PRM 0

1.1K 93 4
                                    

Di bangku Taman Universitas, di bawah langit biru dengan sinar matahari yang menghangatkan mereka. Off Jumpul sedang memperhatikan kekasihnya tercinta, Gun Attaphan, yang kini sedang memeriksa kembali tasnya memastikan tidak ada barang miliknya yang tertinggal di rumah.

Setiap saat, setiap waktu, setiap detiknya Off selalu mengagumi keindahan kekasihnya itu, sepertinya saat menciptakan Gun Tuhan begitu bahagia.

“Berhenti menatapkan seperti itu Off,” ucap Gun yang mulai kesal dengan tatapan yang di berikan kekasihnya itu.

“Aku tidak mau,” ucap Off, “kau terlalu indah untuk diabaikan sayang,” lanjut off yang membuat pipi Gun sontak merona.

Melihat Gun yang blushing membuat Off semakin gregetan. Oh tuhan! Apakah kini Dewi Venus dan Dewi Aphrodite sedang memberkati Gun? Karena kini dimata Off tidak ada lagi yang jauh lebih indah, lebih cantik, dan lebih bersinar dari pada Gun seorang.

Off memajukkan badannya sehingga wajahnya semakin dekat dengan wajah Gun yang sedang memeriksa jadwal hari ini dengan begitu serius dan teliti.

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi sebelah kiri Gun dan hal itu sontak membuatnya terkejut dan segera meneriaki nama Off.

“Kita sedang berada di Kampus Off!” seru Gun kepada kekasihnya yang justru malah tertawa tanpa rasa bersalah.

“Lalu kenapa? Apa aku tidak boleh melakukan itu kepada kekasihku sendiri?” tanya Off sembari menangkup dagunya dengan kedua tanganya yang dia tumpukan di meja.

Gun mengambil tangan kanan Off dan meletakkannya ditengah tengah tangan kanan dan kirinya yang berada di atas dan di bawah tangan Off. “Off kita masih Mahasiswa baru, terlebih lagi kita sedang masa ospek, dan kita adalah pasangan sesama jenis Off .... Tidak banyak yang bisa menerima kehadiran kita,” ucap Gun mencoba memberikan pengertian kepada kekasihnya itu.

“Bukankah kampus ini tidak mempermasalahkan soal LGBT? Lalu kenapa kita harus bersembunyi?” Off hendak menarik tangannya
tapi berhasil Gun tahan.

“Off meski kampus ini tidak mempermasalahkan kita tapi tetap saja banyak yang masuk kampus ini karena memang impian mereka, itu pun berarti banyak dari mereka yang tidak bisa menerima kita.” ucap Gun, “mengertilah Off, kita bisa melakukan apapun yang kita mau saat dirumah,” lanjut Gun yang membuat off terdiam.

Gun benar. Bahkan jika mereka berada ditempat yang tidak mempermasalahkan kaum LGBT pun tetap saja tempat itu pasti terdapat orang orang yang tidak bisa menerima keberadaan mereka, dari pada membuat kekacauan dan masalah bukankah lebih baik mereka bersembunyi? Itu akan jauh lebih baik.

“Baiklah, biarakan aku memelukmu.” Off berjalan memutar dari bangkunya dan berpindah kebangku Gun agar memudahkam mereka untuk berpelukan.

“Off aku mencintaimu.”

“Aku tau.”

Pelukan mereka terlepas saat ada pengumuman kalau ospek akan segera selesai, maka dari itu mereka harus buru buru pergi dari taman itu dan menuju tempat ospek.

=====

=====

Gun terduduk di rooftop. Pria manis bertubuh mungil itu sangat menyukai bintang sampai sampai hampir setiap malam dia pasti pergi untuk melihat bintang.

Terkadang pula Gun selalu teringat akan satu kebaikan Off yang tidak bisa dia lupakan, yaitu saat Off membantu Gun yang sedang berada dalam keterpurukan karena kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu yang berdekatan. Dia selalu membayangkan pertemuan pertama mereka yaitu saat Gun hendak menabrakkan diri ke-sebuah mobil dan beruntungnya Off sedang berada di sekitar dan menyelematkan Gun.

Pertemuan pertama mereka yang seperti itu justru membuat Gun merasa malu karena mereka bertemu disaat Gun berusaha untuk melakukan bunuh diri, tapi siapa yang sangka setelah kejadian itu mereka menjadi dekat dan semakin dekat sehingga kini mereka berpacaran.

“GUN APAKAH BINTANG LEBIH MENARIK DARI KEKASIHMU?” Gun tersentak kaget saat mendengar teriakan Off. Rupanya dia terlalu hanyut dalam wisata masa lalunya sampai sampai tidak menyadari keberadaan kekasihnya.

Begitu tersadar dia langsung turun dari sana dan pergi untuk membukakan pintu untuk kekasihnya itu. Begitu pintu dibuka Gun bisa melihat dengan jelas ekspresi kesal dari kekasihnya, tapi dimata Gun justru Off terlihat seperti kucing yang sedang marah.

Gun tersenyum seolah tidak ada apapun yang terjadi. Dia selalu punya caranya sendiri untuk membuat Off berhenti marah kepadanya dan cara itu tidak pernah gagal.

Gun menarik tangan Off yang berjalan di depannya dan hal itu membuat tubuhnya kini berhadap hadapan dengan tubuh Gun. Gun langsung menarik tangan Off dan memeluknya seolah olah tidak ada hari esok. Ini adalah cara yang selalu dia gunakan untuk membuat Off berhenti marah kepadanya.

“Jangan marah Off, meski aku tidak menyadari kehadiranmu tapi yang aku pikirkan hanya kamu saja,” ucap Gun dalam pelukan Off, sambil sesekali dia mengelus pungungnya agar Off berhenti marah.

“Benarkah?” ejek Off padahal dia sudah tahu jawabannya.

“Offf!”

Pliss! Remember Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang