"Anda memiliki Kekasih?"
"Saya punya, tapi...."
"Jika anda tidak mau bercerita tidak apa, saya itu masalah pribadi."
"Saya hanya merindukannya saja."
"Memangnya dia kenapa?"
Helaan napas terdengar dari Off. Sekarang jam menunjukkan 18.29 dan kedua Orang itu sudah berbicara banyak hal untuk saling mengulik informasi, tanpa tahu jika mereka sudah melupakan niat awal mereka.
"Empat tahun yang lalu, saat saya dan kekasih saya seharusnya melakukan Dinner maka disitulah malapetakanya." Pikiran Off mengambang, kejadian 4 tahun lalu yang membuatnya kehilangan poros hidupnya.
"Malam itu seharusnya menjadi malam yang indah bagi kami. Saya sudah menunggu di restoran sambil merancang acara pertunangan kami, dia tidak ingin dijemput jadi saya hanya bisa menunggunya karena dia begitu keras kepala," cerita Off, "andai saja saya mau lebih keras kepala darinya dan menjemput dia mungkin saat ini kami akan segera menikah," lanjut Off yang perlahan semakin membuat White terlarut dalam ceritanya.
"Kekasih saya kecelakaan, menurut tetangganya dia kecelakaan setelah membeli Bunga didekat Rumahnya." Napas Off dan White tanpa mereka sadari tercekat secara bersamaan. Andai saja White tahu jika orang yang ada di dalam cerita Tutor sang Adik adalah dirinya.
"Penabraknya bertanggung jawab, akan tetapi hingga detik ini kami tidak bisa menemukannya. Ditahun 2019, kami mendapatkan info jika dia dibawa ke salah satu Rumah Sakit di Russia, saya lupa apa namanya. Kami datang kesana bahkan dijam besuk pertama, akan tetapi ternyata dia sudah tiada karena luka yang dia dapat begitu parah." Tanpa Off sadari bulir air mata mulai turun dari kelopak matanya.
White masih terdiam dengan raut poker miliknya. Namun percayalah jika hatinya teriris mendengarkan cerita Orang dihadapannya ini. Seburuk apapaun sikap orang lain masih ada sedikit cahaya dihatinya, mungkin White tidak terlalu berambisi seperti Patthiyakorn yang lainnya akan tetapi dia adalah anak yang Tempramen, menurut Psikiater yg menanganinya itu semua berawal dari masalalu yang mana dia tidak bisa mengungkapkan emosinya dengan benar.
"Sudah meninggal 3 tahun," gumam White yang tentunya terdengar oleh Off.
"Tapi hati saya mengatakan jika dia masih hidup." Pandangan Off kosong, jelas saja dia merasa setres dengan peperangan batinnya sendiri.
"Bukan kah anda sudah melihat jasadnya?" White bingung bahkan sangat bingung. Off sudah menemukan Kekasihnya walau sudah tidak bernapas lagi, lalu mengapa dia mengatakan kalau Kekasihnya masih hidup.
"Saya baru sadar beberapa bulan setelah membawa jasad dan memakamkannya, wajahnya memang Kekasih saya, tapi saya tidak merasakan sedikitpun cinta darinya untuk saya begitu juga sebaliknya."
"Jadi karena itu anda berpikir dia masih hidup?"
Off tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. Memang pada dasarnya cinta akan selalu mengalahkan segalanya. Meski berjuta juta orang berpikir Gun benar benar sudah tiada maka ada Off yang dengan kekuatan cintanya yakin kalau Gun masih hidup. Off benar, Gun masih hidup bahkan kini sedang berbicara dengannya secara empat mata. Hanya butuh waktu sampai segala kebenarannya akan terungkap.
"Tuan muda, maaf apa anda memiliki Kekasih?" Sungguh Off sangat penasaran akan hal itu. White lahir dikeluarga Bangsawan, berpendidikan, cerdas, pengusaha, tampan, pewaris utama Patthiyakorn Collage, siapa yang tidak mau dengannya, orang orang pasti mengantri untuk menjadi Kaksihnya.
White tersenyum, membayangkan satu sosok yang begitu indah yang rela menemani White bagaimanapun keadaannya. Sosok yang akan selalu merawat White saat penyakitnya kambuh ketika dia berada Kampus, sosok yang menjadi cahaya dalam kebutaan warna hidupnya, sosok yang selalu ingin dia lindungi apapun dan bagaimanapun caranya, dan juga sosok yang akan segera menyandang Marga Patthiyakorn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pliss! Remember Me (END)
FanficBukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di takdirkan terjadi justru kalian benci? Manusia hanya bisa berpasrah diri dengan takdir dan sekuat apa pun kalian mecoba mengubahnya takdir te...