"Jangan menyerah kumohon, kita berjuang bersama bukan?" Pria sipit menangis sambil menggenggam kedua tangan mungil milik kekasihnya itu.
"Tapi orangtua mu menentang kita," sahut Pria yang lebih kecil dari pada Pria sipit itu.
"Kita berusaha, ayo kita berusaha bersama." Pria yang lebih kecil mendudukkan kepalanya setelah mendengar berbagai tutur kata kekasihnya itu. Dia juga tidak mau seperti ini.
"Dengan melawan orangtua mu? Tidak, kau tidak boleh melakukan itu!" Kekasih dari Pria mungil terkejut saat kekasihnya menaikkan nada suara walau tidak terdengar seperti amukkan, tetap saja itu mengejutkannya.
"Tapi aku melalukan itu untuk cinta kita mengapa tidak boleh?" Meski kesal, Pria sipit itu berusaha menahan segara emosinya.
"Karena aku tidak mau kau kehilangan orangtua mu! Kau masih memiliki mereka dengan lengkap, jangan kau sia siakan itu hanya untuk kepentinganmu semata!"
"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?" Pria sipit itu mulai naik pitam setelah mendengar perkataan kekasihnya.
Pria mungil itu menarik kedua tangannya yang tadi digenggam kuat oleh Kekasihnya. Dia tidak tahu harus melakukan apa atau bahkan menjawab apa, yang bisa dia lakukan hanyalah menundukkan kepalanya tanpa berniat membuka mulutnya lagi.
Hal yang mereka alami saat ini tidaklah mudah. Orangtua Kekasihnya yang sipit itu menentang hebat hubungan keduanya, jelas saja mereka menentang hubungan sesama jenis itu apa lagi kelak Putra mereka harus melanjutkan segala hal yang dimiliki Keluarga itu. Keduanya tidak tahu harus apa, bahkan saat orangtua Pria sipit itu mengetahui Pria mungil itu adalah kekasihnya mereka langsung melemparinya dengan makanan ringan yang ada dihadapan mereka.
Keduanya tidak tahu harus melakukan apa. Pria sipit itu ingin terus memperjuangkan cinta mereka, tapi Pria mungil itu tidak mau Kekasihnya melawan orangtuanya. Pria munggil itu sangat mencintai Kekasihnya, tapi dia tidak mau jika Kekasihnya itu kehilangan kedua orangtuanya karena dirinya.
"Kau ingin kita berakhir?" Air mata mulai mengalir dari Pria mungil itu. Tidak, dia tidak ingin hubungan mereka berakhir, tapi dia juga tidak tahu harus melakukan apa.
“Gun jawab aku! Kau ingin kita berakhir hah?” murka Off yang membuat Gun meremas kuat ujung bajunya, dia ketakutan melihat Kekasihnya marah seperti itu.
“Aku mencintai Papii,” cicit Gun setelah sekian lama membungkam bibirnya.
Off terkekeh hambar saat mendengar perkataan Gun. Rasanya Off tidak tahu harus percaya atau tidak pada kata kata Pria yang berpikir untuk mengakhiri hubungan mereka.
“Jawab aku Gun! Kau mau kita putus atau tidak?” Tidak menjawab pernyataan cinta Kekasihnya, Off justru melontarkan pertanyaan yang sama.
Gun ingin bertahan dan Offpun ingin bertahan. Namun Gun tidak mau Off membangkang kepada orangtuanya sedangkan Off tidak peduli dengan itu semua selama dia bisa bersama Gun itu sudah lebih dari cukup. Off tidak mengerti satu hal .... Off tidak mengerti jika Gun tidak ingin Off merasa tidak memiliki orangtua padahal kedua orangtuanya masih ada.
“Aku tidak mau kau melawan orangtua mu Papii....”
“Kalau begitu jangan panggil aku Papii lagi, karena kau yang menginginkan itu Gun.”
Gun meminta Off tidak melawan orangtuanya itu artinya Gun menuruti permintaan orangtua Off untuk menjauhi Putra mereka. Itu artinya Gun memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah 5 bulan mereka jalani. Tidak satu pun dari mereka yang bisa membayang tragedi ini, walau sejak awal Gun tahu cinta mereka akan ditolak tapi entah mengapa saat dimana mereka benar benar benar berpisah saat ini membuatnya begitu sakit. Padahal sejak mendapatkan penghinaan dari Keluarga Off dia sudah mempersiapkan diri jika memang mereka akan berpisah, tapi rasnya tetap saja menyakitkan seolah Hatinya di cabut secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pliss! Remember Me (END)
FanfictionBukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di takdirkan terjadi justru kalian benci? Manusia hanya bisa berpasrah diri dengan takdir dan sekuat apa pun kalian mecoba mengubahnya takdir te...