnya sama sekali. Dia sedang memegangi kepalanya yang terasa sakit.
Tay melegang pergi sambil membawa dua bungkusan plastik itu untuk segera merapihkannya agar Off bisa meminum obatnya dan kembali beristirahat. Namun .... Sepertinya Tay juga membutuhkan obat itu.
Setelah bubur dan juga obat obatan yang dirinya beli untuk mereka berfua sudah siap dan tertata rapih dia langsung kembali ke kamar untuk makan dan mengurus sahabatnya itu.
“Nih makan, abis itu minum obat.” Tay meletakkan nampas berisi dua bubur di meja yang tepat berada di samping kasur dan dia juga sudah mengambil bubur miliknya dan duduk di samping kiri Off.
Tay memakan buburnya tanpa berkata sepatah katapun, sedangkan Off saat di suapan pertama dia teringat sesuatu yang tadi ingin dia sampaikan.
“Tadi gua mimpi Gun kecelakaan,” kata Off yang secara spontan menghentikan kegiatan makan Tay.
Tay tak menyangka akan seperti ini jadinya. “Itu bukan mimpi Peng.” Tay menoleh ke arah Off yang ternyata juga sedang menatapnya.
“Gun emang kecelakaan dan itu bukan mimpi,” ucap Tay, “gua udh hubungin koneksi gua buat nyari keberadaan Gun tapi belum juga ada kabar dan orang tua lu udah tau tentang berita itu, mereka lagi di perjalanan pulang,” lanjut Tay yang membuat Off tertunduk diam bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pliss! Remember Me (END)
FanficBukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di takdirkan terjadi justru kalian benci? Manusia hanya bisa berpasrah diri dengan takdir dan sekuat apa pun kalian mecoba mengubahnya takdir te...